Tuesday, June 9, 2015

RESUME PREEKLAMSI RINGAN DAN PREEKLAMSI BERAT, EKLAMSI, RUPTUR UTERI, IUFD, SOLUSIO PLASENTA, PLASENTA PREVIA DAN CONTOH JURNAL



RESUME PREEKLAMSI RINGAN DAN PREEKLAMSI BERAT, EKLAMSI, RUPTUR UTERI, IUFD, SOLUSIO PLASENTA, PLASENTA PREVIA DAN CONTOH JURNAL

DOSEN PENGAMPU : GITTA ANDRIANI,S.SIT. M.KES
Nama      :AGATA PAMA
NIM        :14140125
KELAS   : B.11.3

            UNIVERSITAS RESPATI  YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
              2014/2015
Preeklamsi Ringan dan Preeklamsi Berat

A.   Pengertian
Preeklampsia ialah timbulnya hipertensi disertai protein uria dan atau edema akibat dari kehamilan setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan, bahkan setelah 24 jam post partum.

Preeklampsia ringan, adalah suatu keadaan pada ibu hamil disertai kenaikan tekanandarah sistolik 140/90 mm/Hg atau kenaikan diastolik 15 mm/Hg atau lebih, atau kenaikansistolik 30 mm/Hg atau setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat tekanan darahnormal dan adanya proteinuria kuantitatif >3 gr perliter atau kuantitatif 1+ atau 2+ padaurin kateter atau midstream2.

Preeklamsia berat, adalah suatu keadaan pada ibu hamil bila disertaikenaikan tekanandarah 160/110 mm/Hg atau lebih, adanya proteiunuria 5 gr atau lebih per liter dalam 24 jam atau kuantitatif 3+atau kuantitatif 4+, adanya oliguria (jumlah urin kurang dari 500cc per jam, adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, rasa nyeri diepigastrium,adanya tanda sianosis, edema paru, trombositopeni, gangguan fungsi hati, serta yangterakhir adalah pertumbuhan janin terhambat

B.   Gejala Klinis
Gejala preeklamsia :
1.      Hipertensi
2.      Adema
3.      Proteinuria
4.      Gejala subjektif : sakit kepala, nyeri ulu hati, gangguan penglihatan

C.   Diagnosis
Dikatakan preeklampsia berat bila dijumpai satu atau lebih tanda/gejala berikut :

1.      TD ≥ 160 / 110 mmHg
2.      Proteinuria > 5 gr / 24 jamatau kualitatif 3+ / 4+
3.      Oliguria ≤ 500 ml / 24 jam disertai kenaikan kadar kreatinin darah
4.      Peningkatan kadar enzim hati dan / atau ikterus
5.      Gangguan visus dan cerebral
6.      Nyeri epigastrium
7.      Edema paru atau sianosis
8.      Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat (IUFGR)
9.      HELLP Syndrom (H = Hemolysis, E = Elevated, L = Liver enzyme, LP =LowPlatelet Counts

Impending eklampsia bila dijumpai tanda/ gejala berikut :

1.       Nyeri kepala hebat
2.      Gangguan visual
3.      Muntah-muntah
4.       Nyeri epigastrium
5.      Tekanan darah naik secara progresif

D.   Penatalaksanaan

1.      Penanganan dipuskesmas
2.      Penanganan dirumah sakit

E.   Pencegahan
1.      Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semuawanita hamil memeriksakan diri sejak hamil muda.
2.      Mencari pada setiap pemeriksaan tanda-tanda preeklampsia dan mengobatinya segeraapabila ditemukan
3.      Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu keatas apabilasetelah dirawat tanda-tanda preeklampsia tidak juga dapatdihilangkan
4.      Berdasarkan teori iskemik plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel yang dapatmenyebabkan hipoksia dan iskemik plasenta, yang pada akhirnya menghasilkanoksidan (radikal bebas) dalam tubuh, sehingga untuk mencegahnya bisa diberikanantioksidan, yang dibagi menjadi 3 golongan :

a.       Antioksidan primer Antioksidan primer berperan untuk mencegah pembentukan radikal bebas barudengan memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi produk yanglebihstabil. Contoh antioksidan primer, ialah enzimsuperoksida dimustase (SOD),katalase,dan glutation dimustase.
b.       Antioksidan Sekunder Antioksidan sekunder berfungsi menangkap senyawa radikal serta mencegahterjadinya reaksi berantai. Contoh antioksidan sekunder diantaranya yaitu vitaminE, Vitamin C, dan β-karoten.c.
c.       Antioksidan Tersier Antioksidan tersier berfungsi memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yangdisebabkan oleh radikal bebas. Contohnya yaitu enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin sulfoksida reduktase
F.    Contoh Jurnal
PENCEGAHAN PREEKLAMPSIA
WIM T PANGEMANAN
Departemen Obstetri dan Ginekologi
FK Universitas Sriwijaya / RSMH Palembang
Hipertensi terjadi sekitar 6%-10% pada seluruh kehamilan, dan kelainan hipertensi dalam kehamilan dan khususnya preeklampsia merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada maternal dan perinatal di negara-negara berkembang dan negara maju. Sampai saat ini, hal ini selalu dianggap bahwa kelainan hipertensi yang diinduksi kehamilan adalah respon patologis dan morbiditas perinatal; kasus ini disebut sebagai preeklampsia. Terminologi kelainan hipertensi yang diinduksi kehamilan digunakan sebagai sebutan untuk semua kelainan hipertensi, dengan atau tanpa proteinuria, yang diinduksi oleh kehamilan.1-6
Pencegahan preeklampsia berarti langkah kedepan yang bermakna dalam perawatan prenatal.
PENILAIAN KLINIK
Tekanan darah. Hipertensi adalah tanda yang paling sering dan potensial sebagai manifestasi klinis yang paling berbahaya pada kelainan hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan. Peningkatan tekanan darah pada kelainan ini disebabkan oleh peningkatan resistensi perifer sistemik dan merupakan ciri-ciri penyakit yang cukup dini. Pengukuran tekanan darah atau MAP pada trimester kedua tidak berguna untuk diagnosa dini preeklampsia. Jika terjadi peningkatan tekanan darah diastolik, atau MAP trimester kedua bisa berarti apapun, ini adalah hipertensi transient tapi bukan penyakit preeklampsia-eklampsia yang sebenarnya, dengan hubungannya terhadap morbiditas dan mortalitas perinatal. Evaluasi perubahan peningkatan tekanan darah merupakan metode yang tidak berguna dalam skrining wanita hamil yang rawat jalan terhadap impending eklampsia atau preeklampsia.30-32
Edema dan peningkatan berat badan. Salah satu tanda yang terlihat pada kelainan hipertensi yang diinduksi kehamilan adalah pembengkakkan, tetapi ini bukanlah tanda yang dapat dipercaya. Edema sedang dapat ditemukan pada 60%-80% kehamilan normotensi, dan edema pedis, yang meluas ke tibia bagian bawah, adalah hal yang sering ditemukan pada wanita hamil normal. Edema mengenai 85% wanita dengan kelainan hipertensi yang diinduksi kehamilan.
memberikan prognosis yang tidak baik terhadap luaran perinatal.
Preeklampsia hiperurisemia disebabkan oleh penurunan urat clearance oleh ginjal, dan asam urat clearance turun secara tidak proposional pada preeklampsia dibandingkan dengan kreatinin dan urea clearance. Preeklampsia hiperurisemia sedikit banyak berhubungan dengan penurunan volume plasma dan aktifitas plasma renin. Preeklampsia hiperuresemia kemungkinan disebabkan oleh kombinasi vasokonstriksi intrarenal (peritubular) dan hipovolemia. Peningkatan kadar asam urat berhubungan dengan beratnya lesi preeklampsia pada biopsi ginjal, derajat patologi uteroplasenta vaskuler, dan jeleknya keadaan janin.
Hiperurisemia telah dilaporkan menjadi prediktor yang lebih baik daripada tekanan darah terhadap luaran perinatal yang tidak baik. Pada kebanyakan pasien, peningkatan kadar urat nampaknya bersamaan dengan terjadinya peningkatan tekanan darah dan terjadi sebelum perkembangan stadium proteinuria dari penyakit. Secara keseluruhan, nilai asam urat dalam memprediksikan preeklampsia nampaknya terbatas. Proteinuria. Adanya proteinuria bermakna adalah hal yang diperlukan untuk diagnosis klasik dari preeklampsia. Proteinuria adalah tanda lanjut dari kelainan hipertensi yang diinduksi kehamilan dan adalah refleksi dari penyakit yang lanjut. HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes, low trombosits) syndrome dan eklampsia (didahului kejang-kejang) dapat terjadi tanpa proteinuria. Terjadinya proteinuria adalah ekspresi dari disfungsi glomelular dan biasanya bersamaan dengan penurunan kreatinin clearance.
Ekskresi kalsium urin. Hipokalsiuria terjadi pada kebanyakan pasien dengan stadium lanjut dari penyakit. Preeklampsia hipokalsiuria (seperti penurunan urat clearance) adalah ekspresi dari disfungsi tubular. Sanchez-Ramos dkk mempelajari nilai kalsium urin sebagai petanda dini untuk preeklampsia pada 103 wanita nulipara. Pada 10 - 24 minggu kehamilan, pasien-pasien yang kemudian mengalami preeklampsia mengekresikan kalsium urin lebih sedikit secara bermakna daripada pasien-pasien yang tetap normotensi. Pengurangan ini terus terjadi selama kehamilan. Perbedaan insidensi (87%) preeklampsia antara wanita hamil dengan nilai ekskresi kalsium pada atau dibawah nilai ambang 195 mg/24 jam dan dengan mereka yang nilainya
Hitung Trombosit. Masa hidup trombosit lebih pendek secara bermakna pada kelainan hipertensi yang diinduksi kehamilan, khususnya ketika terjadi komplikasi retardasi pertumbuhan janin, dibandingkan dengan kehamilan tanpa komplikasi. Pada wanita preeklampsia, turunnya hitung trombosit terjadi kurang lebih bersamaan dengan peningkatan kadar asam urat, dan keduanya mendahului perkembangn proteinuria sekitar 3 minggu. Standar deviasi pada jumlah sirkulasi trombosit wanita hamil normotensi dan hipertensi menghalangi penggunaan hitung trombosit sebagai metode yang efektif untuk deteksi dini pada wanta nulipara risiko rendah.28,41
Kadar Hemoglobin, Hematokrit, Mean Corpuscular Volume. Peningkatan kadar hemoglobin dan hematokrit abnormal (Hb/Hct) adalah prediktor yang lebih baik terhadap luaran perinatal yang jelek daripada kadar estriol atau human placental lactogen (hPL) rendah abnormal. Kadar Hb/Hct ibu yang tinggi berhubungan dengan berat badan lahir rendah dan berat plasenta rendah, peningkatan insiden prematuritas dan mortalitas perinatal, dan peningkatan resistensi vaskuler perifer, dan bentuk hipertensi maternal. Pengukuran serial Hb/Hct sangat berguna dalam memantau kehamilan dengan risiko tinggi terjadi insufisiensi uteroplasenta dan dalam memantau bentuk penyakit yang menyebabkan kelainan hipertensi yang diinduksi kehamilan atau komplikasi kehamilan oleh retardasi pertumbuhan janin, atau keduanya. Peningkatan kadar petanda hemoglobin pada trimester kedua mendahului perkembangan kelainan hipertensi yang diinduksi kehamilan dan berguna sebagai prediktor. Nilai prediktif kadar hemoglobin yang dinilai adalah rendah.32,44
Penilaian Doppler Ultrasound pada Sirkulasi Uteroplasenta
Ada tidaknya perubahan fisiologi pembuluh darah uteroplasenta adalah dasar patofisiologi untuk penggunaan pemeriksaan aliran Doppler dalam diagnosis dini preeklampsia. Peningkatan resistensi gelombang velositas aliran uteroplasenta menunjukkan hubungan dengan hasil pemeriksaan patologi placental bed dan plasenta. Perubahan vaskuler patologis ini terdapat dalam proporsi yang bermakna pada kehamilan normotensi dengan komplikasi retardasi pertumbuhan janin.
Resistensi indeks = RI gelombang velositas aliran darah uteroplasental (FVWs = Flow Velocity Waveforms) menurun pada kehamilan dini sampai minggu 20-26 kehamilan dan kemudian menjadi stabil sampai aterm. Velositas aliran darah end-diastolic yang tinggi dan rasio yang rendah selama separuh akhir kehamilan menunjukkan resistensi perifer yang rendah pada uteroplasental vascular bed. Tidak ada metode standar yang mendukung FVWs uteroplasenta.45
Pearce dan McParland mendukung bahwa kedua sisi uterus sebaiknya diperiksa dan FVWs dilaporkan sebagai berikut:
1. Resistensi rendah seragam: FVWs dari kedua sisi uterus memiliki RI kurang dari 0.58.
2. Resistensi tinggi seragam: FVWs dari kedua sisi uterus memliki RI lebih besar dari 0.58.
3. Bentuk resistensi campuran: satu gelombang (bervariasi dari sisi plasenta) adalah resistensi rendah (RI<0.58); gelombang dari sisi lainnya adalah resistensi tinggi.
Ada banyak informasi tentang bentuk gelombang daripada hanya indeks FVWs. Ada tidaknya noktah adalah sangat penting dalam hal ini. Noktah diastolik dini pada FVWs uteroplasenta telah dilaporkan pada kehamilan normal sampai sekitar minggu 26 kehamilan. Pada sisi plasental uterus, hal ini jarang ditemukan setelah kehamilan 20 minggu.45
Pada tahun 1986, Campbell dkk adalah yang pertama melaporkan penggunaan velosimetri Doppler uteroplasenta sebagai tes skrining pada kehamilan dini untuk hipertensi, retardasi pertumbuhan janin, dan asfiksia janin. Studi pertama ini memberikan hasil yang menjanjikan secara ekstrim. Nilai duga yang sempurna ditemukan pada studi ini disebabkan oleh rate komplikasi 25 % pada kelompok studi.46
Penelitian akhir-akhir ini melaporkan dalam literatur mengenai nilai klinik evaluasi Doppler Ultrasound terhadap sirkulasi uteroplasenta
Pembatasan Natrium dan Diuretik
Penggunaan profilaksis pembatasan natrium atau pemakaian diuretik, atau keduanya, dalam usaha untuk mencegah kelainan hipertensi yang diinduksi kehamilan didasarkan pada hipotesis bahwa retensi natrium adalah faktor etiologi. Orang yang sangat antusias menunjukkan bahwa garam memainkan peranan yang penting dalam eklampsia adalah De Snoo (1877-1949), seorang ahli kandungan Belanda. Pada akhir tahun 1940-an, hal ini dianjurkan untuk mengajak wanita Sebagai kontrol, meskipun sangat kurang, studi pada lebih dari 2000 wanita, preeklampsia terjadi dua kali lebih sering pada wanita yang dianjurkan untuk makan garam lebih sedikit dibandingkan dengan wanita yang dianjurkan makan suplemen garam.Van Buul dan sekerjanya, mempelajari efek pembatasan garam jangka panjang pada hasil kehamilan pada wanita hamil nullipara yang sehat, menemukan tidak ada perbedaan dalam insiden hipertensi atau berat badan lahir. Air yang berlebihan dan retensi garam adalah ciri sekunder preeklampsia, disebabkan pergeseran kurva tekanan renal—natriuresis akibat kerusakan sel endotelial dengan diikuti vasokonstriksi dan peningkatan permeabilitas mikrovaskuler.
secara aktif. Collin dkk, menganalisa 10 studi prospektif, randomized trials terhadap pemberian terapi diuretik secara primer untuk edema atau peningkatan berat badan yang cepat, atau untuk keduanya. Analisa terhadap studi ini, melibatkan 7000 wanita, nampaknya menunjukkan adanya reduksi yang bermakna dalam insiden “preeklampsia”. Seperti yang dicatat oleh penulis-penulis ini, paling sedikit terdapat dua kesulitan utama dalam hal metodologi yang menghambat pengambilan kesimpulan yang tepat. Pertama, kriteria yang digunakan untuk diagnosis ”preeklampsia” tidak jelas atau tidak tetap. Kedua, karena diuretik dapat menyebabkan penurunan tekanan darah dan mengurangi edema, sehingga terapi yang diberikan menutupi dua tanda diagnosis dari kelainan hipertensi yang diinduksi kehamilan tanpa diperantarai adanya bentuk penyakit yang mendasari dan dampak buruknya.55
Secara konsekuen, Collin dkk, menggunakan lebih banyak metode langsung dalam penilaian keuntungan yang potensial dari terapi diuretik dengan menganalisa luaran janin dan insiden preeklampsia. Angka kematian perinatal adalah 1,9 % pada kelompok kontrol dan 1,7 % pada wanita yang diterapi diuretik. Pemberian diuretik tidak memiliki pengaruh pada kejadian preeklampsia. Evaluasi lebih lanjut terhadap efek potensial obat yang negatif tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antara subjek yang diterapi dan kontrol. Pada kelompok yang diterapi diuretik, dilaporkan beberapa kasus trombositopenia neonatal dan kuning sebagai akibat ketidakseimbangan elektrolit dan pankreatitis maternal (termasuk empat kasus fatal). Oleh karena itu, perlu pertimbangan kontraindikasi untung rugi penggunaan terapi diuretik profilaksis selama kehamilan.55,56
Suplementasi Magnesium
Suplementasi Zinc
Zinc adalah elemen esensial dalam metabolisme oksidatif, sintesis deoxyribonucleic acid (DNA) dan ribonucleic acid (RNA), imunokompeten, dan stabilisasi membran. Kadar zinc plasenta dan plasma telah dilaporkan menurun pada preeklampsia (tapi tidak pada wanita hamil dengan hipertensi kronik), dan kadar zinc plasma maternal telah dilaporkan berhubungan dengan berat badan lahir. Peneliti-peneliti lain menemukan tidak ada perubahan yang bermakna dalam serum dan konsentrasi zinc eritrosit pada wanita dengan kelainan hipertensi yang diinduksi kehamilan.59
Hasil dari dua percobaan suplementasi zinc untuk mencegah kelainan hipertensi yang diinduksi kehamilan tidaklah konsisten. Hunt dkk, melaporkan bahwa suplementasi zinc mengurangi terjadinya “hipertensi yang diinduksi kehamilan” (2.3% berbanding 15.5%) pada wanita Meksiko-Amerika. Hasil-hasil ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati sejauh mana preeklampsia itu terlibat; wanita dengan “hipertensi yang diinduksi kehamilan” tidak seluruhnya memiliki preeklampsia yang sebenarnya. Lebih lagi, terjadinya hipertensi tidak berhubungan dengan konsentrasi zinc serum.60
Mahomed dkk, menemukan tidak ada perbedan yang bermakna dalam insiden kelainan hipertensi yang diinduksi kehamilan antara ibu yang diberikan suplementasi zinc (4.6%) dan yang diberikan plasebo (1.3%). Meski studi-studi berikutnya memberikan bukti yang jelas bahwa preeklampsia berat berhubungan dengan kadar zinc plasma yang lebih rendah, penurunan ini mungkin hanya akibat adanya hipoalbuminemia.61
Suplementasi zinc tampaknya tidak digunakan dalam pencegahan kelainan hipertensi yang diinduksi kehamilan, dan karena defisiensi zinc sangat jarang sekali dalam diet wanita di negara-negara maju, suplementasi rutin sebanyak 15 mg/hari (the recommended daily allowance) tidak dianjurkan untuk saat ini.
mencegah preeklampsia pada 1 wanita dari 100 wanita yang diterapi, dengan CI 0-2 per 100. Selain itu, tidak ada bukti efek aspirin pada insiden kelahiran dan kematian neonatal.
Uji NIH kedua baru-baru ini adalah uji coba yang terbesar terhadap efek aspirin dosis rendah pada wanita berisiko tinggi. Multisenter, secara acak, plasebo-kontrol, uji double-blind mengikutsertakan 471 wanita dengan IDDM, 747 dengan hipertensi kronis, 688 dengan multifetal gestasi, dan 606 dengan preeklampsia pada kehamilan terakhir. Pasien-pasien yang dipilih mempunyai masa gestasi 13-26 mg (rata-rata 20 mg) dan dengan preeklampsia. Dari grup aspirin dan plasebo, hasil yang didapat adalah : untuk diabetes (DM), 18,3% vs 21,6%; untuk kehamilan multifetal, 11,5% vs 15,9%; untuk wanita dengan riwayat preeklampsia, 16,7% vs 19%, dan untuk pasien dengan hipertensi kronis, 26% vs 24,6%.
Pada akhirnya, untuk semua subgrup, trend yang tidak signifikan sedikit lebih baik dengan terapi aspirin dosis rendah, kecuali pada pasien dengan hipertensi kronis. Sebagai kesimpulan, aspirin tidak mengurangi insiden preeklampsia (RR 0,91, 95% CI 0,78-1,07) pada grup yang teragregasi atau grup yang berisiko. Selain itu, penemuan BLASP studi dan Jamiaca studi adalah negatif.
Tabel 5.2 merangkum tentang uji aspirin dosis rendah. Dalam kesimpulan 20 percobaan baik skala besar atau kecil tidak dapat menyimpulkan aspirin sebagai obat yang dapat menghilangkan preeklampsia, tetapi masalah ini masih belum terpecahkan



















Ruptur Uteri

A.   Pengertian
Ruptura uteri atau robekan rahim merupakan peristiwa yang amat membahayakan baik untuuk ibu maupun untuk janin.
Ruptura uteri dapat terjadi secara komplet dimana robekan terjadi pada semua lapisan miometrium termasuk peritoneum dan dalam hal ini umumnya janin sudah berada dalam cavum abdomen dalam keadaan mati ; ruptura inkomplet , robekan rahim secara parsial dan peritoneum masih utuh.
Angka kejadian sekitar 0.5% Ruptura uteri dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma dan dapat terjadi pada uterus yang utuh atau yang sudah mengalami cacat rahim (pasca miomektomi atau pasca sectio caesar) serta dapat terjadi dalam pada ibu yang sedang inpartu (awal persalinan) atau belum inpartu (akhir kehamilan)
Kejadian ruptura uteri yang berhubungan dengan cacat rahim adalah sekitar 40% ; ruptura uteri yang berkaitan dengan low segmen caesarean section ( insisi tranversal ) adalah kurang dari 1% dan pada classical caesarean section ( insisi longitudinal ) kira kira 4% – 7%
Faktor resiko :
  1. Pasca sectio caesar ( terutama classical caesarean section )
  2. Pasca miomektomi ( terutama miomektomi intramural yang sampai mengenai seluruh lapisan miometrium )
  3. Disfungsi persalinan ( partus lama, distosia )
  4. Induksi atau akselerasi persalinan dengan oksitosin drip atau prostaglandin
  5. Makrosomia
  6. Grande multipara
B.   Diangnosis dan Penatalaksanaan
Gejala dan tanda ruptura uteri sangat ber variasi.Secara klasik, ruptura uteri ditandai dengan nyeri abdomen akut dan perdarahan pervaginam berwarna merah segar serta keadaan janin yang memburuk.


Gejala ruptura uteri ‘iminen’ :
  1. Lingkaran retraksi patologis Bandl
  2. Hiperventilasi
  3. Gelisah – cemas
  4. Takikardia
Lingkaran Retraksi Patologis ( Lingkaran Bandl )
Setelah terjadi ruptura uteri, nyeri abdomen hilang untuk sementara waktu dan setelah itu penderita mengeluh adanya rasa nyeri yang merata dan disertai dengan gejala dan tanda:
  1. Abnormalitas detik jantung janin (gawat janin sampai mati)
  2. Pasien jatuh kedalam syok
  3. Bagian terendah janin mudah didorong keatas
  4. Bagian janin mudah diraba melalui palpasi abdomen
  5. Contour janin dapat dilihat melalui inspeksi abdomen
Robekan utrerus saat laparotomi
Bila sudah diagnosa dugaan ruptura uteri sudah ditegakkan maka tindakan yang harus diambil adalah segera memperbaiki keadaan umum pasien ( resusitasi cairan dan persiapan tranfusi ) dan persiapan tindakan laparotomi atau persiapan rujukan ke sarana fasilitas yang lebih lengkap.
Sebagai bentuk tindakan definitif maka bila tobekan melintang dan tidak mengenai daerah yang luas dapat dipertimbangkan tindakan histerorafia ; namun bila robekan uterus mengenai jaringan yang sangat luas serta sudah banyak bagian yang nekrotik maka tindakan terbaik adalah histerektomi.
C.   Pencegahan
Resiko absolut terjadinya ruptura uteri dalam kehamilan sangat rendah namun sangat bervariasi tergantung pada kelompok tertentu :
  1. Kasus uterus utuh
  2. Uterus dengan kelainan kongenital
  3. Uterus normal pasca miomektomi
  4. Uterus normal dengan riwayat sectio caesar satu kali
  5. Uterus normal dengan riwayat sectio lebih dari satu kali
Pasien dengan uterus normal dan utuh memiliki resiko mengalami ruptura uteri paling kecil ( 0.013% atau 1 : 7449 kehamilan )
Strategi pencegahan kejadian ruptura uteri langsung adalah dengan memperkecil jumlah pasien dengan resiko ; kriteria pasien dengan resiko tinggi ruptura uteri adalah:
  1. Persalinan dengan SC lebih dari satu kali
  2. Riwayat SC classic ( midline uterine incision )
  3. Riwayat SC dengan jenis “low vertical incision “
  4. LSCS dengan jahitan uterus satu lapis
  5. SC dilakukan kurang dari 2 tahun
  6. LSCS pada uterus dengan kelainan kongenital
  7. Riwayat SC tanpa riwayat persalinan spontan per vaginam
  8. Induksi atau akselerasi persalinan pada pasien dengan riwayat SC
  9. Riwayat SC dengan janin makrosomia
  10. Riwayat miomektomi per laparoskop atau laparotomi Ibu hamil dengan 1 kriteria diatas akan memiliki resiko 200 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil umumnya
D.   Contoh Jurnal

Seorang wanita berusia 27 tahun dengan gravida 3, para 2, dirawat di rumah sakit Ethiopia karena nyeri perut berat selama persalinannya, dengan penghentian kontraksi. 
Kondisi kesehatan pasien baik. Pasien juga menerima perawatan kehamilan normal (4 kali kunjungan) disebuah pusat kesehatan didekat rumah sakit ini selama kehamilan, yang dimulai pada usia 20 minggu kehamilan. Dia memiliki riwayat kelahiran pervaginam 5 tahun yang lalu dengan bobot badan lahir bayi sebesar 2800 gram, dan 3 tahun yang lalu pasien ini mengalami persalinan dengan bayi meninggal dunia,

 penyebab kematian bayi dan berat lahir bayi tidak diketahui, otopsi tidak dilakukan. Ultrasonografi (USG) selama kehamilan ini belum dilakukan. Semua kehamilan berasal dari ayah yang sama. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit atau prosedur pembedahan. Pasien juga tidak melakukan sirkumsisi. Pasien tinggal didaerah pedesaan terpencil di Ethiopia Utara dan tinggal bersama suami dan anak-anaknya.

Pada beberapa hari sebelum masuk di rumah sakit, diusia kehamilan yang telah mencukupi untuk melahirkan, persalinan spontan dimulai dirumahnya dengan dibantu oleh seorang dukun beranak. Sekitar 24 jam sebelum masuk rumah sakit, dia mulai aktif mendorong/mengedan. Sekitar 3 jam sebelum masuk rumah sakit terjadi perdarahan pervagina secara tiba-tiba yang disertai nyeri yang parah dan diikuti dengan penghentian kontraksi yang progresif. Pasien kemudian dibawa ke rumah sakit dengan hanya ditemani suaminya setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam. Pasien dibawa ke rumah sakit Ayder, sebuah rumah sakit pendidikan untuk College of Health Sciences at Mekelle University in Mekelle, Ethiopia.

Pada pemeriksaan awal, pasien dinyatakan sadar dengan kondisi pucat dan lemah. Tekanan darah 60/30 mm Hg dengan denyut nadi 112 denyut permenit dan lemah. Membran mukosa kering dan konjungtiva putih. Perut buncit tidak teratur. Pada bagian perut yang teraba adanya janin, bunyi jantung janin tidak terdengar, ada pergeseran perut kusam, dan adanya sensasi perut. Hematokrit 12%. Cairan infus diserap dengan cepat.  Setelah 30 menit kedatangan pasien dilakukan sebuah prosedur.

Solusio Plasenta

A.   Pengertian
Solusio Plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat implantasi yang normal sebelum anak lahir.


Terdapat 2 jenis perdarahan yang terjadi :
  1. Jenis perdarahan tersembunyi (concealed) : 20%
  2. Jenis perdarahan keluar (revealed) : 80%
Pada jenis tersembunyi, perdarahan terperangkap dalam cavum uteri [hematoma retroplasenta] dan seluruh bagian plasenta dapat terlepas, komplikasi yang diakibatkan biasanya sangat berat dan 10% disertai dengan Disseminated Intravascular Coagulation. Pada jenis terbuka, darah keluar dari ostium uteri, umumnya hanya sebagian dari plasenta yang terlepas dan komplikasi yang diakibatkan umumnya tidak berat. Kadang-kadang, plasenta tidak lepas semua namun darah yang keluar terperangkap dibalik selaput ketuban (relativelly concealed) 30% perdarahan antepartum disebabkan oleh solusio plasenta.


B.   Etiologi
Penyebab utama tidak jelas.
Terdapat beberapa faktor resiko antara lain
  • Peningkatan usia dan paritas
  • Preeklampsia
  • Hipertensi kronis
  • KPD preterm
  • Kehamilan kembar
  • Hidramnion
  • Merokok
  • Pencandu alkohol
  • Trombofilia
  • Pengguna cocain
  • Riwayat solusio plasenta
  • Mioma uteri
 Faktor pencetus :
  1. Versi luar atau versi dalam
  2. Kecelakaan
  3. Trauma abdomen
  4. Amniotomi ( dekompresi mendadak )
  5. Lilitan talipusat – Tali pusat pendek
C.   Patofisiologi
Solusio plasenta diawali dengan terjadinya perdarahan kedalam desidua basalis. Desidua terkelupas dan tersisa sebuah lapisan tipis yang melekat pada miometrium.Hematoma pada desidua akan menyebabkan separasi dan plasenta tertekan oleh hematoma desidua yang terjadi.Pada awalnya kejadian ini tak memberikan gejala apapun. Namun beberapa saat kemudian, arteri spiralis desidua pecah sehingga menyebabkan terjadinya hematoma retroplasenta yang menjadi semakin bertambah luas. Daerah plasenta yang terkelupas menjadi semakin luas sampai mendekati tepi plasenta.
Oleh karena didalam uterus masih terdapat produk konsepsi maka uterus tak mampu berkontraksi untuk menekan pembuluh yang pecah tersebut. Darah dapat merembes ke pinggiran membran dan keluar dari uterus maka terjadilah perdarahan yang keluar ( revealed hemorrhage)

Perdarahan tersembunyi ( concealed hemorrhage)
  1. Terjadi efusi darah dibelakang plasenta dengan tepi yang masih utuh
  2. Plasenta dapat terlepas secara keseluruhan sementara selaput ketuban masih menempel dengan baik pada dinding uterus
  3. Darah dapat mencapai cavum uteri bila terdapat robekan selaput ketuban
  4. Kepala janin umumnya sangat menekan SBR sehingga darah sulit keluar
  5. Bekuan darah dapat masuk kedalam miometrium sehingga menyebabkan uterus couvellair
Hematoma Retroplasenta yang terlihat pasca persalinan

D.   Contoh Jurnal
            Ibu datang ke BPS pada tanggal 26 Juni 2012 pada pukul 10.00 WIB, dengan tanda gejala kala II yaitu berupa adanya dorongan meneran, tekanan pada anus, vulva dan spingter ani membuka. Ibu mengatakan sudah merasakan mules yang semakin lama semakin sering dan kuat sejak pukul 00.30 WIB dan ibu juga merasakan nyeri pinggang yang menjalar ke perut bagian bawah serta mengeluarkan lender bercampur dalah pada kemaluannya sejak pukul 03.00 WIB. Ibu mengatakan ini kehamilan ke 1 dan ibu belum pernah abortus. Atas indikasi diatas, bidan melakukan pemeriksaan dalam dan diketahui pembukaan 5 cm, tidak ada yang menghalangi jalan lahir, konsistensi serviks lunak dan ketuban masih utuh. Selanjutnya bidan melakukan pemeriksaan lanjut kemajuan persalinannya dan pemeriksaan vital sign ibu setiap 30 menit menilai dan memeriksa DJJ, kontraksi uterus , dan nadi, setiap 2 jam memeriksa suhu, setiap 4 jam menilai TD, pembukaan serviks, air ketuban, penyusupan (molase), penurunan kepala, dan urine dengan menilai konsistensi blass.
Hasil yang didapat adalah pada pukul 10.00 Wib adalah TD: 120/80 mmHg, kecepatan nadi 90/I, suhu 360C, DJJ 140x/I, pembukaan 5 cm, selapur ketuban utuh, penyusupan atau molase 0, penurunan kepala 3/5 bagian, kontraksi uterus 3x/10 menit dengan durasi 20-40 detik, blass penuh 150 ml. Pada pukul 10.30 WIB, kecepatan nadi 90x/i, DJJ 140x/i, kontraksi 4x/10 menit dengan durasi 20-40 detik. Pukul 11.00 WIB, kecepatan nadi 90x/i, DJJ 145x/i kontraksi 4x/10 menit dengan durasi > 40 detik. Pukul 11.30 WIB, kecepatan nadi 85x/i, DJJ 145x/i kontraksi 4x/10 menit dengan durasi > 40 detik. Pukul 12.00 WIB, kecepatan nadi 85x/i, DJJ 145x/i kontraksi 4x/10 menit dengan durasi > 40 detik. Pukul 12.30 WIB, kecepatan nadi 85x/i, DJJ 145x/i kontraksi 5x/10 menit dengan durasi > 40 detik. Pukul 13.00 WIB, kecepatan nadi 80x/i, DJJ 140x/i kontraksi 5x/10 menit dengan durasi > 40 detik. Pukul 13.30 WIB, kecepatan nadi 80x/i, DJJ 140x/I kontraksi 5x/10 menit dengan durasi > 40 detik. Pukul 14.00 WIB,kecepatan nadi 80x/I, DJJ 135x/I kontraksi 5x/10 menit dengan durasi > 40 detik, TD:120/80 mmHg, pembukaan 9 cm, selaput ketuban utuh, penyusupan atau molase 0, penurunan 1/5 bagian. Pukul 14.30 WIB, kecepatan nadi 80x/I, DJJ 140x/I kontraksi 5x/10 menit dengan durasi >40 detik. Pukul 15.00 WIB, kecepatan nadi 80x/menit, DJJ 140x/I kontraksi 5x/10 menit dengan durasi > 40 detik, TD: 120/80 mmHg, pembukaan 10 cm, selaput ketuban utuh, penyusupan atau molase 0, penurunan kepala 0/5.

DATA PERKEMBANGAN KALA II
Dari pemeriksaan dalam ternyata ketuban masih utuh, dilakukan amniotomi dan pada pukul 15.10 WIB ketuban telah di pecahkan, warna air ketuban jernih.  Telihat kepala bayi berada 5-6 cm di vulva bidan memimpin ibu untuk meneran. Bayi laki-laki lahir spontan pada pukul 15.30 WIB, BB 3100 gram, PB 48 cm. bayi menangis spontan, bayi bugar.

DATA PERKEMBANGAN KALA III
Setelah bayi lahir dan dipastikan tidak adanya bayi kedua, segera lakukan manajemen aktif kala III.  Menyuntikkan oksitosin pada 1/3 bagian paha lateral ibu. Setelah itu melihat adanya tanda-tanda pelepasan plasenta, tidak terlihat adanya tanda-tanda pelepasan plasenta seperti tali pusat tidak semakin memanjang, tidak ada semburan darah dari vagina, uterus lembek(tidak globular), 15 menit setelah penyuntikan oksitosin pertama plasenta belum lahir, suntik oksitosin kedua, pastikan kandung kemih ibu kosong, jika plasenta tidak lahir juga dalam 15 menit, ibu di diagnosa retensio plasenta, segera pasang infuse RL 40 tetes/I, dan lakukan tindakan manual plasenta.Ssetelah plasenta lahir, segera massase untuk merangsang kontraksi. Plasenta lahir lengkap pada pukul 16.05 WIB, kotoledon 18 buah, tali pusat 45 cm, beratnya 500gr, kontraksi rahim ibu baik.

DATA PERKEMBANGAN KALA IV
Setelah cek fundus pada pukul 13.10 WIB, tinggi fundus uteri 3 jari dibawah pusat, kontraksi baik. Vital sign ibu TD 120/70 mmHg, RR 30x/I, HR 80x/I, Temp 370C. Jumlah perdarahan 20 cc. Pukul 16.25 WIB TD 120/70 mmHg, RR 35x/I, HR 80x/I,  jumlah perdarahan 40 cc, kontraksi baik. Pukul 17.40 WIB, TD 110/70 mmHg, RR 30x/I, HR 76x/I. Jumlah perdarahan 60 cc, komtraksi baik. Pukul 17.55 WIB TD 110/70 mmHg, RR 30x/I, HR 76x/I. Jumlah perdarahan 80 cc. kontarksi baik. Pukul 18.25 WIB TD 110/70 mmHg, RR 30x/I, HR 80x/I, Temp 370C. Jumlah perdarahan 100 cc, kontraksi baik. Pukul 18.55 WIB, TD 110/70 mmHg, RR 30x/I, HR 70x/I. Jumlah perdarahan 120 cc, kontraksi ibu baik.
Flasenta Previa
A.   Pengertian
Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum). Plasenta previa, perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Menurut jenisnya plasenta previa terbagi menjadi 4 yaitu sebagai berikut :
  1. Plasenta previa totalis. Plasenta yang menutupi ostium uteri internum seluruhnya pada pembukaan 4 cm.
2.         Plasenta previa lateralis, bila menutupi ostium uteri internum sebagian pada pembukaan 4 cm. 
3.       Plasenta previa marginalis, bila tepi plasenta berada pada tepi ostium uteri internum pada pembukaan 4 cm. 
4.       Plasenta previa letak rendah, bila tepi plasenta masih dapat disentuh dengan jari, melalui ostium uteri internum pada pembukaaan 4 cm. 

B.  Gejala
Gejala umum plasenta previa meliputi perdarahan tanpa rasa sakit. Kondisi ini terjadi pada saat pembentukan segmen bawah rahim, sehingga terdapat pergeseran dinding rahim dengan plasenta yang menimbulkan perdarahan. Bentuk perdarahan yang dialami sedikit tanpa menimbulkan gejala klinis atau banyak disertai gejala klinis pada ibu dan janin. Gejala klinis ibu bergantung pada keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, yang bersifat sedikit demi sedikit atau dalam jumlah besar dalam waktu singkat; terjadi gejala kardiovaskuler dalam bentuk frekuensi nadi meningkat dan tekanan darah menurun, anemia disertai ujung jari dingin, perdarahan banyak dapat menimbulkan syok sampai kematian.

C.  Diagnosis
Dasar diagnosis gangguan ini meliputi adanya perdarahan tanpa rasa sakit ; keadaan umum setelah perdarahan tergantung pada keadaan umum sebelumnya, jumlah, kecepatan, dan lamanya perdarahan serta menimbulkan gejala klinis pada ibu dan janin; perut ibu lemas sehingga mudah meraba bagian terendah; terdapat kelainan letak atau  bagian terendah belum masuk PAP. 




D.   Penyebab Plasenta Previa

1. Gangguan kesuburan endomerium sehingga perlu implantasi yang luas
 Beberapa kali menjalani seksio sesareaBekas dilatasi dan kuretase
  •  Ibu dengan gizi rendah 
  • Usia hamil pertama di atas usia 35 tahun
 Pelebaran implantasi plasenta yang terjadi pada kehamilan ganda yang memerlukan perluasan plasenta untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin karena endometrium kurang subur.

E.   Mekanisme Perdarahan

Gambaran skematis berikutnya menunjukkan bagaimana perdarahan pada plasenta previa dapat terjadi, karena sirkulasi retroplasentanya tetap berada di pembukaan serviks. Setiap gerakan yang akan membentuk segmen bawah rahim pada trimester ketiga yang menimbulkan pergeseran antara plasenta dan timbulnya pembukaan kanalis servikalis, maka terjadi perdarahan. Ciri khas plasenta previa adalah perdarahan yang tidak disertai rasa sakit. Oleh karena itu tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam untuk menegakkan diagnosis, kecuali dilakukan di kamar operasi menjelang tindakan

F.    Penatalaksanaan

Dalam skema menghadapi plasenta previa dapat dilakukan tindakan oleh bidan yang menghadapinya dengan cara berikut : 

1.  Pasang infus dengan cairan pengganti (  NaCl, Ringer Laktat, Glukosa)
2. Jangan melakukan pemeriksaan dalam karena akan berakibat perdarahan tambah banyak
3. Segera lakukan tindakan rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas yang cukup untuk tindakan operasi dan sebagainya 


G.  Contoh jurnal
akan di bahas mengenai pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan pada Ny. N umur 36 tahun mengalami plasenta previa di ruang cenrawasih (Ruang Bersalin) di RS Sari Mulia Banjarmasin.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta berada pada bagian atas uterus, pada pasien Ny. N setelah dilakukan USG terlihat perlekatan plasenta menutupi seluruh jan lahir, sehingga kepala janin tidak dapat turun ke dasar pinggul karena tertahan plasenta yang menutupi seluruh jalan lahir. Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekas operasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksi rahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim, frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun, sesuai dengan toeri yang ada kejadian plasenta previa pada pasien Ny. N di sebabkan karena pasien hamil pertama dan berumur 36 tahun. Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah pendarahan tanpa nyeri biasanya baru terlihat setelah trimester kedua atau sesudahnya dapat terlihat pada pasien Ny. N yang mengalami perdarahan tanpa nyeri. Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin. Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.







IUFD
A.  Pengertian
IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Rustam Muchtar, 1998)
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005) Intra Uterine Fetal death ( IUFD) adalah terjadinya kematian janin ketika masih berada dalam rahim yang beratnya 500 gram dan atau usia kehamilan 20 minggu atau lebih.

B.   Etiologi IUFD
Penyebab IUFD antara lain:
1.      Faktor plasenta
a.       Insufisiensi plasenta
b.      Infark plasenta
c.       Solusio plasenta
2.      Faktor ibu
a.       Diabetes mellitus
b.      Preeklampsi dan eklampsi
c.       Nefritis kronis
3.      Faktor intrapartum
a.       Perdarahan antepartum
b.      Partus lama
4.      Faktor janin
a.       Prematuritas
b.      Postmaturitas
5.      Faktor tali pusat
a.       Prolapsus tali pusat
b.      Lilitan tali pusat


C.    Patofisiologi
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IFUD) karena beberapa faktor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin.
D.    Manifestai Klinik
1.      DJJ tidak terdengar
2.      Uterus tidak membesar, fundus uteri turun
3.      Pergerakan anak tidak teraba lagi

E.     Klasifikasi
Kematian  janin dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
a.       golongan I    : kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh
b.      golongan II  : kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu
c.       golongan III : kematian sesudah masa kehamilan  > 28 minggu (late fetal death)
d.      golongan IV : kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan diatas.

F.     Faktor Resiko
1.      Status sosial ekonomi rendah
2.      Tingkat pendidikan Ibu yang rendah
3.      Usia Ibu > 30 tahun atau < 20 tahun
4.      Partus pertama dan partus kelima atau lebih

G.    Diagnosa dan Diagnosa Banding
1.      Anamnesis
2.      Inspeksi
3.      Palpasi
4.      Auskultasi
5.      Reaksi kehamilan
6.      Rontgen Foto Abdomen

H.    Penatalaksanaan
a.       Terapi
1.      Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami syok dan ketakutan memikirkan bahwa bayinya telah meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai motivator untuk meningkatkan kesiapan mental ibu dalam menerima segala kemungkinan yang ada.
b.      Periksa ulangan (follow up)
Dilakukan kunjungan rumah pada hari ke 2, 6, 14, atau 40 hari. Dilakukan pemeriksaan nifas seperti biasa.

I. Dampak
Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipo-fibrinogenemia) akan lebih besar karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan setiap minggu setelah diagnosis ditegakkan
J.      Jenis – Jenis Persalinan Untuk Janin Mati
1.      Pertolongan persalinan dengan perforasi kronioklasi
2.      Pertolongan persalinan dengn dekapitasi
3.      Pertolongan persalinan dengan eviserasi
4.      Pertolongan persalinan dengan kleidotomi


J.Contoh Jurnal


I            PENGKAJIAN
Hari/tanggal pengkajian          : Senin, 5 Maret 2012
Jam                                          : 08.00 WIB
Tempat                                    : IRNA 3 ruang KABER RSUD dr. Saiful Anwar Malang
Tanggal MRS                          : 3 Maret 2012
No. Reg                                   : 1206683

A.    Data Subyektif
1.        Biodata
Nama               : Ny. Patmawati          Nama Suami    : Tn. Yudhi
Umur               : 20 tahun                    Umur               : 27 tahun
Agama             : Islam                         Agama             : Islam
Pendidikan      : SMA                          Pendidikan      : SMA
 Pekerjaan        : Buruh Pabrik             Pekerjaan         : Satpam           
2.        Keluhan Utama
−      Saat MRS: Ibu mengatakan hamil 7 bulan, dan sudah 3 hari yang lalu, yaitu pada tangal 29 Februari 2012 gerakan janinnya tidak dirasakan lagi.
−      Saat pengkajian: Ibu mengatakan terasa kenceng-kenceng pada perutnya, dan belum mengeluarkan cairan maupun darah.

3.        Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti penyakit kuning, TBC; Menurun seperti darah tinggi, kencing manis; menahun seperti jantung dan tidak pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan alat reproduksinya seperti tumor, kanker, penyakit menular seksual seperti kencing nananh, sifilis.
4.        Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular seperti penyakit kuning, TBC; Menurun seperti darah tinggi, kencing manis; menahun seperti jantung dan tidak pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan alat reproduksinya seperti tumor, kanker, penyakit menular seksual seperti kencing nananh, sifilis.
5.        Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang pernah atau sedang menderita penyakit menular seperti penyakit kuning, TBC; Menurun seperti darah tinggi, kencing manis; menahun seperti jantung dan tidak pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan alat reproduksinya seperti tumor, kanker, penyakit menular seksual seperti kencing nananh, sifilis.
6.        Riwayat perkawinan
Nikah                                      : 1 kali
Usia pertama menikah             : 19  tahun
Lamanya                                 : 1 tahun
Jumlah anak                            :-
Usia anak terkecil                    :-
7.        Riwayat menstruasi
Menarche                    : 12 tahun
Siklus                          : 28 hari, teratur tiap bulan
Lama                           : ± 6-7 hari
Banyak                        : 2-3 softek/hari
Dismenorhea               : -
Flour albus                  : -
HPHT                          : 17 Agustus 2011 ≈ 28 minggu
TP                                : 24 Mei 2012

8.        Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan KB yang lalu
            Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang pertama, dan belum pernah menggunakan kontrasepsi sebelumnya.
9.        Riwayat kehamilan sekarag
TM I: Ibu mengatakan tidak memeriksakan kehamilannya. Ibu tidak mengeluh apa-apa.
TM II: Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya ke bidan 1X. Ibu tidak mengeluh apa-apa. Ibu mendapatkan tablet penambah darah, vitamin, penyuluhan tentang nutrisi yaitu tetap makan-makanan yang bergizi yang memenuhi komposisi nasi, lauk pauk, sayur, buah dan minum air putih yang banyak serta penyuluhan tentang tanda-tanda bahaya dalam kehamilan. Ibu mersakan gerakan anak pertama pada usia kehamilan 4 bulan.
TM III: Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya ke bidan 1X. Ibu mengeluh gerakan janinya berkurang. Ibu dianjurkan untuk periksa kerumah sakit.
10.    Pola kebiasaan sehari-hari
Pola
Sebelum MRS
Saat MRS
Nutrisi
-  Makan 3 x/hari, porsi sedang (1entong nasi, 2 potong daging, 1 potong tempe, sayur 1 mangkok, 1 potong buah) dihabiskan.
-  Minum ± 7-8 gelas/hari (air putih dan teh, terkadang susu)
-  Makan 3 x/hari, porsi sedang (1entong nasi, 2 potong daging, 1 potong tempe, sayur 1 mangkok, 1 potong buah) dihabiskan.
Minum ± 7-8 gelas/hari (air putih dan teh, terkadang susu)
Istirahat
-   Tidur siang  ± 2-3 jam/hari(13.00-15.00 WIB)
-   Tidur malam ± 7-8 jam/hari (21.00-05.00 WIB).Dan terbangun ketika ibu mau BAK
Ibu tidak bisa tidur karena sering timbul kontraksi.
Aktivitas
Ibu mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga seperti masak, menyapu dan mengurus keperluan suami, serta bekerja sebagai buruh pabrik.
Ibu hanya berbaring di tempat tidur.
Eliminasi
-  BAB 1 x/hari tiap pagi konsistensi lunak, warna kuning, tidak ada keluhan.
-  BAK 5-6 x/hari, warna kuning jernih, bau khas.
Ibu mengatakan belum BAB
BAK 7-8x/hari.
Personal
Hygiene
-  Mandi 2 x /hari, gosok gigi, ganti pakaian tiap 2 kali, keramas 3-4 x /minggu.
Ibu hanya diseka.
        
11.    Data Psikososial
a.       Psikologis
Ibu mengatakan merasa khawatir dengan keadaan bayi dan dirinya. Ibu berharap persalinannya berjalan normal dan bayi lahir dengan selamat.
b.      Sosial
Ibu mengatakan tinggal serumah dengan suami dan ibunya, hubungannya dengan suami dan keluarga dan tetangga harmonis. Keluarga mendukung kehamilannya
12.    Data Sosial Budaya
Ibu mengatakan di lingkungan keluarga dan masyarakatnya masih menganut budaya jawa seperti upacara selamatan 3 bulanan dan 7 bulanan.
13.    Data Spiritual
            Ibu mengatakan beragam Islam, taat beribadah dan tidak percaya tahayul serta selalu berdoa agar persalinannya berjalan normal dan bayinya selamat.

B.     Data Obyektif
1.      Pemeriksaan umum
Keadaan umum          :       cukup
Kesadaran                   :       composmentis
TTV    TD                   :       120 / 80 mmHg
Nadi                :       84 x / menit
Suhu                :       369  oC
RR                  :       20 x / menit
BB sebelum hamil      :  49 Kg
BB sekarang               :       55 Kg
TB                               :       158 cm
LIlA                            :       25 cm
HPHT                         : 17 Agustus 2011
UK                              :       28 minggu
TP                               :       24 Mei 2012
2.      Pemeriksaan fisik
a.    Inspeksi
Kepala                      : bersih, tidak tampak ketombe, tidak ada lesi, per-tumbuhan rambut merata, warna hitam, lurus, tidak rontok.
Wajah                       : simetris, tidak tampak oedema, tidak ada kloasma gravidarum, menyeringai ketika ada kontraksi
Mata                         : simetris, conjungtiva merah mudah, sklera putih.
Hidung                     : bersih, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut                       : mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak labioskisis dan palatokisis, tidak ada caries gigi, tidak ada gigi palsu.
Leher                        : tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena jugularis.
Dada / payudara       : simetris, bersih, puting susu menojol, hiperpigmentasi areola mamae, colostrum -/-
Abdomen                 :  tampak tegang, terdapat linea nigra, tidak ada luka bekas SC, pembesaran sesuai dengan umur kehamilan.
Genetalia                  : bersih, pertumbuhan pubis merata, tidak tampak odema, tidak ada condiloma acuminata, tidak tampak  varises, tidak ada pembesaran kelenjar skene dan bartholini.
Anus                         : bersih, tidak tampak hemeroid, anus belum membuka.
Ekstremitas atas       : simetris, pergerakan normal, tidak tampak odema tidak ada sindaktil, polidaktil, terpasang infus NS drip Oxytocin 20 unit pada tangan sebelah kanan dengan kecepatan 28 tpm.
Ekstremitas bawah   : simetris, pergerakan normal, odema -/-, tidak ada varises, tidak ada sindaktil dan polidaktil. 

b.    Palpasi
Kepala             : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal.
Leher               : tidak ada pembesar kelenjar tyroid dan vena jugularis.
Payudara         : tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan colostrum belum keluar -/-
Abdomen
Leopod I     : TFU 3 jari di atas pusat (20 cm), teraba bulat, keras dan tidak melenting.
Leopod II   : Teraba keras memanjang datar seperti papan disebelah kiri perut ibu dan teraba bagian kecil janin sebelah kanan perut ibu.
Leopod III   : teraba bulat, lunak, melenting dan tidak bisa digoyangkan.
Leopod IV   :             bokong masuk 2/5 bagian.
TBJ             : (20-12) x 155 =  1240 gram
His              : 10’ 2 x 20’
c.    Auskultasi
Dada               : tidak terdengar ronchi, wheezing.
Djj                   : -
d.    Perkusi
Reflek patella : +/+

3.      pemeriksaan dalam
tanggal       : 5 Maret 2012
jam             : 08.30 WIB
VT             : V/V                           : -
Pembukaan                  : 7 cm
Efficement                  : 75%
Ketuban                      : +
Presentasi                    : bokong
Denominator               : -
Molage                        : -
Hodge                         : 2
4.      Pemeriksaan penunjang
USG          : DJJ (-), gerak janin (-), uterus mengecil
Lab (Darah Lengkap):
Jenis
Hasil
Harga normal
Leukosit
20.000 /µl
N : 3500 - 10.000
Hemoglobin
11,7 mg/dl
N : 11,0 - 16,5
Hematokrit
32,1 %
N : 35,0 - 50,0
Trombosit
86.000
N : 150000 – 3390000


II            IDENTIFIKASI DIAQNOSA DAN MASALAH
DX      : G1 P0000 Ab000 UK 28 minggu, hidup, mati, letbok, intrauterine, inpartu kala 1 fase aktif dengan IUFD.
DS       : Ibu mengatakan hamil 7 bulan, dan sudah 3 hari yang lalu gerakan janinnya tidak dirasakan lagi.
DO      : Keadaan umum         : cukup
            Kesadaran                   : composmentis
            TTV     TD                   : 150/90 mmHg
                        Nadi                : 102x/menit
                        Suhu                : 369ºC
                        RR                   : 20x/menit
                        HPHT              : 17 Agustus 2012
                        TP                    : 24 Mei 2012
Inspeksi
Wajah                       : simetris, tidak tampak oedema, tidak ada kloasma gravidarum, menyeringai ketika ada kontraksi
Mata                         : simetris, conjungtiva merah mudah, sklera putih.
Dada / payudara       : simetris, bersih, puting susu menojol, hiperpigmentasi areola mamae, colostrum -/-
Abdomen                 :  tampak tegang, terdapat linea nigra, tidak ada luka bekas SC, pembesaran sesuai dengan umur kehamilan.
Palpasi
Abdomen
Leopod I     : TFU 3 jari di atas pusat (20 cm), teraba bulat, keras dan tidak melenting.
Leopod II   : Teraba keras memanjang datar seperti papan disebelah kiri perut ibu dan teraba bagian kecil janin sebelah kanan perut ibu.
Leopod III   : teraba bulat, lunak, melenting dan tidak bisa digoyangkan.
Leopod IV   :             bokong masuk 1/5 bagian.
TBJ             : (20-12) x 155 =  1240 gram
His              : 10’ 2 x 20’
Auskultasi
DJJ: -

III            IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL
ü  Potensial terjadi infeksi
ü  Potensi terjadi koagulasi

IV            IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Kolaborasi dengan Dr. SpOG untuk melahirkan janin yang telah mati.

V            INTERVENSI
DX      : G1 P0000 Ab000 UK 28 minggu, hidup, mati, letbok, intrauterine, inpartu kala 1 fase aktif dengan IUFD.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidana selama 2x3 jam diharapkan kemajuan persalinan berjalan normal, tidak terjadi komplikasi untuk ibu dan janin yang memperberat kondisi saat ini.
Kriteria hasil    : Keadaan umum baik
                        Kesadaran composmentis
TTV dalam batas normal         TD       : 140-150 sistole/90-100 diastole
Nadi    : 80-100x/menit
Suhu    : 365-375 0C
RR       : 16-24x/menit
Tidak terjadi komplikasi yang semakin memperberat keadaan ibu.
Intervensi
1.      Lakukan pendekatan pada klien.
R/ agar pasien lebih kooperatif, dan memudahkan dalam menjalankan tindakan.
2.      Jelaskan pada ibu mengenai hasil pemeriksaan.
R/ agar ibu dapat mengetahui mengenai keadaannya saat ini.
3.      Beritahu keluarga bahwa janin harus segera dilahirkan.
R/ agar tidak menjadi toksin ditubuh ibu.
4.      Anjurkan keluarga untuk mengambil keputusan tentang cara bayi akan dilahirkan.
R/ agar bayi dapat segera dilahirkan dengan cara yang tepat.
5.      Beri dukungan mental pada ibu dan keluarga.
R/ agar ibu dan keluarga dapat bersabar dan dapat menerima kenyataan.
6.      Anjurkan pada ibu untuk menjaga kesehatan pasca tindakan melahirkan bayi dengan induksi.
R/ agar kehamilan selanjutnya dapat berjalan normal.

VI            IMPLEMENTASI
Tanggal                    : 5 Maret 2012
Jam                           : 10.00 WIB
1.      Melakukan pendekatan pada klien, agar pasien lebih kooperatif, dan memudahkan dalam menjalankan tindakan dengan memperkenalkan diri, memberitahu maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada ibu.
2.      Menjelaskan pada ibu mengenai hasil pemeriksaan, supaya ibu mengetahui akan keadaannya, yaitu bahwa janin dalam kandungan ibu telah meninggal yang ditandai dengan tidak adanya gerakan janin yang dirasakan oleh ibu dan tidak tedengarnya DJJ saat pemeriksaan berlangsung.
3.      Memberitahu pada ibu dan keluarga agar segera mengambil keputusan untuk segera melahirkan janin agar nantinya tidak mengganggu kondisi kesehatan ibu dan tidak menjadikan racun / toksin ditubuh ibu.
4.      Memberitahu ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan agar janin sesegera mungkin dilahirkan yaitu bidan berkolaborasi dengan Dr. obgin yang nantinya ibu akan dilakukan pemberian misoprostol 200 mg per oral / 12 jam (tindakan induksi persalinan).
5.      Memberi dukungan mental kepada ibu dan keluarga agar ibu dan keluarga sabar dan dapat menerima keadaan yang terjadi. Memberi dukungan dan pendampingan pada ibu untuk tetap tabah dan menyerahkan segalanya pada yang lebih berkuasa, yaitu Tuhan. Ibu mengatakan sudah dapat menerima kematian bayinya dan mengatakan ikhlas atas hal tersebut.
6.      Menganjurkan pada ibu dan suami untuk memikirkan tentang pemeriksaan kesehatan secara keseluruhan guna mempersiapkan kehamilan yang berikutnya agar penyebab kematian bayinya dapat diketahui dan kejadian yang sama tidak akan terulang kembali.

VII            EVALUASI  
Kala II
Tanggal                    : 5 Maret 2012
Jam                           : 11.00 WIB
     
S    :Ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng, keluar cairan, ingin meneran dan rasanya ingin BAB.
O   : -dorongan ingin meneran
      -tekanan pada anus
      -perinium menonjol
      -vulva membuka
      - pumbukaan 10 cm
      -penurunan kepala 0/5
A         : G1 P0000 Ab000 UK 28 minggu, hidup, mati, letbok, intrauterine, inpartu kala 1 fase aktif dengan IUFD.
P    :
1.      Pasien ditidurkan dalam posisi litotomi.
2.      Antiseptik vulva dan sekitarnya dengan betadin.
3.      Kandung kemih dikosongkan dengan kateter lalu dilepaskan.
4.      Operator berdiri didepan vulva dan melakukan VT, pembukaan lengkap.
5.      Ketika timbul his, ibu disuruh mengejan dengan merangkul kedua pangkal paha. Pada waktu bokong membuka vulva,disuntikkan oxytocin.
6.      Saat bokong lahir, bokong dicengkram secara brach (kedua ibu jari operator sejajar sumbu panjangdan jari-jari lain memegang punggung).
7.      Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu his, pusat lahir dengan tampak meregang. Tali pusat dikendorkan terlebih dahulu.
8.      Operator melakukan hiperlordosis pada badan janin (punggung janin didekatkan ke punggung ibu, dan perut janin didekatkan ke perut ibu). Operator melakukan gerakan ini tanpa tarikan. Bersamaan dengan hiperlordosis, seorang asisten melakukan klisteler.
9.      Dengan gerakan hiperlordosis, berturut-turut lahir tali pusat, perut, bahu, lengan, dahi, mulut, dan akhirnya seluruh kepala. Lahirnya bayi perempuan mati, dengan berat badan 980 gr dan panjang badan 30 cm, AS 0/0  pada jam 11.30 dalam keadaan mati.
10.  Tali pusat di klem di dua tempat, 5 cm dan 10 cm diatas perut bayi dan dipotong ditengah-tengahnya.

Kala III
Tanggal           : 5 Maret 2012
Jam                  : 11.35  WIB

S          : Ibu mengatakan perutnya terasa mules-mules.
O         : - tali pusat ada di depan vulva
- ada semburan darah di introitus vagina
- uterus globuler atau keras
- TFU setinggi pusat
- Bayi lahir jam 11.30 WIB jenis kelamin perempuan BB 980 gram, PB 30cm, dalam keadaan mati.         
A         : P0010 Ab000 post partum normal dengan IUFD.
P          :
1.      Plasenta dilahirkan secara PTT (Penegangan Tali pusat Terkendali), berat 500 gr, diameter 20 cm, panjang 30 cm.
2.      Eksplorasi jalan lahir, serviks, vagina.

Kala IV
Tanggal           : 5 Maret 2012
Jam                  : 11.50 WIB

S          : Ibu mengatakan perutnya terasa mules-mules.
O         :- plasenta lahir jam 11.40 WIB
             - keadaan umum         : cukup
             - kesadaran                 : composmentis
             - TTV             TD       : 120/80 mmHg
                                    Nadi    : 84x/menit
                                    Suhu    : 365 ºC
            - UC keras
            - perdarahan ± 200 cc
            - lochea rubra
            - kandung kencing kosong
A         :P0010 Ab000 kala IV
P          :
1.      Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
a.       Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
b.      Setiap 30 menit pada 1jam kedua pasca persalinan.
2.      Mengajari ibu kontraksi yang baik yaitu perutnya keras dan terasa mules. Jika lembek menganjurkan ibu untuk menggosok-gosoknya.
3.      Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah ± 200 cc.
4.      Memeriksa nadi ibu, kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua pasca persalinan.
5.      Menyeka ibu dengan air DDT dan bantu ibu memakai baju bersih.
6.      Memastikan ibu merasa nyaman.
7.      melengkapi partograf













Eklamsia
A.   Pengertian

Eklampsi dalam bahasa yunani ialah “halilintar” karena serangan kejang-kejang timbul tiba-tiba seperti petir. Eklampsi merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsi yang tidak teratasi dengan baik. Selain mengalami gejala preeklampsi eklampsi merupakan penyakit akut dengan kejang dan demam dalam wanita hamil dan wanita nifas, disertai dengan hipertensi, odem, protein urine positif, eklampsi juga dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian baik sebelum, saat atau setelah melahirkan.

B.         Etiologi Eklampsi

Tidak ada kehamilan tanpa risiko. Pembagiannya, risiko rendah dan risiko tinggi. Eklampsia merupakan komplikasi yang berat dan mengancam nyawa seseorang. Tanda-tanda serangan eklampsia ada tapi perubahannya sangat cepat dan ditandai dengan adanya kejang. “Sebelum kejang, ada tanda. Misalnya, ketegangan di daerah otot muka. Tetapi, itu terjadi sekian detik sebelum kejang yang sifatnya kaku dan lemas.
Sebagian besar eklampsia adalah lanjutan perburukan, ada yang berat, ada juga yang ringan. Eklampsia merupakan kumpulan gejala, yang utama tekanan darah tinggi dan adanya protein dalam urin. Pada eklampsia ringan, tekanan darah 140/90 s.d. < 160/110 dan kadar protein semikuantitatif positif 2; eklampsia berat, tekanan darah > 160/110 dan kadar protein semikuantitatif lebih dari positif 2. “Lebih dari positif dua berarti kebocoran protein lebih banyak dan itu menunjukkan tingkat kebocoran ginjal lebih parah dibandingkan eklampsia ringan,”
Eklampsia selalu terjadi pada ibu hamil. Kalau terjadi darah tinggi di luar kehamilan, bukan disebut eklampsia tapi hipertensi atau penyakit lain seperti nefrotik syndrom. “Karena, penyebab eklampsia adalah kehamilan itu sendiri,” Jika ibu hamil mengalami darah tinggi sebelum umur kehamilan 20 minggu disebut hipertensi dan kemungkinan ia menderita hipertensi sebelum hamil. Tetapi, kalau mengalami darah tinggi pada usia kehamilan minimal 20 minggu atau lebih, kemungkinan eklampsia,”
Ada teori yang mengatakan, eklampsia disebabkan karena kekurangan nutrisi. Pada kelompok ibu-ibu yang mengalami kekurangan nutrisi, kasus meningkat lebih tinggi. Tetapi lagi-lagi, tidak semua ibu yang kekurangan nutrisi mengalami eklampsia. Bahkan, ada juga ibu-ibu dengan asupan nutrisi memadai, namun mengalami eklampsia.
Kasus eklampsia juga banyak terjadi pada ibu-ibu dengan kehamilan pertama dibandingkan ibu pada kehamilan kedua atau ketiga. Hal itu diduga karena pengaruh sperma. “Masalahnya, sperma dianggap benda asing. Sistem imun ibu bekerja untuk melawannya,” Karena itu, dianjurkan pada pasangan yang baru menikah menunda kehamilan enam bulan atau satu tahun agar tubuh ibu mengenal sperma ayah. “Selain itu kan ada manfaat lain, bisa saling mengenal kepribadian, membangun kebersamaan, dan mempersiapkan finansial keluarga yang baik lebih dulu,”
Selain itu, banyak kasus preeklampsia terjadi pada wanita berusia muda dan hamil pada usia terlalu tua. Misalnya, hamil di bawah usia 20 tahun atau di atas 35 tahun. Pada usai muda, sistem imun tubuh belum bagus, sedangkan pada usia terlalu tua, penyakit mulai muncul seperti pembuluh darah mulai menyempit, kelainan metabolik, diabetes, gangguan ginjal, hipertensi. “Ini menyebabkan risiko pada ibu dan janin. Eklampsia sangat membahayakan’’
Eklampsia bisa dicegah. Peluang terjadinya eklampsia meningkat pada orang yang memunyai kelainan pembuluh darah menetap, punya penyakit hipertensi kronis, penyakit diabetes, kelainan pada ginjal, penyakit trombopili, atau pada kehamilan kembar dan kehamilan anggur. “Karena ari-ari pada bayi kembar akan lebih besar daripada kehamilan tunggal. Makin besar plasenta, makin besar peluang akar-akar plasenta rusak,”
Meski demikian, pasien yang tidak memunyai riwayat ini juga bisa mengalami eklampsia. “Kita tak pernah tahu seseorang mengalami suatu kelainan atau tidak jika mereka tidak pernah memeriksakan diri sebelumnya. Yang penting, siapkan kondisi ibu baik fisik, mental, sosial dan ekonomi, edukasi yang baik, pengetahuan yang cukup sehingga melalui kehamilan dengan baik,” katanya menganjurkan. Jika mengalami eklampsia, segera ditangani dengan benar agar dapat memberikan proses penyembuhan yang lebih baik.

C.            Klasifikasi dan Macam-macam Eklampsi        

KlasifikasiMenurut saat terjadinya eklampsia kita mengenal istilah:
1.Eklampsia ante partum ialah eklampsi yang terjadi sebelum persalinan (paling sering setelah 20 minggu kehamilan)
2.Eklampsia intrapartum ialah eklampsia sewaktu persalinan.
3.Eklampsia postpartum, eklampsia setelah persalinan.
4.Tanda dan Gejala Eklampsi.
Gejala klinis Eklamsi adalah sebagai berikut:
1. Terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih
2. Terdapat tanda-tanda pre eklamsi ( hipertensi, edema, proteinuri, sakit kepala yang berat, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, kegelisahan atu hiperefleksi)
3. Kejang-kejang atau koma
Kejang dalam eklamsi ada 4 tingkat, meliputi:
aTingkat awal atau aura (invasi). Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (pandangan kosong) kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar kekanan dan kekiri.
b. Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalam, pernafasan berhenti muka mulai kelihatan sianosis, lodah dapat trgigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.
c. Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik mafas seperti mendengkur.
d. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.
e. Kadang kadang disertai dengan gangguan fungsi organ.

D.               Komplikasi.

      Pada  Ibu:
1.       CVA ( Cerebro Vascular Accident )
2.      Edema paru
3.      Gagal ginjal
4.      Gagal hepar
5.      Gangguan fungsi adrenal
6.      DIC ( Dissemined Intrevasculer Coagulopaathy )
7.      Payah jantung.

      Pada Anak :
1.      Prematuritas
2.      Gawat janin
3.      IUGR (Intra.Uterine Growth Retardation)
4.      Kematianjanin dalam rahim



E.      Organ-organ yang mengalami perubahan akibat eklampsi.
1.      Otak
Pada eklampsi, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Edema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan serebral dan gangguan visus, bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
2.      Plasenta dan rahim.
Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada penyakit eklampsi sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaannya terhadap rangsangan, sehingga terjadi paertus prematurus.
3.      Ginjal.
Filtrasi glomelurus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini menyebabakan filtrasi natrium melalui glomelurus menurun, sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan air. Filtasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga pada keadaaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.
4.      Paru-paru
Kematian ibu dalam masalah eklampsi lebih sering disebabkan oleh edema paru yang meninbulkan drkompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya aspirasi pnemonia, atau abses paru.
edema paru :
 (Kardio genik) Hipertensi > peningkatan afterload > payah jantung ventrikel kiri > darah kembali ke pulmo > hipertensi pulmo > edema paru.
(Nonkardiogenik) sel endotel pembuluh darah kapiler rusak > pengeluaran trobomboksan > hipertensi > permebialaitas kapiler paru turun > edema.
5.      Mata
Dapt dijumpai adanya edema retina dan spasem pembuluh darah. Bila terdapat hal-hal tersebut, maka harus dicurigai terjadinya eklampsi atau preeklampsi berat. Pada eklampsi ablasio retina yang disebabkan edema intra-olu;er dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang menandakan adanya eklampsi adalah ditemukanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini desebabkan oleh adanya perubahan pembulah darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau di dalam retina.
6.      Keseimbangan air dan elektrolit.
Pada preeklampsii berat dan eklampsi , kadar gula darah naik sementara, asam laktat dan asam organic lainya naik, sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai, zat-zat organik dioksidasi, dan dilepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk natrium bikarbonat. Dengan demikian cadangan alkali dapat kembali pulih normal.
Oleh beberapa penulis atau ahli kadar asam urat dalam darah dipakai untuk menentukan arah preeklamsi menjadi baik atau tidak selesai setelah diberikan penanganan.

E.         Pencegahan

Mencegah timbulnya eklampsi jauh lebih penting dari mengobatinya, karena sekai ibu mendapat serangan, maka prognosis akan jauh lebih buruk. Pada umumnya eklampsi dapat dicegah atau frekuensinya dapat diturunkan. Upaya-upaya untuk menurunkannya adalah dengan
1.      Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat, bahwa eklampsi bukanlah suatu penyakit kemasukan (magis), seperti banyak disangka oleh masyarakat awam.
2.      Meningkatkan jumlah poliklinik (balai) pemeriksaan ibu hamil serta mengusahakan agar semua ibu hamil memeriksakan kehamilannya sejak hamil muda.
3.      Pelayanan kebidanan bermutu, yaitu pada tiap-tiap pemeriksaan kehamilan diamati tanda-tansa preeklampsi dan mengobatinya sedini mungkin

F. Penatalaksana

Tujuan utama pengobatan eklampsi adalah menghentikan berulangnya serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengijinkan.
Pengawasan dan perawatan yang intensif sangat penting bagi penanganan penderita eklampsi, sehingga ia harus dirawat di rumah sakit. Pada pengangkutan ke rumah sakit diperlukan obat penenang yang cukup untuk menghindarkan timbulnya kejang, penderita dalam ha ini dapat diberi diazepam 20 mg 1 M. selain itu, penderita harus disertai oleh seorang tenaga yang terampil dalam resusitasi dan yang dapat mencegah terjadinya trauma apabila terjadi serangan kejang. Tujuan pertama pengobatan eklampsi adalah menghentikan kejangan, mengurangi vasovasmus, dan meningkatkan dieresis. Pertolongan yang perlu diperhatikan jika timbul kejang ialah mempertahankan jalan pernafasan bebas, menghindarkan tergigitnya lidah, pemberian oksigen, dan menjaga agar penderita tidak mengalami trauma. Untuk menjaga jangan sampai terjadi kejangan lagi yang selanjutnya.
Prinsip penatalaksanaan :
1.  Penderita eklampsi harus dirawat inap di rumah sakit.
2.   Pengangkutan ke rumah sakit.
Sebelum dikirim, berikan obat penenang untuk mencegah serangan kejang-kejang selama dalam perjalanan, yaitu pethidin 100 mg atau luminal 200 mg atau morfin 10 mg.
3. Tujuan perawatan di rumah sakit ialah menghentikan konvulsi, mengurangi vasospasme, meningkatkan dieresis, mencegah infeksi, memberikan pengobatan yang cepat dan tepat, serta melakukan terminasi kehamilan setelah 4 jam serangan kejang yang terakhir, dengan tidak memperhitungkan tuanya kehamilan.

G.Contoh Kasus

CONTOH KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY. ”S”   UMUR 25 TAHUN G1P0A0 USIA KEHAMILAN 30 MINGGU DENGAN EKLAMSI
DI BPS MUTIA
SELEMAN-YOGYAKARTA
No. Register                                        :65789
Masuk BPM Tanggal/ Pukul               : sabtu, 16 maret 2013             Jam : 08.00 WIB
Dirawat diruang                                  : Periksa
I.                   PENGKAJIAN DATA
Tanggal : 16 maret 2013         Jam : 08.00 WIB                     Oleh : Bidan
A.    IDENTITAS       Ibu                                                      Suami
1.    Nama                    : Ny.” S”                                             Tn. “K”
2.    Umur                    : 25 Tahun                                           27 Tahun
3.    Agama                  : Islam                                                 Islam
4.    Suku/Bangsa        : Jawa/ Indonesia                                Jawa/ Indonesia
5.    Pendidikan           : SMA                                     SMA
6.    Pekerjaan              : Ibu Rumah Tangga                           Polisi
7.    Alamat: jln,.mangga no 6,seleman Yogyakrta.
B.     DATA SUBYEKTIF
1.    Alasan datang
Keluarga mengatakan ingin memeriksakan  pasien
2.    Keluhan Utama
Keluarga mengatakan ibu mengalami kejang – kejang sejak 30 menit yang lalu
3.    Riwayat Menstruasi
Menarche    : 15 Tahun                               Siklus              : 28 Hari
Lama           : 6 Hari                                    Teratur             : Teratur
Sifat Darah :  Encer                                    Keluhan           : TidakAda
4.    Riwayat Perkawinan
Status Perkawinan      : Sah                Menikah ke                             : 1
Lama               : 1  Tahun        Usia menikah pertama kali      : 24 Tahun
5.    Riwayat Obstetri G1P0A0

7.      Riwayat Kehamilan Sekarang
a.       HPHT                :18 agustus 2012         HPL    : 25 mei 2013
b.      ANC pertama umur kehamilan                          : 8 minggu
c.       Kunjungan ANC

Trimester I
Frekuensi                     : 2 kali
Keluhan                       : mual muntah
Komplikasi                  :tidak ada
Terapi                          : B6 1x1
Trimester II
Frekuensi                     : 2 kali
Keluhan                       : pusing,odema kaki dan tangan
Komplikasi                  : tidak ada
Terapi                          : fe 1x1
Trimester III
Frekuensi                     : 1 kali
Keluhan                       : pusing, odema pada kaki dan tangan
Komplikasi                  : tidak ada
Terapi                          : fe 1x1
d.      Imunisasi TT                  :2 kali
            TT 1                             :25 oktober 2012
            TT 2                             :25 november 2012
e.       Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari)
Ibu mengatakan pergerakan janin lebih dari 10 kali dalam sehari
8. Riwayat Kesehatan
a.       Penyakit yang pernah / sedang diderita (menular,menurun,menahun)
Ibu mengatakan tidak pernah / tidak sedang menderita penyakit menular ( hepatitis, TBC, HIV/AIDS).
Ibu  mengatakan pasien  tidak pernah /tidak sedang menderita penyakit menurun (hipertensi, Asma, DM)
Ibu  mengatakan pasien tidak pernah/ sedang menderita penyakit menahun seperti( jantung, hati,ginjal.)
b.      Penyakit yang pernah / sedang diderita keluarga ( menular, menurun, menahun)
Ibu mengatakan baik dari keluarga ibu maupun suami  tidak pernah/tidak sedang menderita penyakit menular seperti HIV/AIDS, TBC, Hepatitis.
Ibu mengatakan baik dari kelurga ibu maupun suami tidak pernah / tidak sedang menderita penyakit menurun ( Hipertensi, Asma, DM).
Ibu mengatakan baik dari kelurga ibu maupun suami tidak pernah/ tidak sedang menderita penyakit menahun (ginjal , hati dan jantung.)
c.       Riwayat Keturunan Kembar
Ibu mengatakan baik dari kelurga ibu maupun suami tidak  memiliki riwayat keturunan kembar.
d.      Riwayat Operasi
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat operasi
e.       Riwayat Alergi Obat
Ibu mengatakan  pasien tidak memiliki riwayat alergi obat.
9. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – hari
a. Pola Nutrisi  Sebelum Hamil                                             Saat Hamil
Makan
Frekuensi         : 3x/ hari                                                          3x/ hari
Porsi                : 1 Piring                                                          1 piring
Jenis                : Nasi, Sayur, Lauk                             Nasi, sayur,lauk,Buah
Pantangan       : Tidak Ada                                                     Tidak ada
Keluhan           : Tidak Ada                                                     Tidak ada
Minum            
Frekuensi         : 5x/ hari                                                          6 -7x/hari
Porsi                : 1 Gelas                                                          1 gelas
Jenis                : Air Putih                                                       Air Putih, Susu
Pantangan       : Tidak Ada                                                     Tidak Ada
Keluhan           : Tidak Ada                                                     Tidak Ada

b. Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi         : 1x / hari                                                         1x/hari
Konsistensi      : Lembek                                                         Lembek
Warna              : Kuning                                                          Kuning
Keluhan           : Tidak Ada                                                     Tidak Ada
BAK                                                              
Frekuensi         : 5 x perhari                                                     6x/hari
Konsistensi      : Cair                                                               Cair
Warna              : Kuning Jernih                                                Kuning Jernih
Keluhan           : Tidak Ada                                                     Tidak Ada

c. Pola Istirahat
Tidur Siang
Lama               : 1 Jam/hari                                                      2 Jam /hari
Keluhan           : Tidak Ada                                                     Tidak Ada
Tidur Malam                                                  
Lama               : 8Jam/hari                                                       8 jam/hari
Keluhan           : Tidak Ada                                                     Tidak Ada

d. Personal Hygiene
Mandi              : 2x/hari                                                           2x/sehari
Ganti Pakaian  : 2x/sehari                                                        2x/sehari
Gosok Gigi      : 2x/sehari                                                        2x/sehari
Keramas          : 3x/seminggu                                                  3x/seminggu

e.Pola Seksualitas
Frekuensi         : 3x/seminggu                                                  1x/minggu
Keluhan           : Tidak Ada                                                     Tidak Ada

f.Pola Aktifitas ( terkait kegiatan fisik, olahraga)
-          Ibu mengatakan melakukan kegiatan sebagai IRT (menyapu, mencuci pakaian, memasak)
10.    Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok,minum jamu,minuman beralkohol)
Ibu mengtakan  tidak memiliki kebiasaan yang mengganggu kesehatan seperti merokok, minum jamu, minuman beralkohol.
11.    Data Psikososial, spiritual dan ekonomi ( Penerimaan ibu/ suami/ keluarga terhadap kehamilan, dukungan keluarga,hubungan dengan suami/keluarga/tetangga, perawatan bayi,kegiatan ibadah, kegiatan sosial,keadaan ekonomi keluarga)
-          Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya
-          Suami dan keluarga sangat mendukung kehamilannya
-          Ibu menjalin silaturahmi dengan tetangga sekitar
-          Ibu rajin ibadah sholat 5 waktu
-          Ibu mengikuti kegiatan PKK di desanya
-          Ibu sudah mulai menabung sedikit demi sedikit untuk biaya persalinan nanti
C.     DATA OBYEKTIF
1.      Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum          : tidak baik
Kesadaran                   :
Status Emosional        : tidak stabil
Tanda Vital Sign        
Tekanan Darah            :170/120 mmHg                      Nadi    : 110x/menit
Pernapasan                  :22x/menit                               Suhu    : 38,20C
2.      Pemeriksaan Fisik
Kepala : Mesochephalus,tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa,rambut                               hitam,lurus
Wajah  : terdapat odema, tidak ada bekas luka,adanya cloasmagrapidarum
Mata    : terbuka tanpa melihat,kelopak mata bergetar
Hidung            : tidak ada polip,bersih,tidak ada pernapasan cuping hidung
Mulut  : mulut membuka
Telinga            : simetris,tidak ada serumen,terdapat lubang telinga
Leher   : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,parotis,limfe dan vena jugularis
Dada   : simetris,tidak ada retraksi dinding dada
Payudara         : simetris,putting susu menonjol,hiperpigmentsi areola mamae
Abdomen        : adanya odema,adanya linea nigra dan strie gravidarum
Palpasi Leopold                                 
Leopold I        : Tfu 3 jari diatas pusat,teraba bulat,lunak dan tidak melenting (bokong)
Leopold II       : pada bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil – kecil janin(ekstermitas),pada bagian kanan perut ibu teraba datar memanjang seperti papan(punggung)
Leopold III: bagian terendah janin teraba bulat, keras,melenting(kepala)
Leopold IV:  kepala belum massuk panggul
Osborn Test : tidak dilakukan
Pemeriksaan  Mc. Donald
TFU :  28 cm                           TBJ : 2480 gram
Auskultasi DJJ            : 140x/ menit
Ekstremitas Atas         :terdapat odema,tangan bergetar,jari tangan menggenggam
Ekstremitas Bawah :terdapat odema
Genetalia luar  : bersih, tidak berbau,tidak ada tanda – tanda infeksi
Pemeriksaaan panggul : tidak dilakukan
3.      Pemeriksaan Penunjang Tanggal:16 Maret 2013           Pukul:08.00WIB
Tidak ada
4.      Data penunjang
Protein urin (++++)
II.    INTERPRETASI DATA
A.    Diagnosa Kebidanan
Seorang Ny. “S” umur 25 tahun G1P0A0 usia kehamilan 30 minggu dengan eklamsi
DS:
Keluarga  mengatakan ibu berusia 23 Tahun
Keluarga mengatakan bahwa ini kehamilan yang pertama
Kelurga  mengatakan HPHT : 18 agustus 2012
Ibu mengatakan tidak pernah keguguran
DO      :          
Keadaan Umum : tidak baik
Kesadaran       : stupor

TTV     :
TD                   : 170/120 mmHg                                 Nadi    : 110x/menit
Pernafasan       :22x/menit                                           Suhu    : 38,20 C
B.     Masalah
Tidak ada
Data Dasar
Tidak ada
III. IDENTIFIKASI DAN ANTISIPASI DIAGNOSA POTENSIAL
Koma
IV. TINDAKAN SEGERA
1.      Mandiri
Membaringkan pasien pada sisi miring kiri
2.      Kolaborasi
Tidak ada
3.      Merujuk
Merujuk ke rumah sakit/ pasilitas kesehatan yang lebih memadai
V. PERENCANAAN                        Tanggal: 16 maret 2013          Pukul : 08.00 wib       
1.      Beritahu keluarga pasien bahwa akan dilakukan tindakan
2.      Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
3.      Beritahu keluarga pasien akan di Pasang infuse
4.      Beritahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti kejang
5.      Beritahu keluarga pasien bahwa pasien akan dipasangkan oksigen
6.      Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi  resiko aspirasi
7.      Beritahu keluarga pasien bahwa akan di lakukan rujukan

VI. PELAKSANAAN                       Tanggal :16 Maret 213                       Pukul :08.00 WIB
1.      Memberitahu keluarga pasien bahwa akan dilakukan tindakan
2.      Melindungi pasien dari kemungkianan trauma dengan mengikat pasien tetapi jangan diikat terlalu kuat.
3.      Memberitahu keluarga psien bahwa akan dipasang infuse RL(Ringer Laktat) atau Ringer Dekstrose
4.      Memberitahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti kejang berupa MgSO4 dengan syarat pemberian
  Frekuensi pernafasan minimal 16x/ menit
  Reflex patella positif
  Urun minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir atau 0,5 ml/kgBB/ jam
  Menyiapkan ampul KalsiumGlukonas 10%  dam 10 ml
5.      Memberitahu keluarga pasien akan bahwa pasien akan diberikan oksigen 4-6 liter per menit
6.      Membaringkan posisi pasien ke sebelah kiri untuk mengurangi resiko aspirasi
7.      Memberitahu keluarga pasien akan dilakukan rujukan ke pasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
VII. EVALUASI       Tanggal : 16 Maret 2013                     Pukul : 08.00 WIB     
1.      Pasien sudah dilindungi dari kemungkinan terjadinya trauma
2.      Infuse RL sudah dipasang pada pasien
3.      Obat anti kejang berupa MgSO4 sudah diberikan kepada pasien
4.      Oksigen sudah diberikan 4-6 liter per menit
5.      Pasien sudah dibaringkan ke posisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi
6.      Rujukan sudah dilakukan ke pasilitas kesehatan yang lebih tinggi

No comments:

Post a Comment