Tuesday, June 9, 2015

Konsep Sehat dan Sakit



BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala bidang berpengaruh terhadap meningkatnya kritis masyarakat terhadap pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan. Hal itu menjadi tantangan bagi profesi bidan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dalam menjalankan praktek kebidanan serta dalam memberikan pelayanna yang berkualitas.
Secara umum teori dan konsep adalah hal yang sangat berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam pelayanan kebidanan, teori-teori yang digunakan dalam praktik kebidanan berasal dari konseptual model kebidanan. Teori atau konsep sejatinya adalah penjelasan dari suatu kejadian dan fenomena.
Konsep atau teori adalah gambaran tentang objek dari suatu kejadian atau objek yang digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan fenomena sosial yang menarik perhatiannya. Konseptual model merupakan gambaran abstrak suatu ide  yang menjadi dasar suatu disiplin ilmu. Konseptual model dapat memberikan gambaran abstrak atau ide yang mendasari disiplin ilmu dan kemudian diterapkan sesuai dengan bidang masing-masing.
Dengan mempelajari topik ini diharapkan bidan dapat mengetahui berbagai konseptual model dan teori yang mempengaruhi konseptual kebidanan.


Rumusan Masalah
1.         Apakah pengertian konsep sehat-sakit?
2.         Apakah pengertian Model Konseptual Asuhan Kebidanan?
3.         Apakah kegunaan Model Konseptual Asuhan Kebidanan? 
4.         Bagaimanakah Model Konseptual Asuhan Kebidanan?



Tujuan
1.         Dapat mengetahui pengertian pengertian sehat-sakit.
2.         Dapat mengetahui pengertian Model Konseptual Asuhan Kebidanan.
3.         Dapat mengetahui kegunanaan Model Konseptual Asuhan Kebidanan.
4.         Dapat mengetahui bagaiman Model Konseptual Asuhan Kebidanan.


Manfaat
Sebagai acuan pembelajaran materi Konseptual Asuhan Kebidanan dalam Mata Kuliah Konsep Kebidanan.













BAB II
DASAR TEORI

A.   Medical Model
Konsep Sehat dan Sakit
Konsep sehat memang lebih banyak ditemui konsep tentang sakit, ini membuat pemahaman tentang sehat mengalami kerancuan dalam batasan kesehatan sebagai pegangan suatu derajat yang harus dicapai seseorang. Ada perbedaan antara model kesehatan Barat dan kesehatan Timur. Barat lebih memandang kesehatan bersifat dualistik yaitu mengibaratkan manusia sebagai mesin yang sangat dipengaruhi oleh dominasi medis. Sedangkan Timur lebih bersifat holistik, yaitu melihat sehat lebih secara menyeluruh saing berkaitan sehingga berpengaruh pada cara penanganan terhadap penyakit.
Paradigma Sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang melihat masalah kesehatan saling berkait dan mempengaruhi dengan banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan.
WHO mendefinisikan kesehatan sebagai: “… keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan … “ (Smet, 1994).
Sehat dapat dikatakan, suatu kondisi normal (baik) secara fisik , emosi (EQ), intelektual (IQ)l, spritual (SQ) dan sosial.
Dari pernyataan diatas sudah bisa didapat tentang dimensi sehat, berikut pemahamannya:
1. Fisik            : dikatakan sehat bila secara fisiologis (fisik) terlihat normal tidak cacat, tidak mudah sakit, tidak kekurangan sesuatu apapun.
2. Emosi          : orang yang sehat secara emosi dapat terlihat dari kestabilan dan kemampuannya mengontrol dan mengekspresikan perasaan (marah, sedih atau senang) secara tidak berlebihan. Mampu mendisiplikan diri.
 3. Intelektual  : dikatakan sehat  secara intelektual yaitu jika seseorang memiliki kecerdasan dalam kategori yang baik mampu melihat realitas. Memilki nalar yang baik dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan.
4. Spiritual       : sementara orang yang sehat secara spiritual adalah mereka yang memiliki suatu kondisi ketenangan jiwa dengan identitas mereka secara rohani dianggap sehat karena pikirannya jernih tidak melakukan atau bertindak hal-hal yang diluar batas kewajaran sehingga bisa berpikir rasional.
5.    Sosial        : sehat secara sosial dapat dikatakan mereka yang bisa berinteraksi dan berhubungan baik dengan sekitarnya.mampu untuk bekerja sama.
Konsep sakit itu sendiri dapat kita ketahui dari konsep sakit yang kita lihat, yaitu sakit dapat diartikan sebagai suatu gangguan hidup, dan merupakan ketidakseimbangan dari kondisi normal tubuh manusia di antaranya yaitu sistem biologik dan kondisi penyesuaian.
Menurut Bauman (1985), kriteria sakit terdiri dari 3 bagian penting yaitu :
1.      Adanya gejala.
2.      Persepsi tentang keadaan yang dirasakan.
3.      Kemampuan dalam aktivitas sehari-hari.
Hubungan antara sehat-sakit ini penteing diketahui agar ketika kita merasakan akan tanda gejala sakit atau kurang sehat, maka kita bisa segera mendatangi tenaga kesehatan untuk memeriksakan status kesehatan kita.

B.   Health For All
Pemberian Asuhan kepada Wanita, Keluarga, dan Masyarakat
Asuhan Kebidanan Yang Berkualitas : 5 Benang Merah Asuhan Persalinan
Ada 5 aspek dasar dari kualitas asuhan yang harus dilakukan oleh bidan pada saat persalinan kala satu, dua, hingga tiga dan empat, termasuk asuhan pada bayi baru lahir. Karena kelima aspek ini sangat menentukan untuk memastikan persalinan yang aman bagi ibu dan bayinya. Kelima aspek ini sering disebut sebagai 5 benang merah. Dalam asuhan kebidanan yang berkualitas, setiap aspek benang merah ini saling berkaitan satu sama lain pada :
-  Asuhan Sayang Ibu
Asuhan Sayang Ibu amat membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan nyaman selama dalam proses persalinan. Cara untuk memahami asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri ”SEPERTI INIKAH ASUHAN YANG SAYA INGIN DAPATKAN?” Bagian dari ini juga merupakan asuhan sayang bayi.


-  Pencegahan Infeksi
Dalam memberikan asuhan berkualitas tinggi, bidan harus melindungi terhadap infeksi tidak hanya pada pasien, namun juga pada diri sendiri dan rekan kerjanya. Cara praktis, efektif dan ekonomis melakukan pencegahan infeksi (seperti mencuci tangan, menggunakan sarung tangan dan pelindung, melakukan pemrosesan disinfeksi alat-alat dan pembuangan sampah yang aman) harus betul-betul dipatuhi oleh bidan selama penatalaksanaan asuhan kebidanan.

-  Pengambilan Keputusan Klinik
Pengambilan keputusan klinik yang efektif adalah selama proses penatalaksanaan kebidanan. Keputusan klinik yang dibuat oleh bidan sangat menentukan kepastian persalinan yang aman. Dengan menggunakan pendekatan manajemen proses kebidanan, para bidan dapat mengumpulkan data dengan sistematis, menginterpretasikan data dan membuat keputusan sesuai dengan asuhan yang dibutuhkan pasien. Seorang bidan akan menggunakan manajemen proses kebidanan serupa ini berulang kali pada setiap pasien.
-  Pencatatan (Dokumentasi)
Karena bidan menggunakan proses penatalaksanaan kebidanan untuk membuat keputusan, maka ia harus mencatat temuan dan membuat keputusannya. Hal ini sangat penting untuk diingat bahwa jika temuan tidak dilaporkan, maka seolah ia tidak melakukan apa-apa. Dokumentasi memberikan catatan permanen mengenai manajemen pasien dan dapat merupakan pertukaran informasi dengan para petugs kesehatan yang lain. Pencatatan dibutuhkan oleh undang-undang.
-  Rujukan
Rujukan pada institusi yang tepat serta tepat waktu dimana asuhan yang dibutuhkan tersedia akan menyelamatkan nyawa ibu. Walaupun kebanyakan ibu-ibu akan mengalami persalinan normal, namun sekitar 10% akan mengalami komplikasi yang membahayakan nyawanya. Sangat penting bagi bidan untuk mengenali masalah, serta menentukan jika ia cukup terampil dalam menangani masalah tersebut, lalu merujuk ibu untuk mendapatkan pertolongan dengan tepat waktu. Ketika merujuk, bidan harus selalu ingat, siapa, kapan, kemana dan bagaimana merujuk agar ibu dan bayi tetap selamat.





C.   Konsep dalam Pelayanan Kebidanan
PADA KLIEN :
Aman dan Memuaskan
Konsep Kebidanan
a.      Pengertian
Midwifery Care (Asuhan Kebidanan) adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana.
b.      Model asuhan kebidanan
Asuhan kebidanan merupakan metode pemberian asuhan yang berbeda dengan metode perawatan medis. Model asuhan kebidanan didasarkan pada prinsip-prinsip sayang ibu. Adapun prinsip-prinsip asuhan kebidanan adalah sebagai berikut :
1.         Memahami bahwa kelahiran anak merupakan sesuatu proses alamiah dan fisiologis
2.         Menggunakan cara-cara yang sederhana, tidak melakukan intervensi tanpa adanya indikasi sebelum berpaling ke teknologi.
3)         Aman, berdasarkan fakta, dan memberi kontribusi pada keselamatan jiwa ibu.
4)         Terpusat pada ibu, bukan terpusat pada pemberian asuhan kesehatan/lembaga (Sayang Ibu)
5)         Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu.
6)         Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional
7)         Memastikan bahwa kaum ibu mendapatkan informasi, penjelasan dan konseling yang cukup.
8)         Mendorong ibu dan keluarga agar menjadi peserta aktif dalam membuat keputusan setelah mendapat penjelasan mengenai asuhan yang akan mereka dapatkan
9)         Menghormati praktek-praktek adaptasi, dan keyakinan agama mereka
10)       Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu/keluarganya selama masa kelahiran anak
11)       Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
c.       Proses Asuhan Kebidanan
Proses asuhan kebidanan adalah dinamis, tanggung jawab terhadap perubahan status kesehatan setiap wanita, dan mengantisipasi masalah-masalah potensial sebelum terjadi.
Para bidan melibatkan ibu dan keluarganya dalam asuhannya pada seluruh bagian dalam proses pengambilan keputusan, dan dalam pengembangan rencana asuhan kesehatan kehamilan dan pengalaman melahirkan.
d.      Komponen Asuhan Kebidanan
Komponen-komponen asuhan kebidanan di Indonesia dalam ”Kompetensi Bidan Di Indonesia”. Kompetensi Bidan tersebut dikelompokkan dalam 2 kategori, yaitu yang pertama adalah kompetensi inti/dasar merupakan kompetensi minimal yang mutlak dimiliki oleh bidan. Kompetensi inti tersebut difokuskan pada seputar kehamilan dan kelahiran. Yang kedua adalah kompetensi tambahan/lanjutan yang merupakan pengembangan dari pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk mendukung tugas bidan dalam memenuhi tuntutan/kebutuhan masyarakat yang sangat dinamis serta perkembangan IPTEK. Asuhan kebidanan ini termasuk pengawasan pelayanan kesehatan masyarakat di posyandu (tindakan dan pencegahan), penyuluhan dan pendidikan kesehatan reproduksi wanita, keluarga dan masyarakat termasuk persiapan menjadi orang tua, menentukan pilihan KB, deteksi kondisi abnormal pada ibu dan bayi. Usaha memperoleh pelayanan khusus bila diperlukan (konsultasi atau rujukan), dan pelaksanaan pertolongan kegawat-daruratan primer dan sekunder ketika tindakan ada pertolongan medis.
PADA BIDAN :
Menghormati Martabat Manusia dan Penentuan Pilihan Sendiri serta Menghormati Perbedaan Budaya dan Etnik
Dalam mengadaptasi teori etika seorang bidan harus mampu menyesuaikan dengan keadaan dirinya dan berlandaskan pada kode etik dan standar profesi. Bidan harus menilai kemampuan dirinya dalam melakukan  sesuatu namun tidak menyimpang dari prinsip pelayanan, yaitu berusaha mengutamakan keselamatan ibu, bayi dan kelurga. Contohnya ketika seorang bidan desa harus menolong persalinan, disaat jadwal pemeriksaan kehamilan, selain itu ada beberapa ibu yang memerlukan pelayanan KB dan asuhan BBL. Maka kemungkinan besar ia hanya dapat menerapkan teori utilitarian (mencoba menghasilkan yang terbaik bagi semua orang sesuai kemampuannya, karena golongan utilitarian meyakini bahwa hasil yang didapat setiap orang harus sama).
Sebagai pendidik, bidan harus memberikan pengajaran yang jelas, tidak bias. Akan tetapi, bidan harus menghindari kecenderungan untuk menciptakan bidan kaku (tidak mengikuti informasi terkini dari literature yang jelas tentang perkembangan pelayanan kebidanan) sehingga akan menimbulkan sikap “sok tau”. Contohnya pada saat menolong persalinan mahasiswa bidan diajarkan untuk tidak melakukan episiotomi. Jika pola pengajaran tidak tepat mahasiswa akan sepenuhny menyerap materi tersebut, akibatnya, ia tidak akan melakukan episiotomi tanpa melihat ada tidaknya indikasi.
Sebagai konselor bidan harus menjelaskan tentang tindakan yang akan diberikan kepada klien dengan jelas. Contohnya seorang ibu datang ke bidan yang ingin menjadi akspetor KB IUD namun timbul ketakutan akibat rumor negatif yang beredar dimayarakat tentang IUD. Masalah etika yang timbul yaitu ketika bidan tidak dapat menjelaskan dengan baik, sehingga pandangan klien tentang IUD tidak berubah dan mengurungkan niatnya untuk menjadi akseptor KB.

Bidan juga dapat berperan sebagai teman, sehingga klien merasa nyaman ketika menerima pelayanan yang diberikan kepada kien, namun peran sebagai teman juga harus memiliki batasannya. Sikap profesional terhadap klien harus dijaga, sehingga klien dan keluarganya memandang bidan sebagai orang yang berwibawa dan mampu mengendalikan diri sehingga mampu melindungi kliennya.
Etika berperan sebagai peneliti kebidanan. Contohnya dahulu praktik kebidanan masih banyak berdasar kebiasaan atau dogma, dengan kemajuan zaman praktik yang seperti itu tidak dapat dilaksanakan lagi, tetapi dituntut praktik yang professional berdasarkan pada hasil penelitian. Bidan mungkin banyak terlibat dalam penelitian baik sebagai subyek maupun subyek penelitian. Sehingga bidan perlu mengetahui tentang etika penelitian, demi kepentingan melindungi klien, institusi tempat praktik dan diri sendiri. Bidan wajib mendukung penelitian yang bertujuan memajukan ilmu pengetahuan kebidanan. Bidan harus siap mengadakan penelitian dan siap untuk memberikan pelayanan pada hasil penelitian.
D.    Model Praktik Kebidanan yang digunakan
Mandiri
1.            Menetapkan manejemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang  diberikan.
2.            Memberikan pelayanan dasar pada anak,ramaja dan wanita pranikah dengan melibatkan klain.
3.            Memberikan asuhan kebidanan kepada klain selama kehamilan normal.
4.            Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan klien dan keluarga.
5.            Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
6.            Memberikan asuhan kepada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien/keluarga.
7.            Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana.
8.            Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan system reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium dan menopause.
9.            Memberikan asuhan kebidanan pada bayi,balita dengan melibatkan keluarga.

Contoh kasus ;
* Ibu melahirkan normal tanpa adanya gangguan kehamilan ( Persalinan normal ).
* Pengobatan pada kasus dismenorhoe.
* Pengobatan pada kasus anemia ringan.
* Pada remaja korban pemerkosaan.
* Dilakukan tindakan heacting pada vagina.
* Dilakukannya tindakan KB pasca persalinan.
* Pemberian Imunisasi pada balita.
* Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
* Memberikan penyuluhan - penyuluhan pada masyarakat mengenai status kesehatan.
Kolaborasi
1.            Menerapkan manajemen kebidanaan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
2.            Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
3.            Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratanyang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
4.            Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan klien dan keluarga.
5.            Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
6.            Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tingi yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
Contoh kasus:
*  Pengobatan pada kasus asfiksia berat.
*  Pengobatan pada kasus Hipoglikemia.
*  Pengobatan pada penyakit-penyakit mfeksi lainnya seperti ISPA. diare dan sebagainya.
* Pada kasus radang panggul dilakukan kolaborasi untuk pemberian terapi obat antibiotika dan     symptomatic.
Rujukan
1. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
2. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan kegawatdaruratan.
3. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.
4. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas dengan penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga.
5. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada bayi baru lahir ( BBL ) dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga.
6. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada anak balita dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga.
Contoh kasus:
*Merujuk ibu yang bersalin ke RS karena mengalami pendarahan yang hebat.
*Merujuk ibu bersalin karena pinggangnya sempit sehingga bayinya tidak bisa keluar.
*Ibu dengan Hipertensi dalam kehamilan.
*Ibu dengan perdarahan Obstetrik.
*Ibu dengan perdarahan kala III

BAB III
PEMBAHASAN

Dari hasil wawancara dengan bidan Dini Melani, dapat dibandingkan antara teori pelayanan yang didapatkan dari bangku perkuliahan dengan pelayanan di tempat praktek. Apakah praktek yang dilakukan sesuai atau tidak dengan teori-teori yang dipelajari.
Kami mengangkat beberapa kompetensi dan indikator untuk mengadakan pembandingan tersebut, antara lain sebagai berikut:
·        Kompetensi “Medical Model” dengan indikator ‘Pemberian Pemahaman Konsep Sehat-Sakit’.
Bidan Dini mengatakan bahwa bidan harus mampu membandingkan antara kondisi yang “seharusnya” dengan kondisi yang “dialami” klien atau pasien.
Jadi, cara terbaik untuk memberi penjelasan kepada pasien/klien tentang bagaimana yang disebut dengan sehat dan apa yang dimaksud dengan sakit itu ialah pertama, dengan menggunakan parameter atau ukuran atau standar bagaimana yang disebut dengan sehat atau keadaan normal itu sendiri, tentunya sang bidan harus sangat menguasai parameter-parameter tersebut untuk menentukan keadaan seorang pasien/kliennya.
Misalkan, ada seorang ibu hamil datang untuk memeriksakan Hbnya, dan berdasarkan hasil pemeriksaan bidan Hb ibu tersebut 9, sedangkan seharusnya Hb itu 11, kesimpulannya, ibu hamil tersebut dikatakan “sakit”. Contoh kedua, misalkan ada hamil tua datang ke praktek bidan dengan keluhan ada air yang keluar dari jalan lahir yang ternyata setelah diperiksa sang bidan, cairan itu merupakan air ketuban, padahal si ibu tidak merasa kontraksi dan belum mengalami pembukaan 10cm, itu berarti ibu hamil tersebut mengalami ketuban pecah dini atau KPD, sehingga bidan dapat sambil menjelaskan kepada ibu itu bahwa beliau mengalami kelainan atau “sakit”, dan harus segera ditangani  karena jika sudah pecah lebih dari 8 jam, akan ada potensi patologis pada sang ibu dan calon bayinya.
Jadi, bidan mampu menjelaskan tentang kondisi pasien dengan jelas kepada pasiennya sehingga pasien mampu menerima dan mengerti kondisi yang ia alami.
Dan yang kedua, bidan harus fokus pada permasalahan sehingga dalam hal pemberian solusi atau pengobatan, klien/pasien mendapatkan kedetailan/kerincian apa yang sedang ia alami. Misalkan berdasarkan hasil pemeriksaan, ibu mengalami anemia, dan fokus yang seharusnya bidan lakukan ialah bagaimana cara untuk mengobati anemia ibu tersebut, yaitu menyarankan agar pasien istirahat cukup, memberikan vitamin, juga menyarankan agar pasien mengatur pola makan termasuk pola asupan nutrisi yang dikonsumsinya. Contoh lain, misalkan ada pasien/klien yaitu ibu hamil tua datang dengan mengeluh badannya pegal-pegal, kakinya kesemutan, maka yang seharusnya bidan beritahu/jelaskan ialah fokus pada penyebab dan penanganan hal tersebut, yaitu pegal-pegal dan kesemutan itu terjadi karena masa kehamilan si ibu hamil sudah mulai memasuki trimester akhir sehingga terjadi penambahan berat badan dan hal itu menyebabkan ketidaklancaran peredaran darah si ibu hamil. Dan upaya untuk mengurangi pegal dan kesemutan itu bisa dengan merendam kaki di air hangat, dan melakukan proses relaksasi tubuh.
·        Kompetensi “Health for All” dengan indikator ‘Pemberian Asuhan pada Wanita, Keluarga, dan Masyarakat’.
Bidan Dini mengatakan bahwa bidan harus bangga dengan profesinya sebagai bidan karena bidan hadir di setiap siklus kehidupan manusia, hal tersebut diyakini karena bidan memberi kontribusi sejak manusia ada dalam kandungan, lahir sebagai bayi, bertumbuh dari balita, anak-anak, remaja, hingga dewasa.
Bidan memberikan pemeriksaan ANC (Ante Natal Care) pada ibu hamil misalkan pemberian vitamin, konseling agar si ibu mendapatkan perawatan yang baik dan si janin berkembang dengan baik, juga bidan memberi pemeriksaan sehingga dapat mendeteksi adanya kelainan baik pada ibu maupun pada bayi. Lalu bidan membantu persalinan baik secara mandiri maupun rujukan jika patologis. Setelah lahir, bidan memberi asuhan ibu nifas, juga sekaligus asuhan bagi bayi baru lahir. Bayi itu kemudian akan diimunisasi, lalu bayi itu bertumbuh menjadi balita dan bidan akan melakukan SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh  Kembang) pada balita/anak. Kemudian balita bertumbuh dan memasuki anak usia SD dan akan diimunisasi, lalu bertumbuh menjadi anak usia SMP dan SMA yaitu usia remaja, bidan akan memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan reproduksi juga bahayanya pernikahan dini.
Setelah itu bertumbuh lagi menjadi dewasa pra-konsepsi, dan bidan akan memberikan konseling kepada calon pasangan suami-istri tentang reproduksi pria-wanita yang sehat, atau kelainan-kelainan pada organ reproduksi pria-wanita. Setelah menikah, wanita tersebut akan hamil dan bidan akan kembali berkontribusi dalam masa kehamilan hingga persalinan. Selama kehamilan bidan akan memberikan penyuluhan/konseling tentang alat kontrasepsi. Setelah masa produktif wanita, akan mengalami masa pre-menopause dan bidan akan mendampingi masa-masa itu.
Bidan juga memberi pelayanan pada masyarakat umum, tidak pada wanita saja melainkan juga pada pria. Yaitu, pada saat masa bayi, balita, dan anak-anak, laki-laki pasti akan diimunisasi. Pada saat masa remajanya, laki-laki juga diberi penyuluhan tentang kesehatan alat reproduksi. Juga misalkan saat bidan memeriksa kehamilan si ibu hamil, bidan pasti akan menyarankan hal-hal yang harus dilakukan sang suami untuk mendampingi dan mendukung istrinya. Kemudian, pada saat bidan memberi bimbingan konseling tentang alat kontrasepsi, tidak hanya pada istri, tapi dengan pasangan suami-istri.
·        Kompetensi “Konsep  dalam Pelayanan Kebidanan” dengan indikator ‘Aman dan Memuaskan pada Pasien’ serta ‘Bidan Menghormati Martabat Manusia dan Penentuan Pilihan Sendiri, juga Menghormati Perbedaan Budaya dan Etnik’.
Bidan Dini menyatakan bahwa kita sebagai bidan harus memiliki etika dan professionalism yang baik dan benar dalam hal memberikan pelayanan kepada pasien/klien agar pasien/klien tersebut merasa aman, nyaman, dan puas.
Terkadang ada bidan yang pilih kasih dalam hal memberi penanganan pada pasien/klien disebabkan status ekonomi, yaitu sang bidan menangani yang tingkat ekonominya menengah ke bawah atau miskin dengan cara seenaknya atau mungkin disepelekan. Padahal seharusnya tidak begitu, karena kompetensi dan profesionalisme bidan hanya 1 dan sama untuk semua kalangan atau tidak tergantung pada status ekonominya.
Tentang etnik dan budaya, karena belum tentu pasien/klien yang ditangani sama dengan profesi sang bidan, maka bidan perlu beradaptasi dan mengetahui cara/kebiasaan sang pasien/klien, dan bisa mengikuti kebiasaan serta etika di tempat di mana bidan tersebut bekerja/praktek, meliputi cara bertutur kata dan tindakan agar pasien tetap merasa nyaman.
Juga dalam hal menghormati pilihan dan keputusan pasien, bidan harus memberitahu pasien/klien tentang “Informed Choice dan Informed Concent”. Informed Choice yaitu memberikan pilihan kepada pasien/klien mengenai bidan mana yang diinginkan pasien untuk menanganinya, juga pilihan mengenai tindakan yang diinginkan. Lalu, Informed Concent yaitu persetujuan pasien/klien dengan bidan tentang pilihan tindakan yang diinginkannya.
Ada beberapa tips dalam memberikan pelayanan kebidanan agar pasien merasa aman dan puas, antara lain :
1.      Asuhan sesuai dengan standar prosedur.
Contoh : Pada ANC lakukan standar 10 T :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas).
4. Ukur tinggi fundus uteri.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.
7. Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Test laboratorium (rutin dan khusus).
9. Tatalaksana kasus.
10. Temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan., merupakan salah 1 standar pelayanan kebidanan pada ibu hamil.
2.      Memberi konseling yang fokus.
3.      Memiliki performance/penampilan yang baik.
Meliputi: Cara berpakaian, cara berbicara, dan cara memberi perhatian, juga memberi “5 S” :
1.      Senyum
2.      Sapa
3.      Salam
4.      Sopan
5.      Santun

4.      Menerima kritik dan saran.
5.      Melakukan dan memperhatikan Rekam Medik.

·        Kompetensi “Model Praktik Kebidanan yang digunakan” dengan indikator ‘Mandiri, Kolaborasi, dan Rujukan’.
Bidan Dini mengatakan bahwa pelayanan/asuhan kebidanan yang dilakukannya selama ini meliputi pelayanan mandiri, kolaborasi, dan rujukan.
Pelayanan Mandiri di sini bukan berarti memberi pelayanan dengan seenaknya, tetapi pelayanan mandiri merupakan pelayanan yang bidan lakukan sendiri sesuai dengan kewenangannya, meliputi asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu menyusui normal, imunisasi bayi, deteksi bayi balita, dan lain-lain.
Pelayanan Kolaborasi berarti bekerjasama dengan profesi lain untuk menegakkan diagnose sehingga mendapat bantuan dalam melakukan asuhan kebidanan. Misalkan pada ibu hamil yang baru pertama kali periksa, bidan mengecek Hb bia dengan berkolaborasi dengan profesi lain. Juga misalkan ada ibu hamil yang mengalami anemia, bidan bisa berkolaborasi dengan profesi ahli gizi mengenai nutrisi yang baik bagi pasien.
Pelayanan Rujukan ialah bidan merujuk atau minta bantuan ke yang kompetensi/wewenangnya lebih satu tingkat lebih tinggi di atas profesi bidan. Misalkan ada ibu yang mau bersalin namun bayinya susah keluar dikarenakan pinggangnya sempit, maka bidan dapat merujukpasien ke dokter spesialis yang fasilitasnya lebih lengkap.






















BAB IV
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Dari hasil wawancara dengan narasumber bidan Dini, dapat diketahui bahwa praktek atau pelayanan dan asuhan kebidanan yang beliau lakukan selama ini sesuai dengan teori yang diajarkan oleh dosen di bangku perkuliahan pada kami selama ini. Karena semua pelayanan tersebut tidak lepas dari tugas, peran, kompetensi, dan profesionalisme bidan.
Pemberian pemahaman kepada pasien/klien mengenai konsep sehat-sakit lumayan rumit jika tidak dibarengi dengan perbandingan antara kondisi yang ‘seharusnya’ dengan kondisi yang ‘dialami’ pasien. Karena, dengan adanya perbandingan seperti itu maka lebih mudah untuk memberi penjelasan kepada pasien.
Sasaran pelayanan kebidanan bukan hanya pada ibu hamil, tapi lebih umum pada wanita, juga mengambil andil di setiap bagian kehidupan manusia, sejak manusia itu di dalam kandungan hingga dewasa. Itu sebabnya bidan dikatakan ada di siklus kehidupan manusia, terutama wanita.
Bidan memberikan pelayanan yang terbaik agar klien/pasien merasa aman, nyaman, dan puas dalam menerima pelayanan tersebut. Pelayanan kebidananpun tidak membedakan tingkat sosial dan ekonomi seseorang, agama, suku, juga budaya pasien/kliennya. Karena pelayanan kebidanan merata dan sama untuk semua yang membutuhkan.
            Pelayanan kebidanan yang diberikan harus sesuai dengan wewenang bidan. Wewenang tersebut ada dalam kompetensi dan profesionalisme bidan. Pelayanan yang bidan berikan dapat berupa pelayanan mandiri/sendiri sesuai wewenang, pelayanan kolaborasi yaitu bekerjasama dengan profesi lain untuk menegakkan diagnose dan memberi saran pengobatan, juga pelayanan rujukan saat pasien mengalami komplikasi dan patologis sehingga pasien harus dirujuk ke kompetensi yang lebih tinggi dan fasilitas lebih lengkap.




B.   Saran
Sebagai seorang bidan sebaiknya memiliki banyak ilmu dan pengetahuan juga harus terus giat belajar dan memahami tentang konsep sehat dan sakit serta menguasai bagaimana caranya memberi penjelasan kepada pasien atau klien mengenai pemahaman konsep sehat sakit.
Bidan sebaiknya memiliki panggilan hati untuk melayani masyarakat umum bukan hanya wanita hamil tapi juga anak-anak, pria, dan lansia karena sasaran pelayanan kesehatan seorang bidan mencakup keseluruhan siklus kehidupan manusia.
Bidan sebaiknya memiliki konsep pelayanan yang baik dan benar meliputi etika, penampilan, dan tutur kata. Hal itu dilakukan agar pasien mendapatkan pelayanan yang aman dan memuaskan.
Bidan sebaiknya memahami dan menguasai kompetensi profesionalisme bidan serta standar operasional prosedur (SOP) dalam hal memberikan pelayanan mandiri, kolaborasi dan rujukan agar tidak melenceng dari wewenang seorang bidan. 


C.    Daftar Pustaka

Siswanto.(2007).Kesehatan Mental : Kesehatan Mental – Konsep, Cakupan dan Perkembangannya.Yogyakarta: ANDI
Semium, Yustinus.(2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta.Kasinius
Riyanti, Dwi B.P., Prabowo, Hendro. (1998). Seri diktat kuliah psikologi umum 2. Depok: Universitas Gunadarma.
Puspitawati, I. Dwi Riyanti, Hendro Prabowo.(1996). Seri Diktat Kuliah Psikologi Umum I. Jakarta. Gunadarma.








No comments:

Post a Comment