BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam segala bidang berpengaruh terhadap meningkatnya
kritis masyarakat terhadap pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan.
Hal itu menjadi tantangan bagi profesi bidan untuk meningkatkan kompetensi dan
profesionalisme dalam menjalankan praktek kebidanan serta dalam memberikan
pelayanna yang berkualitas.
Secara umum
teori dan konsep adalah hal yang sangat berkaitan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan. Dalam pelayanan kebidanan, teori-teori yang digunakan dalam
praktik kebidanan berasal dari konseptual model kebidanan. Teori atau konsep
sejatinya adalah penjelasan dari suatu kejadian dan fenomena.
Konsep atau
teori adalah gambaran tentang objek dari suatu kejadian atau objek yang
digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan fenomena sosial yang menarik
perhatiannya. Konseptual model merupakan gambaran abstrak suatu ide yang menjadi dasar suatu disiplin ilmu.
Konseptual model dapat memberikan gambaran abstrak atau ide yang mendasari
disiplin ilmu dan kemudian diterapkan sesuai dengan bidang masing-masing.
Dengan
mempelajari topik ini diharapkan bidan dapat mengetahui berbagai konseptual
model dan teori yang mempengaruhi konseptual kebidanan.
Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian konsep sehat-sakit?
2. Apakah pengertian Model Konseptual
Asuhan Kebidanan?
3. Apakah kegunaan Model Konseptual Asuhan
Kebidanan?
4. Bagaimanakah Model Konseptual Asuhan
Kebidanan?
Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian pengertian
sehat-sakit.
2. Dapat mengetahui pengertian Model
Konseptual Asuhan Kebidanan.
3. Dapat mengetahui kegunanaan Model
Konseptual Asuhan Kebidanan.
4. Dapat mengetahui bagaiman Model
Konseptual Asuhan Kebidanan.
Manfaat
Sebagai acuan pembelajaran materi Konseptual Asuhan Kebidanan
dalam Mata Kuliah Konsep Kebidanan.
BAB
II
DASAR
TEORI
A.
Medical
Model
Konsep Sehat dan Sakit
Konsep sehat memang lebih banyak ditemui konsep
tentang sakit, ini membuat pemahaman tentang sehat mengalami kerancuan dalam
batasan kesehatan sebagai pegangan suatu derajat yang harus dicapai seseorang.
Ada perbedaan antara model kesehatan Barat dan kesehatan Timur. Barat lebih
memandang kesehatan bersifat dualistik yaitu mengibaratkan manusia sebagai
mesin yang sangat dipengaruhi oleh dominasi medis. Sedangkan Timur lebih
bersifat holistik, yaitu melihat sehat lebih secara menyeluruh saing berkaitan
sehingga berpengaruh pada cara penanganan terhadap penyakit.
Paradigma
Sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang
melihat masalah kesehatan saling berkait dan mempengaruhi dengan banyak faktor
yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan,
pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang sakit
atau pemulihan kesehatan.
WHO
mendefinisikan kesehatan sebagai: “… keadaan (status) sehat utuh secara
fisik, mental (rohani) dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas
dari penyakit, cacat dan kelemahan … “ (Smet, 1994).
Sehat
dapat dikatakan, suatu kondisi normal (baik) secara fisik , emosi (EQ),
intelektual (IQ)l, spritual (SQ) dan sosial.
Dari
pernyataan diatas sudah bisa didapat tentang dimensi sehat, berikut
pemahamannya:
1.
Fisik : dikatakan sehat bila secara
fisiologis (fisik) terlihat normal tidak cacat, tidak mudah sakit, tidak
kekurangan sesuatu apapun.
2.
Emosi : orang yang sehat secara
emosi dapat terlihat dari kestabilan dan kemampuannya mengontrol dan
mengekspresikan perasaan (marah, sedih atau senang) secara tidak berlebihan.
Mampu mendisiplikan diri.
3. Intelektual : dikatakan sehat secara intelektual
yaitu jika seseorang memiliki kecerdasan dalam kategori yang baik mampu melihat
realitas. Memilki nalar yang baik dalam memecahkan masalah atau mengambil
keputusan.
4.
Spiritual : sementara orang yang
sehat secara spiritual adalah mereka yang memiliki suatu kondisi ketenangan
jiwa dengan identitas mereka secara rohani dianggap sehat karena pikirannya
jernih tidak melakukan atau bertindak hal-hal yang diluar batas kewajaran
sehingga bisa berpikir rasional.
5.
Sosial : sehat secara sosial dapat
dikatakan mereka yang bisa berinteraksi dan berhubungan baik dengan
sekitarnya.mampu untuk bekerja sama.
Konsep sakit itu sendiri dapat kita ketahui dari konsep sakit yang kita
lihat, yaitu sakit dapat diartikan sebagai suatu gangguan hidup, dan merupakan
ketidakseimbangan dari kondisi normal tubuh manusia di antaranya yaitu sistem
biologik dan kondisi penyesuaian.
Menurut
Bauman (1985), kriteria sakit terdiri dari 3 bagian penting yaitu :
1.
Adanya gejala.
2.
Persepsi tentang keadaan yang
dirasakan.
3.
Kemampuan dalam aktivitas
sehari-hari.
Hubungan antara
sehat-sakit ini penteing diketahui agar ketika kita merasakan akan tanda gejala
sakit atau kurang sehat, maka kita bisa segera mendatangi tenaga kesehatan
untuk memeriksakan status kesehatan kita.
B.
Health For
All
Pemberian Asuhan kepada Wanita, Keluarga, dan Masyarakat
Asuhan Kebidanan Yang
Berkualitas : 5 Benang Merah Asuhan Persalinan
Ada
5 aspek dasar dari kualitas asuhan yang harus dilakukan oleh bidan pada saat
persalinan kala satu, dua, hingga tiga dan empat, termasuk asuhan pada bayi
baru lahir. Karena kelima aspek ini sangat menentukan untuk memastikan
persalinan yang aman bagi ibu dan bayinya. Kelima aspek ini sering disebut
sebagai 5 benang merah. Dalam asuhan kebidanan yang berkualitas, setiap aspek
benang merah ini saling berkaitan satu sama lain pada :
- Asuhan Sayang Ibu
Asuhan
Sayang Ibu amat membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan nyaman
selama dalam proses persalinan. Cara untuk memahami asuhan sayang ibu adalah
dengan menanyakan pada diri kita sendiri ”SEPERTI INIKAH ASUHAN YANG SAYA INGIN
DAPATKAN?” Bagian dari ini juga merupakan asuhan sayang bayi.
- Pencegahan Infeksi
Dalam
memberikan asuhan berkualitas tinggi, bidan harus melindungi terhadap infeksi
tidak hanya pada pasien, namun juga pada diri sendiri dan rekan kerjanya. Cara
praktis, efektif dan ekonomis melakukan pencegahan infeksi (seperti mencuci
tangan, menggunakan sarung tangan dan pelindung, melakukan pemrosesan
disinfeksi alat-alat dan pembuangan sampah yang aman) harus betul-betul
dipatuhi oleh bidan selama penatalaksanaan asuhan kebidanan.
- Pengambilan Keputusan Klinik
Pengambilan
keputusan klinik yang efektif adalah selama proses penatalaksanaan kebidanan.
Keputusan klinik yang dibuat oleh bidan sangat menentukan kepastian persalinan
yang aman. Dengan menggunakan pendekatan manajemen proses kebidanan, para bidan
dapat mengumpulkan data dengan sistematis, menginterpretasikan data dan membuat
keputusan sesuai dengan asuhan yang dibutuhkan pasien. Seorang bidan akan
menggunakan manajemen proses kebidanan serupa ini berulang kali pada setiap pasien.
- Pencatatan (Dokumentasi)
Karena
bidan menggunakan proses penatalaksanaan kebidanan untuk membuat keputusan,
maka ia harus mencatat temuan dan membuat keputusannya. Hal ini sangat penting
untuk diingat bahwa jika temuan tidak dilaporkan, maka seolah ia tidak
melakukan apa-apa. Dokumentasi memberikan catatan permanen mengenai manajemen
pasien dan dapat merupakan pertukaran informasi dengan para petugs kesehatan
yang lain. Pencatatan dibutuhkan oleh undang-undang.
- Rujukan
Rujukan
pada institusi yang tepat serta tepat waktu dimana asuhan yang dibutuhkan
tersedia akan menyelamatkan nyawa ibu. Walaupun kebanyakan ibu-ibu akan
mengalami persalinan normal, namun sekitar 10% akan mengalami komplikasi yang
membahayakan nyawanya. Sangat penting bagi bidan untuk mengenali masalah, serta
menentukan jika ia cukup terampil dalam menangani masalah tersebut, lalu
merujuk ibu untuk mendapatkan pertolongan dengan tepat waktu. Ketika merujuk,
bidan harus selalu ingat, siapa, kapan, kemana dan bagaimana merujuk agar ibu
dan bayi tetap selamat.
C.
Konsep
dalam Pelayanan Kebidanan
PADA KLIEN :
Aman dan Memuaskan
Konsep Kebidanan
a. Pengertian
Midwifery Care (Asuhan
Kebidanan) adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab
dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam
bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir
serta keluarga berencana.
b. Model asuhan kebidanan
Asuhan
kebidanan merupakan metode pemberian asuhan yang berbeda dengan metode
perawatan medis. Model asuhan kebidanan didasarkan pada prinsip-prinsip sayang
ibu. Adapun prinsip-prinsip asuhan kebidanan adalah sebagai berikut :
1. Memahami bahwa kelahiran anak merupakan
sesuatu proses alamiah dan fisiologis
2. Menggunakan cara-cara yang sederhana,
tidak melakukan intervensi tanpa adanya indikasi sebelum berpaling ke
teknologi.
3) Aman, berdasarkan fakta, dan memberi
kontribusi pada keselamatan jiwa ibu.
4) Terpusat pada ibu, bukan terpusat pada
pemberian asuhan kesehatan/lembaga (Sayang Ibu)
5) Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu.
6) Membantu ibu agar merasa aman, nyaman
dan didukung secara emosional
7) Memastikan bahwa kaum ibu mendapatkan
informasi, penjelasan dan konseling yang cukup.
8) Mendorong ibu dan keluarga agar menjadi
peserta aktif dalam membuat keputusan setelah mendapat penjelasan mengenai
asuhan yang akan mereka dapatkan
9) Menghormati praktek-praktek adaptasi,
dan keyakinan agama mereka
10) Memantau kesejahteraan fisik, psikologis,
spiritual dan sosial ibu/keluarganya selama masa kelahiran anak
11) Memfokuskan perhatian pada peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit.
c. Proses Asuhan Kebidanan
Proses
asuhan kebidanan adalah dinamis, tanggung jawab terhadap perubahan status
kesehatan setiap wanita, dan mengantisipasi masalah-masalah potensial sebelum
terjadi.
Para
bidan melibatkan ibu dan keluarganya dalam asuhannya pada seluruh bagian dalam
proses pengambilan keputusan, dan dalam pengembangan rencana asuhan kesehatan
kehamilan dan pengalaman melahirkan.
d. Komponen Asuhan Kebidanan
Komponen-komponen asuhan
kebidanan di Indonesia dalam ”Kompetensi Bidan Di Indonesia”. Kompetensi Bidan
tersebut dikelompokkan dalam 2 kategori, yaitu yang pertama adalah kompetensi inti/dasar merupakan kompetensi
minimal yang mutlak dimiliki oleh bidan. Kompetensi inti tersebut difokuskan
pada seputar kehamilan dan kelahiran. Yang kedua adalah kompetensi tambahan/lanjutan yang merupakan pengembangan dari
pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk mendukung tugas bidan dalam memenuhi
tuntutan/kebutuhan masyarakat yang sangat dinamis serta perkembangan IPTEK.
Asuhan kebidanan ini termasuk pengawasan pelayanan kesehatan masyarakat di
posyandu (tindakan dan pencegahan), penyuluhan dan pendidikan kesehatan reproduksi
wanita, keluarga dan masyarakat termasuk persiapan menjadi orang tua,
menentukan pilihan KB, deteksi kondisi abnormal pada ibu dan bayi. Usaha
memperoleh pelayanan khusus bila diperlukan (konsultasi atau rujukan), dan
pelaksanaan pertolongan kegawat-daruratan primer dan sekunder ketika tindakan
ada pertolongan medis.
PADA BIDAN :
Menghormati Martabat Manusia dan Penentuan Pilihan Sendiri
serta Menghormati Perbedaan Budaya dan Etnik
Dalam mengadaptasi teori etika seorang bidan harus
mampu menyesuaikan dengan keadaan dirinya dan berlandaskan pada kode etik dan
standar profesi. Bidan harus menilai kemampuan dirinya dalam melakukan sesuatu namun tidak menyimpang dari prinsip
pelayanan, yaitu berusaha mengutamakan keselamatan ibu, bayi dan kelurga. Contohnya ketika seorang bidan desa
harus menolong persalinan, disaat jadwal pemeriksaan kehamilan, selain itu ada
beberapa ibu yang memerlukan pelayanan KB dan asuhan BBL. Maka kemungkinan
besar ia hanya dapat menerapkan teori utilitarian (mencoba menghasilkan yang
terbaik bagi semua orang sesuai kemampuannya, karena golongan utilitarian
meyakini bahwa hasil yang didapat setiap orang harus sama).
Sebagai
pendidik, bidan harus memberikan pengajaran yang jelas, tidak bias. Akan
tetapi, bidan harus menghindari kecenderungan untuk menciptakan bidan kaku
(tidak mengikuti informasi terkini dari literature yang jelas tentang
perkembangan pelayanan kebidanan) sehingga akan menimbulkan sikap “sok tau”. Contohnya pada saat menolong
persalinan mahasiswa bidan diajarkan untuk tidak melakukan episiotomi. Jika
pola pengajaran tidak tepat mahasiswa akan sepenuhny menyerap materi tersebut,
akibatnya, ia tidak akan melakukan episiotomi tanpa melihat ada tidaknya
indikasi.
Sebagai konselor bidan harus menjelaskan
tentang tindakan yang akan diberikan kepada klien dengan jelas. Contohnya seorang ibu datang ke bidan
yang ingin menjadi akspetor KB IUD namun timbul ketakutan akibat rumor negatif
yang beredar dimayarakat tentang IUD. Masalah etika yang timbul yaitu ketika
bidan tidak dapat menjelaskan dengan baik, sehingga pandangan klien tentang IUD
tidak berubah dan mengurungkan niatnya untuk menjadi akseptor KB.
Bidan juga dapat berperan sebagai teman,
sehingga klien merasa nyaman ketika menerima pelayanan yang diberikan kepada
kien, namun peran sebagai teman juga harus memiliki batasannya. Sikap
profesional terhadap klien harus dijaga, sehingga klien dan keluarganya
memandang bidan sebagai orang yang berwibawa dan mampu mengendalikan diri
sehingga mampu melindungi kliennya.
Etika berperan
sebagai peneliti kebidanan. Contohnya
dahulu praktik kebidanan masih banyak berdasar kebiasaan atau dogma, dengan
kemajuan zaman praktik yang seperti itu tidak dapat dilaksanakan lagi, tetapi dituntut
praktik yang professional berdasarkan pada hasil penelitian. Bidan mungkin
banyak terlibat dalam penelitian baik sebagai subyek maupun subyek penelitian.
Sehingga bidan perlu mengetahui tentang etika penelitian, demi kepentingan
melindungi klien, institusi tempat praktik dan diri sendiri. Bidan wajib
mendukung penelitian yang bertujuan memajukan ilmu pengetahuan kebidanan. Bidan
harus siap mengadakan penelitian dan siap untuk memberikan pelayanan pada hasil
penelitian.
D.
Model
Praktik Kebidanan yang digunakan
Mandiri
1. Menetapkan manejemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan yang diberikan.
2. Memberikan pelayanan dasar pada anak,ramaja dan wanita
pranikah dengan melibatkan klain.
3. Memberikan asuhan kebidanan kepada klain selama kehamilan
normal.
4. Memberikan asuhan kebidanan kepada
klien dalam masa persalinan dengan melibatkan klien dan keluarga.
5. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
6. Memberikan asuhan kepada klien dalam masa nifas dengan
melibatkan klien/keluarga.
7. Memberikan asuhan kebidanan pada
wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana.
8. Memberikan asuhan kebidanan pada
wanita dengan gangguan system reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium dan
menopause.
9. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi,balita dengan
melibatkan keluarga.
Contoh kasus ;
* Ibu melahirkan normal tanpa
adanya gangguan kehamilan ( Persalinan normal ).
* Pengobatan pada kasus
dismenorhoe.
* Pengobatan pada kasus anemia
ringan.
* Pada remaja korban pemerkosaan.
* Dilakukan tindakan heacting
pada vagina.
* Dilakukannya tindakan KB pasca
persalinan.
* Pemberian Imunisasi pada
balita.
* Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
* Memberikan penyuluhan - penyuluhan
pada masyarakat mengenai status kesehatan.
Kolaborasi
1. Menerapkan manajemen kebidanaan pada
setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan
keluarga.
2. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi.
3. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu
dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratanyang
memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan
klien dan keluarga.
4. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu
dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama pada
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan klien dan keluarga.
5. Memberikan asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan
yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan klien dan keluarga.
6. Memberikan asuhan kebidanan pada
balita dengan resiko tingi yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
Contoh kasus:
*
Pengobatan pada kasus asfiksia berat.
*
Pengobatan pada kasus Hipoglikemia.
* Pengobatan pada
penyakit-penyakit mfeksi lainnya seperti ISPA. diare dan sebagainya.
* Pada kasus radang panggul dilakukan
kolaborasi untuk pemberian terapi obat antibiotika dan symptomatic.
Rujukan
1. Menerapkan manajemen kebidanan
pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan
keluarga.
2. Memberikan asuhan kebidanan
melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan
kegawatdaruratan.
3. Memberikan asuhan kebidanan
melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu
dengan melibatkan klien dan keluarga.
4. Memberikan asuhan kebidanan
melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas dengan penyulit
tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga.
5. Memberikan asuhan kebidanan
melalui konsultasi dan rujukan pada bayi baru lahir ( BBL ) dengan kelainan
tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga.
6. Memberikan asuhan kebidanan
melalui konsultasi dan rujukan pada anak balita dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga.
Contoh kasus:
*Merujuk ibu yang bersalin ke RS
karena mengalami pendarahan yang hebat.
*Merujuk ibu bersalin karena
pinggangnya sempit sehingga bayinya tidak bisa keluar.
*Ibu dengan Hipertensi dalam
kehamilan.
*Ibu dengan perdarahan Obstetrik.
*Ibu dengan perdarahan kala III
BAB
III
PEMBAHASAN
Dari
hasil wawancara dengan bidan Dini Melani, dapat dibandingkan antara teori
pelayanan yang didapatkan dari bangku perkuliahan dengan pelayanan di tempat
praktek. Apakah praktek yang dilakukan sesuai atau tidak dengan teori-teori
yang dipelajari.
Kami
mengangkat beberapa kompetensi dan indikator untuk mengadakan pembandingan
tersebut, antara lain sebagai berikut:
·
Kompetensi “Medical Model” dengan indikator
‘Pemberian Pemahaman Konsep Sehat-Sakit’.
Bidan
Dini mengatakan bahwa bidan harus mampu membandingkan antara kondisi yang
“seharusnya” dengan kondisi yang “dialami” klien atau pasien.
Jadi,
cara terbaik untuk memberi penjelasan kepada pasien/klien tentang bagaimana
yang disebut dengan sehat dan apa yang dimaksud dengan sakit itu ialah pertama,
dengan menggunakan parameter atau ukuran atau standar bagaimana yang disebut
dengan sehat atau keadaan normal itu sendiri, tentunya sang bidan harus sangat
menguasai parameter-parameter tersebut untuk menentukan keadaan seorang
pasien/kliennya.
Misalkan,
ada seorang ibu hamil datang untuk memeriksakan Hbnya, dan berdasarkan hasil
pemeriksaan bidan Hb ibu tersebut 9, sedangkan seharusnya Hb itu 11,
kesimpulannya, ibu hamil tersebut dikatakan “sakit”. Contoh kedua, misalkan ada
hamil tua datang ke praktek bidan dengan keluhan ada air yang keluar dari jalan
lahir yang ternyata setelah diperiksa sang bidan, cairan itu merupakan air
ketuban, padahal si ibu tidak merasa kontraksi dan belum mengalami pembukaan
10cm, itu berarti ibu hamil tersebut mengalami ketuban pecah dini atau KPD,
sehingga bidan dapat sambil menjelaskan kepada ibu itu bahwa beliau mengalami
kelainan atau “sakit”, dan harus segera ditangani karena jika sudah pecah lebih dari 8 jam,
akan ada potensi patologis pada sang ibu dan calon bayinya.
Jadi,
bidan mampu menjelaskan tentang kondisi pasien dengan jelas kepada pasiennya
sehingga pasien mampu menerima dan mengerti kondisi yang ia alami.
Dan
yang kedua,
bidan harus fokus pada permasalahan sehingga dalam hal pemberian solusi atau
pengobatan, klien/pasien mendapatkan kedetailan/kerincian apa yang sedang ia
alami. Misalkan berdasarkan hasil pemeriksaan, ibu mengalami anemia, dan fokus
yang seharusnya bidan lakukan ialah bagaimana cara untuk mengobati anemia ibu
tersebut, yaitu menyarankan agar pasien istirahat cukup, memberikan vitamin,
juga menyarankan agar pasien mengatur pola makan termasuk pola asupan nutrisi
yang dikonsumsinya. Contoh lain, misalkan ada pasien/klien yaitu ibu hamil tua
datang dengan mengeluh badannya pegal-pegal, kakinya kesemutan, maka yang
seharusnya bidan beritahu/jelaskan ialah fokus pada penyebab dan penanganan hal
tersebut, yaitu pegal-pegal dan kesemutan itu terjadi karena masa kehamilan si
ibu hamil sudah mulai memasuki trimester akhir sehingga terjadi penambahan
berat badan dan hal itu menyebabkan ketidaklancaran peredaran darah si ibu
hamil. Dan upaya untuk mengurangi pegal dan kesemutan itu bisa dengan merendam
kaki di air hangat, dan melakukan proses relaksasi tubuh.
·
Kompetensi “Health for All” dengan indikator
‘Pemberian Asuhan pada Wanita, Keluarga, dan Masyarakat’.
Bidan
Dini mengatakan bahwa bidan harus bangga dengan profesinya sebagai bidan karena
bidan hadir di setiap siklus kehidupan manusia, hal tersebut diyakini karena
bidan memberi kontribusi sejak manusia ada dalam kandungan, lahir sebagai bayi,
bertumbuh dari balita, anak-anak, remaja, hingga dewasa.
Bidan
memberikan pemeriksaan ANC (Ante Natal Care) pada ibu hamil misalkan pemberian
vitamin, konseling agar si ibu mendapatkan perawatan yang baik dan si janin
berkembang dengan baik, juga bidan memberi pemeriksaan sehingga dapat
mendeteksi adanya kelainan baik pada ibu maupun pada bayi. Lalu bidan membantu
persalinan baik secara mandiri maupun rujukan jika patologis. Setelah lahir,
bidan memberi asuhan ibu nifas, juga sekaligus asuhan bagi bayi baru lahir.
Bayi itu kemudian akan diimunisasi, lalu bayi itu bertumbuh menjadi balita dan
bidan akan melakukan SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini
Tumbuh Kembang) pada
balita/anak. Kemudian balita bertumbuh dan memasuki anak usia SD dan akan
diimunisasi, lalu bertumbuh menjadi anak usia SMP dan SMA yaitu usia remaja,
bidan akan memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan reproduksi juga
bahayanya pernikahan dini.
Setelah
itu bertumbuh lagi menjadi dewasa pra-konsepsi, dan bidan akan memberikan
konseling kepada calon pasangan suami-istri tentang reproduksi pria-wanita yang
sehat, atau kelainan-kelainan pada organ reproduksi pria-wanita. Setelah
menikah, wanita tersebut akan hamil dan bidan akan kembali berkontribusi dalam
masa kehamilan hingga persalinan. Selama kehamilan bidan akan memberikan
penyuluhan/konseling tentang alat kontrasepsi. Setelah masa produktif wanita,
akan mengalami masa pre-menopause dan bidan akan mendampingi masa-masa itu.
Bidan
juga memberi pelayanan pada masyarakat umum, tidak pada wanita saja melainkan
juga pada pria. Yaitu, pada saat masa bayi, balita, dan anak-anak, laki-laki
pasti akan diimunisasi. Pada saat masa remajanya, laki-laki juga diberi
penyuluhan tentang kesehatan alat reproduksi. Juga misalkan saat bidan
memeriksa kehamilan si ibu hamil, bidan pasti akan menyarankan hal-hal yang
harus dilakukan sang suami untuk mendampingi dan mendukung istrinya. Kemudian,
pada saat bidan memberi bimbingan konseling tentang alat kontrasepsi, tidak hanya
pada istri, tapi dengan pasangan suami-istri.
·
Kompetensi “Konsep
dalam Pelayanan Kebidanan” dengan indikator ‘Aman dan Memuaskan pada
Pasien’ serta ‘Bidan Menghormati Martabat Manusia dan Penentuan Pilihan
Sendiri, juga Menghormati Perbedaan Budaya dan Etnik’.
Bidan
Dini menyatakan bahwa kita sebagai bidan harus memiliki etika dan
professionalism yang baik dan benar dalam hal memberikan pelayanan kepada
pasien/klien agar pasien/klien tersebut merasa aman, nyaman, dan puas.
Terkadang
ada bidan yang pilih kasih dalam hal memberi penanganan pada pasien/klien
disebabkan status ekonomi, yaitu sang bidan menangani yang tingkat ekonominya
menengah ke bawah atau miskin dengan cara seenaknya atau mungkin disepelekan.
Padahal seharusnya tidak begitu, karena kompetensi dan profesionalisme bidan
hanya 1 dan sama untuk semua kalangan atau tidak tergantung pada status
ekonominya.
Tentang
etnik dan budaya, karena belum tentu pasien/klien yang ditangani sama dengan
profesi sang bidan, maka bidan perlu beradaptasi dan mengetahui cara/kebiasaan
sang pasien/klien, dan bisa mengikuti kebiasaan serta etika di tempat di mana
bidan tersebut bekerja/praktek, meliputi cara bertutur kata dan tindakan agar
pasien tetap merasa nyaman.
Juga
dalam hal menghormati pilihan dan keputusan pasien, bidan harus memberitahu
pasien/klien tentang “Informed
Choice dan Informed Concent”. Informed Choice yaitu memberikan pilihan
kepada pasien/klien mengenai bidan mana yang diinginkan pasien untuk
menanganinya, juga pilihan mengenai tindakan yang diinginkan. Lalu, Informed
Concent yaitu persetujuan pasien/klien dengan bidan tentang pilihan tindakan
yang diinginkannya.
Ada
beberapa tips dalam memberikan pelayanan kebidanan agar pasien merasa aman dan
puas, antara lain :
1. Asuhan
sesuai dengan standar prosedur.
Contoh : Pada ANC lakukan standar 10 T :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas).
4. Ukur tinggi fundus uteri.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung
janin (DJJ).
6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan
imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.
7. Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama
kehamilan.
8. Test laboratorium (rutin dan khusus).
9. Tatalaksana kasus.
10. Temu wicara
(konseling) termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)
serta KB pasca persalinan., merupakan salah 1 standar pelayanan kebidanan pada
ibu hamil.
2. Memberi
konseling yang fokus.
3. Memiliki
performance/penampilan yang baik.
Meliputi: Cara
berpakaian, cara berbicara, dan cara memberi perhatian, juga memberi “5 S” :
1. Senyum
2. Sapa
3. Salam
4. Sopan
5. Santun
4. Menerima
kritik dan saran.
5. Melakukan
dan memperhatikan Rekam Medik.
·
Kompetensi “Model Praktik Kebidanan yang digunakan”
dengan indikator ‘Mandiri, Kolaborasi, dan Rujukan’.
Bidan
Dini mengatakan bahwa pelayanan/asuhan kebidanan yang dilakukannya selama ini
meliputi pelayanan mandiri, kolaborasi, dan rujukan.
Pelayanan
Mandiri di sini bukan berarti memberi pelayanan dengan seenaknya, tetapi
pelayanan mandiri merupakan pelayanan yang bidan lakukan sendiri sesuai dengan
kewenangannya, meliputi asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, dan ibu menyusui normal, imunisasi bayi, deteksi bayi balita, dan
lain-lain.
Pelayanan
Kolaborasi berarti bekerjasama dengan profesi lain untuk menegakkan diagnose
sehingga mendapat bantuan dalam melakukan asuhan kebidanan. Misalkan pada ibu
hamil yang baru pertama kali periksa, bidan mengecek Hb bia dengan
berkolaborasi dengan profesi lain. Juga misalkan ada ibu hamil yang mengalami
anemia, bidan bisa berkolaborasi dengan profesi ahli gizi mengenai nutrisi yang
baik bagi pasien.
Pelayanan Rujukan ialah
bidan merujuk atau minta bantuan ke yang kompetensi/wewenangnya lebih satu
tingkat lebih tinggi di atas profesi bidan. Misalkan ada ibu yang mau bersalin
namun bayinya susah keluar dikarenakan pinggangnya sempit, maka bidan dapat
merujukpasien ke dokter spesialis yang fasilitasnya lebih lengkap.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil wawancara dengan narasumber bidan Dini,
dapat diketahui bahwa praktek atau pelayanan dan asuhan kebidanan yang beliau
lakukan selama ini sesuai dengan teori yang diajarkan oleh dosen di bangku
perkuliahan pada kami selama ini. Karena semua pelayanan tersebut tidak lepas dari
tugas, peran, kompetensi, dan profesionalisme bidan.
Pemberian pemahaman kepada pasien/klien mengenai
konsep sehat-sakit lumayan rumit jika tidak dibarengi dengan perbandingan
antara kondisi yang ‘seharusnya’ dengan kondisi yang ‘dialami’ pasien. Karena,
dengan adanya perbandingan seperti itu maka lebih mudah untuk memberi
penjelasan kepada pasien.
Sasaran pelayanan kebidanan bukan hanya pada ibu
hamil, tapi lebih umum pada wanita, juga mengambil andil di setiap bagian
kehidupan manusia, sejak manusia itu di dalam kandungan hingga dewasa. Itu
sebabnya bidan dikatakan ada di siklus kehidupan manusia, terutama wanita.
Bidan memberikan pelayanan yang terbaik agar
klien/pasien merasa aman, nyaman, dan puas dalam menerima pelayanan tersebut.
Pelayanan kebidananpun tidak membedakan tingkat sosial dan ekonomi seseorang,
agama, suku, juga budaya pasien/kliennya. Karena pelayanan kebidanan merata dan
sama untuk semua yang membutuhkan.
Pelayanan kebidanan yang diberikan
harus sesuai dengan wewenang bidan. Wewenang tersebut ada dalam kompetensi dan
profesionalisme bidan. Pelayanan yang bidan berikan dapat berupa pelayanan
mandiri/sendiri sesuai wewenang, pelayanan kolaborasi yaitu bekerjasama dengan
profesi lain untuk menegakkan diagnose dan memberi saran pengobatan, juga
pelayanan rujukan saat pasien mengalami komplikasi dan patologis sehingga
pasien harus dirujuk ke kompetensi yang lebih tinggi dan fasilitas lebih
lengkap.
B.
Saran
Sebagai
seorang bidan sebaiknya memiliki banyak ilmu dan pengetahuan juga harus terus
giat belajar dan memahami tentang konsep sehat dan sakit serta menguasai
bagaimana caranya memberi penjelasan kepada
pasien atau klien mengenai pemahaman konsep sehat sakit.
Bidan
sebaiknya memiliki panggilan hati untuk melayani masyarakat umum bukan hanya
wanita hamil tapi juga anak-anak, pria, dan lansia karena sasaran pelayanan
kesehatan seorang bidan mencakup keseluruhan siklus kehidupan manusia.
Bidan
sebaiknya memiliki konsep pelayanan yang baik dan benar meliputi etika, penampilan,
dan tutur kata. Hal itu dilakukan agar pasien mendapatkan pelayanan yang aman
dan memuaskan.
Bidan
sebaiknya memahami dan menguasai kompetensi profesionalisme bidan serta standar
operasional prosedur (SOP) dalam hal memberikan pelayanan mandiri, kolaborasi
dan rujukan agar tidak melenceng dari wewenang seorang bidan.
C.
Daftar
Pustaka
Siswanto.(2007).Kesehatan Mental :
Kesehatan Mental – Konsep, Cakupan dan Perkembangannya.Yogyakarta: ANDI
Semium, Yustinus.(2006). Kesehatan
Mental 2. Yogyakarta.Kasinius
Riyanti, Dwi B.P., Prabowo, Hendro.
(1998). Seri diktat kuliah psikologi umum 2. Depok: Universitas Gunadarma.
Puspitawati, I. Dwi Riyanti, Hendro
Prabowo.(1996). Seri Diktat Kuliah Psikologi Umum I. Jakarta. Gunadarma.
No comments:
Post a Comment