BAB II
Pembahasan
1. Tradisi Persalinan
/ Kelahiran
Kelahiran seorang anak telah
dipandang oleh orang Melayu sebagai suatu berkah dari pada Tuhan Yang Maha Esa.
Anak dipandang sebagai penyambung zuriat. Kelakuan sang anak yang bernada
jenaka akan menjadi pelipur hati sedangkan perangainya yang menjunjung akhlak
mulia akan menjadi penyejuk pandangan mata. Sebab itu kelahiran anak amatlah
diperhatikan. Ketika ibunya sedang mengandung banyak kebaikan yang dianjurkan
serta beberapa larangan yang harus dihindarkan. Ini semuanya, agar anak yang
lahir kelak, merupakan anak yang sehat rohani dan jasmani. Dan lebih dari itu
anak yang tahu berbakti kepada ibu-bapa, taat menjalankan agama islam sehingga
menjadi anak yang saleh, yang akan selalu mendoakan kebajikan bagi ibu-bapanya,
terlepas dari azab kubur dan siksa pada hari kiamat.
Ibu yang hamil berpantang mencela
orang, sebab celaan itu dipercaya dapat pula menimpa anak yang akan
dilahirkannya. Dia harus tetap taat beribadah, menjga tingkah laku dan perangainya,
termasuk apa-apa yang dimakannya. Jika mengidam, maka idamannya diusahakan
dapat dipenuhi oleh suaminya atau kerabatnya. Mengidam dipandang bukan hanya
sebatas keinginan ibu yang sedang mengandung, tetapi terlebih-lebih sebagai
kiasan terhadap keinginan anak yang dikandungnmya. Sebab itu keinginan itu
sedapat mungkin dipenuhi agar perasaan menjadi lega, sehingga jalan kehidupan
menjadi lapang.
Manusia dipandang oleh orang Melayu
berasal dari ciptaan Allah dan akan kembali kepada-Nya. Karena itu, begitu anak
manusia lahir maka hendaklah segera diperkenalkan Tuhan itu kepadanya. Setelah
anak itu selamat dilahirkan, lalu baringkan di tempat tidur. Kemudian
bisikkanlah suara azan pada telinga kanan dan suara iqamah pada telinga sebelah
kiri. Bacaan itu member kias, bahwa anak yang lahir telah memulai
pendengarannya dengan pendengaran yang baik yaitu nama Allah dan panggilan
menunaikan ibadah sembahyang, sebagai syariat yang utama dalam agama islam.
Upacara turun mandi dapat dilakukan
setelah anak berumur seminggu. Anak yang baru lahir ini ada yang menyebutnya
bayi, tapi juga ada yang menyebutnya upiang. Dalam upacara turun mandi ibu dan
bayi dibawa ke sungai atau perigi. Di situ ibu dan bayi dimandikan oleh bidan.
Ada berbagai bahan dari peralatan yang dipakai bidan dalam upacara itu.
Diantarnya ada juga yang memandikan ayam setelah ibu dan bayi dimandikan. Ada
pula yang menghanyutkan patung, memasukkan lading ke dalam air, menanam keladi
pada tepian dsb.
Upacara turun mandi di tepian
kira-kira berlangsung satu jam. Setelah itu anak diambil oleh bidan, lalu
kembali ke rumah bersama dengan ibunya. Di rumah anak ditidurkan di atas
buaian. Sementara itu dihidangkan minuman dan makanan kepada hadirin, sebagai
tanda suka cita. Dalam hidangan ini sering dihidangkan ketupat. Sesuai
minum-makan itu dibacakan doa sebagai tanda bersyukur kepada Allah serta untuk
mendapatkan keselamatan selanjutnya.
Sewaktu Bersalin
Ketika hampir tiba waktu bersalin,
persediaan akan dikelola oleh keluarga tersebut. Seperti kebiasaannya konten
ketika itu sudah cukup sembilan bulan sepuluh hari. Tetapi adakalanya periode
kehamilan dapat mencapai hingga sepuluh sampai dua belas bulan yang disebut
bunting kerbau. Menurut kepercayaannya juga daun mengkuang berduri akan
digantung di bawah rumah dan kapur akan dipangkah pada tempat-tempat tertentu
di dalam rumah wanita yang hendak melahirkan tadi untuk menghindari gangguan
makhluk halus. Selain itu juga, ada beberapa kebiasaan yang harus dilakukan
saat menyambut kelahiran ini.
Potong Tali Pusat
Segera
setelah bayi lahir, bidan akan menyambutnya dengan jampi dan serapah lalu
disemburkan dengan daun sirih. Setelah bayi dibersihkan, tali pusatnya akan
dipotong dengan menggunakan sembilu bambu dan dilengkapi di atas sepotong uang
perak per dolar. Di beberapa tempat tali pusat dipotong menggunakan cincin
emas. Sisa tali pusat di perut bayi akan ditambahkan kunyit dan kapur lalu
dibungkus dengan daun sirih yang telah dilayukan di atas bara api sampai tali
pusat itu tanggal sendiri.
Azan/Qamat
Kelazimannya bayi lelaki akan
diazankan di kedua telinganya sementara bayi perempuan akan diqamatkan.
Biasanya, ayah atau kakek bayi tersebut akan melakukan upacara ini. Ia bukanlah
satu adat, sebaliknya lebih merupakan praktek berunsur keagamaan.
Membelah Mulut
Adat ini memiliki pengaruh budaya
Hindu, namun demikian juga ada dalam agama Islam yang menghukum sunat untuk
melakukannya. Upacara dimulai dengan membacakan surah Al-Fatihah dan surat
Al-Ikhlas. Ini diikuti dengan langkah mencecap atau merasakan sedikit air madu
atau kurma dan ada juga yang menggunakan emas yang dicelupkan ke dalam air
pinang pada mulut bayi yang baru lahir tersebut. Sewaktu menjalankan upacara
ini, mantra mantra dibacakan. Namun demikian, adat ini sudah tidak dilakukan
lagi oleh masyarakat Melayu hari ini.
Berpantang
Dalam masyarakat Melayu, wanita yang
telah bersalin mesti menjalani masa berpantang yang bermaksud larangan.
Sekiranya wanita tersebut melanggar pantang, mereka akan mengalami bentan atau
sakit sampingan. Tempoh berpantang lazimnya berlangsung selama empat puluh
empat hari dikira dari hari mula bersalin dan ada juga yang berpantang selama
seratus hari.
Selama ini wanita tersebut dilarang
dari makan apapun makanan sesuai kehendaknya atau berbuat apa-apa pekerjaan
yang memerlukan banyak gerakan. Antara makanan yang dilarang adalah yang dapat
menyebabkan iritasi pada seluruh anggota badan seperti udang, kerang, kepiting
dan ikan pari serta memakan ikan yang memiliki sengat seperti lele, sembilang
dan baung karena dapat menyebabkan bisa-bisa pada tubuh. Sebaliknya mereka
dianjurkan memakan nasi dengan ikan haruan yang dibakar atau direbus dan
diizinkan minum air hangat atau susu.
Selama berpantang mereka diberi
makan obat-obat tradisional dan bertungku. Bertungku terpercaya dapat membantu
perut wanita hamil kembali normal. Biasanya tungku terbuat dari batu yang
dipanaskan di atas bara. Kemudian tungku itu dibalut dengan kain yang dilapisi
dengan beberapa helai daun yang tebal seperti daun lengkuas yang terpercaya
dapat menyeimbangkan panas tungku di samping berfungsi sebagai obat. Tungku
akan dituam pada bagian perut dan bagian lain bertujuan untuk mengatasi masalah
nyeri postpartum. Selesai bertungku, si ibu akan menyapu perutnya dengan air
limau yang dicampur dengan kapur sebelum memakai bengkung. Praktek berbengkung
ini bertujuan untuk mengatasi perut buncit atau pinggul yang turun setelah
bersalin di samping memberi kenyamanan kepada wanita setelah melahirkan.
Selepas lahir
Tanggal
Pusat/Cuci Lantai
Biasanya bayi yang baru lahir akan tanggal pusatnya dalam
waktu seminggu. Pada saat itu, adat cuci lantai akan diadakan. Di beberapa
tempat, ia juga disebut adat naik buai karena selagi bayi itu belum tanggal
pusatnya, dia tidak bisa dibuaikan dan akan tidur disamping ibunya. Adat ini
sebaiknya dilakukan pada hari Senin atau Kamis.
Bahan-bahan yang digunakan untuk
adat cuci lantai. Nasi kunyit dan lauk-lauk
Seekor ayam hidup Paku, buah keras, asam, garam dan sirih pinang. Hadiah untuk bidan sepersalinan pakaian
Seekor ayam hidup Paku, buah keras, asam, garam dan sirih pinang. Hadiah untuk bidan sepersalinan pakaian
Kenduri doa selamat akan diadakan
pada awal adat ini. Setelah itu bidan akan memulai jampi serapahnya sambil
memegang ayam dengan cara mengais-ngaiskan kaki ayam ke lantai tempat wanita
itu hamil. Selanjutnya lantai itu akan dibersihkan. Mak bidan akan menjalankan
keseluruhan upacara ini. Sebelum itu, si ibu dan si bayi akan dimandikan,
diurut dan dibedak. Selesai upacara tersebut, bahan yang digunakan tadi beserta
sedikit uang akan dihadiahkan kepada bidan tersebut.
Memberi Nama
Menurut ajaran Islam, adalah sunat
memberi nama yang memiliki maksud yang baik untuk bayi. Biasanya jika bayi itu
lelaki, nama akan diberikan sesuai nama para nabi sedangkan untuk bayi
perempuan, nama istri atau anak-anak nabi akan dipilih.
Cukur Rambut/ Potong
Jambul
Adat ini dilakukan pada hari ketujuh
setelah dilahirkan. Ia juga disebut adat potong jambul. Kenduri nasi kunyit dan
doa selamat diadakan pada hari tersebut.
Untuk menjalankan upacara tersebut beberapa kelengkapan
disediakan.
Sebuah dulang berisi tiga mangkuk atau piring yang berisi
air tepung tawar, beras kunyit.
Sebiji kelapa muda dipotong bagian kepalanya dengan potongan
berkelok-kelok siku
seluang untuk dijadikan penutup. Airnya dibuang dan diganti dengan sedikit air sejuk. Kemudian kelapa itu diletakkan di dalam sebiji batil. Biasanya kelapa itu dihias, umpamanya dengan melilitkan rantai emas atau perak di kelillingnya.
seluang untuk dijadikan penutup. Airnya dibuang dan diganti dengan sedikit air sejuk. Kemudian kelapa itu diletakkan di dalam sebiji batil. Biasanya kelapa itu dihias, umpamanya dengan melilitkan rantai emas atau perak di kelillingnya.
Pada hari itu, bayi dipakaikan
dengan pakaian cantik dan diletakkan di atas talam yang dialas dengan tilam
kecil atau didukung oleh bapa atau datuknya. Si bayi seterusnya dibawa ke
tengah majlis dan disambut oleh hadirin lelaki sambil berselawat. Si bayi akan
ditepung tawar serta ditabur beras kunyit dan bertih. Para hadirin secara
bergilir-gilir akan menggunting sedikit rambut bayi tersebut dan dimasukkan ke
dalam kelapa tadi. Bilangan orang yang menggunting rambut bayi tersebut
hendaklah dalam bilangan yang ganjil, iaitu tiga, lima, tujuh dan seterusnya.
Setelah selesai pihak lelaki menjalankan acara menggunting, pihak perempuan
pula mengambil alih. Setelah selesai kedua-dua pihak menjalankan adat bercukur
barulah kepala bayi tersebut dicukur sepenuhnya oleh bidan atau sesiapa sahaja
yang boleh melakukannya. Kesemua rambut yang dicukur akan dimasukkan ke dalam
kelapa. Akhirnya kelapa tersebut di tanam di sekitar halaman rumah bersama
sepohon anak kelapa atau seumpamanya sebagai memperingati masa anak itu
dilahirkan.
Biasanya, saat adat ini dilakukan
akikah turut diadakan. Dari segi syarak, akikah membawa pengertian menyembelih
ternak pada hari ke tujuh setelah anak dilahirkan. Orang Islam yang
berkemampuan disunatkan menyembelih ternak seperti kambing, sapi atau kerbau
sebagai akikah anak yang baru lahir. Seorang anak disunatkan berakikah sekali
saja seumur hidup. Ada syarat-syarat tertentu dalam memilih hewan untuk akikah
dan jumlah ternak untuk akikah juga berbeda menurut jenis kelamin bayi. Untuk
bayi pria akikahnya adalah dua ekor kambing dan seekor kambing untuk bayi
perempuan. Antara hikmah akikah adalah sebagai awal kebajikan dan kebaikan bagi
pihak bayi tersebut. Akikah sunat dilakukan pada hari ke tujuh kelahiran yaitu
dapat dijalankan bersamaan dengan adat mencukur rambut dan adat memberi nama.
Namun ia juga dapat dilakukan pada hari yang lain.
Naik Buai
Adat ini merupakan satu-satunya
majlis yang masih diamalkan dan mendapat sambutan di kalangan masyarakat Melayu
hari ini. Upacara ini dilangsungkan dalam suasana penuh meriah terutama sekali
jika sesebuah keluarga itu baru mendapat anak atau cucu sulung.Selama upacara
ini dilakukan bayi tersebut akan ditempatkan di dalam buaian yang menggunakan
kain songket atau batik dan dihias indah dengan bunga-bungaan. Selendang akan
diikat di kiri kanan buaian dan ditarik perlahan selama upacara berlangsung.
Ketika itu juga, nazam atau marhaban akan dialunkan oleh sekelompok pria atau
wanita. Selanjutnya bunga telur dan bunga rampai akan dihadiahkan kepada
kelompok ini. Pada hari ini, masyarakat Melayu menjalankan adat ini serentak
dengan adat memberi nama dan adat cukur rambut
TRADISI
PERSALINAN PADA SUKU MELAYU
ILMU
SOSIAL BUDAYA DASAR
Dosen Pengampu :
VITRIYANINGSIH
Kelas : B11.3
Kelompok 3 :
Ø Deni
Erawati (14140146)
Ø Flaviana
M.A. Lede (141401
Ø Maya
Mashita Amalo (141401
Ø Ni
Putu Maydayanti (14140161)
Ø Nabila
Azmi (14140162)
Ø Alifia
Anisa Fani (14140164)
DIV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
T.A 2015
BAB I
Pendahuluan
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TRADISI PERSALINAN PDA
SUKU MELAYU” . Rasa terima kasih juga kami sampaikan kepada pihak – pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini dan makalah ini di susun
berdasarkan buku dan pencarian dari internet sebagai penunjang yang berkaitan
dengan temayang dibahas. Namun demikian saya menyadari bahwa sebagai manusia
biasa saya tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Dan
akhir kata saya mengucapkan terima kasih.
YOGYAKARTA 31 MEI 2015
BAB III
KESIMPULAN
Dari
hasil diskusi ini kami dapat menyimpulkan bahwa Tradisi adalah kebiasaan atau
sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu
kelompok masyarakat,biasanya dari suatu Negara,kebudayaan,waktu atauagama yang
sama ,Hal yang paling mendasar adalah adanya informasi yang di teruskan dari
generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan.Dan arti dari Tradisi
persalinan itu adalah Kelahiran seorang anak telah dipandang oleh orang Melayu
sebagai suatu berkah daripada Allah SWT. Anak dipandang sebagai penyambung
zuriat. Kelakuan sang anak yang bernada jenaka akan menjadi pelipur hati
sedangkan perangainya yang menjunjung akhlak mulia akan menjadi penyejuk
pandangan mata.
No comments:
Post a Comment