Tuesday, June 9, 2015

Makalah Psikologis ,Contoh Kasus dan Penatalaksanaan (Gangguan Psikologis Persalinan)



Makalah Psikologis ,Contoh Kasus dan Penatalaksanaan
(Gangguan Psikologis Persalinan)
Logo UNRIYO Warna.gif
Anggota kelompok                                     Nim                      B11.3
Agata Pama                                                14140125
Ni Luh Ayu Setiawati                       14140177
Gusti Komang Widyastiti Rahayu    14140176
Dian Arianti                                               14140115
Apriani                                             14140132

PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2014/2015



Kata Pengantar
            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Gangguan Psikologi pada Ibu Bersalin” dengan tepat waktu.
            Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan serta menambah wawasan tentang masalah Ganguan psikologi pada ibu bersalin yang tidak semua ibu mengalami hal ini. Dimulai dari pengertian, penyebab, faktor resiko serta penatalaksanaan. Penulisan makalah ini berdasarkan pada data sekunder dari beberapa informasi baik dari buku maupun internet yang membahas tentang Gangguan psikologi pada ibu bersalin.
            Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua dan dapat menambah wawasan kita lebih dalam mengenai Gangguan psikologi pada ibu bersalin. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.




Yogyakarta, 5 Juni 2015


Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………I
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..II
BAB I PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang…………………………………………………………….1
1.2       Rumusan Masalah…………………………………………………………2
1.3       Tujuan……………………………………………………………………..3
BAB II PEMBAHASAN
2.1       Pengertian Persalinan……………………………………………………..4
2.2       Perubahan Psikologis Ibu saat Persalinan………………………………..5   
2.3       Sebab-Sebab Terjadinya Persalinan……………………………………...6
2.4       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan…………………………..7
2.5       Tahapan Persalinan……………………………………………………….8
2.6       Contoh Kasus persalinan………………………………………………….9
2.7       Penatalaksanaan…………………………………………………………10
BAB III PENUTUP
3.1       Kesimpulan………………………………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Kehamilan pertama bagi seorang wanita merupakan salah satu periode krisis dalam kehidupannya. Pengalaman baru ini memberikan perasaan yang bercampur baur, antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialaminya semasa kehamilan. Kecemasan tersebut dapat muncul karena masa panjang saat menanti kelahiran penuh ketidakpastian, selain itu bayangan tentang halhal yang menakutkan saat proses persalinan walaupun apa yang dibayangkannya belum tentu terjadi. Situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga psikologis (Kartono, 1992).
Taylor (1995) mengatakan bahwa kecemasan ialah suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menyenangkan ini umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan gejala-gejala psikologis (seperti panik, tegang, bingung, tak dapat berkonsentrasi, dan sebagainya).
Peristiwa kelahiran itu bukan hanya merupakan proses  yang  fisiologis belaka, akan tetapi banyak pula diwarnai komponen-komponen psikologis. Jika seandainya kelahiran itu  cuma fisiologis saja sifatnya, dan kondisi organisnya juga normal, maka pasti proses berlangsungnya akan sama saja di mana-mana dan pada setiap wanita, serta tidak akan mempunyai banyak variasi. Sedang pada kenyataannya, aktivitas melahirkan bayi ini cukup bervariasi. Dari yang amat mudah dan lancar sampai pada yang sangat sukar, baik itu normal maupun abnormal dengan operasi SC dan lain-lain.


B.     Rumusan Masalah
Apakah yang dimaksud dengan Gangguan psikologis pada ibu bersalin ?
Apa sajakah penyebab Gangguan psikologi pada ibu bersalin ?
Apa saja Macam-macam gangguan pada masa persalinan ?
Bagaimana cara pencegahan Gangguan psikologi pada ibu bersalin ? 

C.     Tujuan
Untuk mengetahui pengertian dari gangguan psikologi pada ibu bersalin.
Untuk mengetahui penyebab dari gangguan psikologi pada ibu bersalin.
Untuk mengetahui macam-macam gangguan pada masa persalinan.          
Untuk mengetahui cara pencegahan gangguan psikologi pada ibu bersalin.


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian
Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para ibu hamil, sebuah waktu yang menyenangkan namun di sisi lain merupakan hal yang paling mendebarkan. Persalinan terasa akan menyenangkan karena si kecil yang selama sembilan bulan bersembunyi di dalam perut anda akan muncul terlahir ke dunia. Di sisi lain persalinan juga menjadi mendebarkan khususnya bagi calon ibu baru, dimana terbayang proses persalinan yang menyakitkan, mengeluarkan energi yang begitu banyak, dan sebuah perjuangan yang cukup melelahkan.
Gangguan yang terjadi pada seorang ibu menjelang persalinan, yang bersumber pada rasa takut & sakit pada fisik yg teramat sangat. Pada ibu hamil banyak terjadi perubahan , baik fisik maupun psikologis. Begitu jaga pada ibu bersalin, perubahan psikologis pada ibu bersalin wajar terjadi pada setiap orang namun ia perlu memerlukan bimbingan dari keluarga dan penolong persalinan agar ia dapat menerima keadaan yang terjadi selama persalinan dan dapat memahaminya sehingga ia dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya. Perubahan psikologis selama persalinan perlu diketahui oleh penolong persalinan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendamping atau penolong persalinan.Perubahan psikologis pada kala satu, beberapa keadaan dapat terjdi pada ibu dalam persalinan, trauma bagi ibu yang pertama kali melahirkan, perubahan-perubahan yang di maksud adalah:
a.      Perasaan tidak enak.
b.      Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang di hadapi. 
c.       Ibu dalam menghadapi persalinan sering memikirkan antara lain apakah persalinan berjalan normal. 
d.      Menganggap persalinan sebagai cobaan.  
e.       Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya.
f.       Apakah bayi normal apa tidak.        
g.      Apakah ia sanggup merawat bayinya.        
h.      Ibu cemas.  
B.   Perubahan Psikologis Ibu saat Persalinan   
Ada dua perubahan psikologis saat bersalin.
1.      Fase Laten : Pada fase ini ibu biasanya merasa lega dan bahagia karena masa kehamilannya akan segera berakhir. Namun pada awal persalinan wanita biasanya gelisah, gugup, cemas dan khawatir sehubungan dengan rasa tidak nyaman karena kontraksi.
2.      Fase Aktif : saat kemajuan persalinan sampai pada waktu kecepatan maksimum  rasa khawatir wanita menjadi meningkat. Wanita tersebut menginginkan seseorang untuk mendampinginya karena dia merasa takut tidak mampu beradaptasi dengan kontraksinya. Kebutuhan ibu selama persalinan:
a.                   Kebutuhan fisiologi.
b.                   Kebutuhan rasa aman.
c.                   Kebutuhan dicintai dan mencintai.
d.                  Kebutuhan harga diri.
e.                   Kebutuhan aktualisasi diri.

C.   Sebab-sebab terjadinya persalinan.
1)      Teori keregangan
Otot mempunyai kemampuan meregang dalam batas waktu tertentu. Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan mulai berlangsung. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskhemia otot-otot uterus.

2)      Teori penurunan progesterone
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu sehingga produksi progesteron mengalami penurunan yang mengakibatkan otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah progesteron mencapai tingkat penurunan tertentu.

3)      Teori oksitosin internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahi, sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan mengakibatkan oksitosin meningkat sehingga persalinan dimulai.

4)      Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Semakin tua umur kehamilan prostaglandin meningkat sehingga dapat memicu terjadinya persalinan.
5)      Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenal
Pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.

6)      Teori berkurangnya nutrisi
Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.

D.  Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan.
Pada setiap persalinan, ada 5 faktor yang harus diperhatikan, yaitu :
1)      Power
Adalah tenaga yang mendorong keluar janin. Kekuatan yang berguna untuk mendorong keluar janin adalah his, kontraksi otot –otot perut, kontraksi diagfragma dan aksi ligamamnet, dengan kerja sama yang baik dan sempurma. Ada dua power yang bekerja dalam proses persalinan. Yaitu HIS dan Tenaga mengejan ibu. HIS merupakan kontraksi uterus karena otot-otot polos bekerja dengan baik dan sempurna, pada saat kontraksi, otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek.
2)      Passage
Merupakan faktor jalan lahir, terbagi menjadi 2 yaitu :
a.       Bagian keras
Bagian ini terdiri dari tulang panggul (Os coxae, Os Sacrum, Os Coccygis), dan Artikulasi (Simphisis pubis, Artikulasi sakro-iliaka, artikulasi sakro-kosigiu). Dari tulang-tulang dasar dan artikulasi yng ada, maka bagian keras janin dapat dinamakan Ruang panggul (Pelvis mayor dan minor), pintu panggul (Pintu atas panggul, Ruang tengah panggul, Pintu bawah panggul, dan ruang panggul yang sebenarnya yaitu antara inlet dan outlet), Sumbu panggul (merupakan garis yang menghubungkan titik-titik tengah ruang panggul yang melengkung ke depan), Bidang –bidang (Hogde I, Hodge II, Hodge III, den Hodge IV).
b.      Bagian lunak
Jalan lunak yang berpegaruh dalam persalinan adalah SBR, Serviks Utreri, dan vagina. Diamping itu otot –otot, jaringan ikat, dan ligament yang menyokong alat-alat urogenital juga sangat berperan penting dalam persalinan.

3)      Passanger
Faktor yang juga sangat mempengaruhi persalinan adalah faktor janin. Meliputi sikap janin, letak janin, dan bagian terendah. Sikap janin menunjukkan hubungan bagian –bagian janin dengan sumbu tubuh janin, misalnya bagaimana sikap fleksi kepala, kaki, dan lengan. Letak janin dilihat berdasarkan hubungan sumbu tubuh janin dibandingkan dengan sumbu tubuh ibu. Ini berarti seorang janin dapat dikatakan letak longitudinal ( preskep dan presbo), letak lintang, serta letak oblik. Bagian terbawah adalah istilah untuk menunjukkan bagian janin apa yang paling bawah.

4)      Psikis Ibu
Psikis ibu dalam persalinan akan sangat mempengaruhi daya kerja otot –otot yang dibutuhkan dalam persalinan baik itu yang otonom maupun yang sadar. Jika seorang ibu menghadapi persalinan dengan rasa tenang dan sabar, maka persalinan akan terasa mudah untuk ibu tersebut. Namun jika ia merasa tidak ingin ada kehamilan dan persalinan, maka hal ini akan menghambat proses persalinan.

5)      Penolong
Dalam persalinan, ibu tidak mengerti apa yang dinamakan dorongan ingin mengejan asli atau yang palsu. Untuk itu, seorang mitra yang dapat membantunya mengenali tanda gejala persalinan sangat dibutuhkan. Tenaga ibu akan menjadi sia-sia jika saat untuk mengejan yang ibu lakukan tidak tepat.

E.   Tahapan Persalinan
v  Kala I
Kala I disebut juga kala pembukaan dimana serviks membuka dari 0 cm sampai pembukaan lengkap (10cm). Proses ini berlangsung kurang lebih 18- 24 jam, yang terbagi dalam 2 fase, yaitu:
a.       Fase laten (8 jam) dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm.
b.      Fase aktif (7 jam) dari pembukaan 3 cm sampai pembukan 10 cm.
·         Fase akselerasi : pembukaan 3 cm menjadi 4 dalam waktu 2 jam
·         Fase dilatasi maksimal : pembukaan 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam
·         Fase deselerasi : pembukaan 9 cm menjadi 10 cm dalam waktu 2 jam.

v  Tanda dan gejala inpartu :
a.       Penipisan pembukaan serviks.
b.      Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
c.       Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina.

v  Proses persalinan pada kala I :
a.       Dimulai pada waktu serviks membuka karena his: kontraksi uterus yang teratur, makin sering, makin nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir (tidak lebih banyak dari darah haid).
b.       Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksaan dalam bibir porsio tidak dapat diraba lagi) dan selaput ketuban biasanya pecah pada akhir kala I.
c.        Lamanya tergantung paritas ibu : primigravida ± 12 jam, multigravida ± 7 jam.
d.        Mekanisme pembukaan serviks adalah sebagai berikut : kontraksi segmen atas uterus dan retraksi (regangan) segmen bawah uterus yang mengakibatkan pembukaan serviks. Akhirnya segmen bawah uterus makin menipis, dan segmen atas uterus (korpus) makin menebal.
e.        His
Frekuensi : 1 kali/10 menit pada permulaan persalinan, 2-3 kali/10 menit pada akhir kala I.
Lamanya: kurang lebih satu menit.
Nyerinya: berasal dari regangan seviks yang membuka.
Terjadi kalau tekanan intrauterine melebihi 20 mmHg.
Biasanya dimulai dari tulang belakang yang menjalar ke depan. Kontraksi uterus dimulai pada tempat kira-kira batas tuba dengan uterus.
Akibatnya terhadap janin : setiap kontraksi dapat menghambat aliran darah dari plasenta ke janin. Apabila tekanannya melebihi 75 mmHg akan menyumbat aliran darah sama sekali. Kalau his terlampau kuat, terlampau lama, atau terlampau sering dapat menimbulkan gawat janin.
f.       Darah lendir
Darah lendir bercampur lendir yang keluar dari uterus akibat pergeseran selaput ketuban dengan dinding uterus pada waktu pembukaan serviks.

v  Kala II ( Pengeluaran )
Dimulai dari pembukaan lengkap ( 10 cm ) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan teratur kurang lebih 2-3 menit sekali. Ibu mulai merasakan adanya tekanan pada anus sehingga timbul perasaan ingin mengedan. Kemudian perineum mulai menonjol dan vulva mulai membuka. Dengan kekuatan his dan mengedan yang maksimal maka bayi dapat dilahirkan.

v  Tanda dan gejala kala II persalinan :
a.       Ibu merasakan ingin meneran bersamaan adanya kontraksi.
b.       Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan atau vaginanya.
c.        Perineum terlihat menonjol.
d.      Vulva, vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
e.       Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
f.       Selaput ketuban pecah.
v  Proses persalinan kala II :
1.      Dimulainya hanya dapat diketahui dengan periksa dalam, dengan menemukan serviks yang membuka lengkap (pembukaan lengkap 10 cm).
2.       Berakhir dengan lahirnya janin.
3.      Lamanya pada primigravida paling lama 2 jam, multipara paling lama 1 jam.
4.      Mengejan.
5.      Disebab oleh turunnya kepala yang menekan rectum. Berakibat meningkatnya tekanan intra abdominal yang memperkuat kontraksi uterus. Jangan dibiarkan apabila serviks belum membuka lengkap atau dilakukan di luar his, karena regangan yang berlebihan pada ligamentum serviks lateralis dapat menimbulkan prolapsus uteri (turun peranakan) di kemudian hari.
6.        Perineum yang menggembung.
Terjadi pada waktu kepala janin mencapai introitus vagina. Bertambah gembung pada setiap kontraksi uterus, yang dapat mengakibatkan robekan perineum, kecuali bila dilakukan episotomi.

v  Kala III ( Pelepasan Uri )
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.

v  Fisiologi Persalinan Kala Tiga
Pada kala tiga persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perleketan placenta. Karena tempat perleketan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran placenta tidak berubah maka placenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, placenta akan turun bagian bawah uterus atau kedalam vagina.
v  Tanda-tanda lepasnya placenta mencakup beberapa atau semua hal-hal dibawah ini:
ü  Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan placenta terdorong kebawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada diatas pusat (seringkali mengarah kesisi kanan).
ü  Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihar menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahveld).
ü  Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul dibelakang placenta akan membantu mendorong placenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacenta pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam placenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersumbur keluar dari tepi placenta yang terlepas.

v  Manajemen Aktif Kala Tiga
Keuntungan-keuntungan manjemen aktif kala tiga :
ü  Persalinan kala tiga yang lebih singkat
ü   Mengurangi jumlah kehilangan darah
ü  Mengurangi kejadian retensio palcenta
ü  Menghasilkan kontraksi uterus yang lebih baik
Manajemen Aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama:
ü  Pemberian suntikan oksitoksin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
ü  Melakukan penegangan tali pusat terkendali
ü  Masase fundus uteri

v  Pemberian Suntikan Oksitoksin
1.      Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk diberi ASI
2.      Letakkan kain bersih diatas perut ibu
3.      Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain.
4.      Beritahu ibu bahwa ia akan disuntikan
5.      Segera(dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir) suntikan oksitoksin 10 unit IM pada 1/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis).
Jika oksitoksin tidak tersedia, minta ibu untuk melakukan stimulasi putting susu atau menganjurkan ibu untuk menyusukan dengan segera. Ini akan menyebabkan pelepasan oksitoksin secara alamiah. Jika peraturan/patograf kesehatan memungkinkan, dapat diberikan misoprostol 600 mcg (oral/sublingual).sebagai pengganti oksitoksin.

v  Penegangan Tali Pusat Terkendali
1.      Berdiri disamping ibu
2.      Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat kala dua) pada tali pusat sekitar 5-20 cm dari vulva.
3.      Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat diatas simfisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menahan uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat. Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus ke arah lumbal dan kepala ibu (dorso kranial). Lakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadi inversio uteri.
4.      Bila placenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekitar dua atau tiga menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat terkendali.
5.      Saat mulai kontraksi (uteus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan tali pusat ke arah bawah, lakukan tekanan dorso kranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan placenta telah lepas dan dapat dilahirkan.
6.      Tetapi jika langkah 5 diatas tidak berjalan sebagaimanan mestinya dan placenta tidak turun setelah 30-40 detik di mulainya penegangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya placenta, jangan teruskan tali pusat.
a.       Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat tali pusat memanjang. Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan placenta.
b.      Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali pusat terkendali dan tekanan dorso kranial pada korpus uteri secara serntak. Ikuti langkah-langkah tersebut pada setiap kontraksi hingga terasa placenta terlepas dari dinding uterus.
7.      Setelah placenta terlepas, anjurkan ibu untuk meneran agar placenta terdorong keluar melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat dengan arah sejajar lantai (mengikuti poros jalan lahir).
8.      Pada saat placenta terlihar di introitus vagina, lahirkan placenta dengan mengankat tali pusat ke atas dan menopang placenta dengan tangan lainnya untuk meletakkan dalam wadah penampung. Karena selaput ketuban mudah robek, pegang placenta dengan kedua tangan dan secara lembut putas placenta hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.
9.      Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban.
10.  Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat melahirkan placenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama. Gunakan jari-jari tangan anda atau klem DTT atau steril atau forcep untuk keluarkan selaput ketuban yang teraba.
Jika placenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan oksitoksin 10 menit IM dosisi kedua. Periksa kandung kemih jika penuh gunakan teknik aseptik untuk memasukkan kateter nelaton disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk mengosongkan kandung kemih. Ulangi kembali penengangan tali pusat dan tekanan dorso kranial seperti yang di uraikan di atas. Nasehati keluarga bahwa rujukan mungkin diperlukan jika placenta belum lahir setelah waktu 30 menit. Pada menit ke 30 coba lagi melahirkan placenta dengan melakukan penegangan tali pusat untuk terakhir kalinya jika placenta tetap tidak lahir rujuk segera. Ingat apabila placenta tidak lahir setelah 30 menit, jangan mencoba untuk melepaskan dan segera lakukan rujukan.

v  Masase fundus uteri
Segera stelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uterus :
1.      Letakkan telapak tangan pada fundus uteri.
2.      Jelaskan tindakan kepada ibu, katakan bahwa ibu mungkin merasa agak tidak nyaman karena tindakan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk enarik nafas dalam dan perlahan serta rileks.
3.      Dengan lembut tapi mantap gerakkan tangan dengan arah memutar pada fundus uteri supaya uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan penatalaksaaan atonia uteri.
4.      Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh :
a.       Periksa plasenta sisi maternal (yang melekat pada dinding uterus) untuk memastikan bahwa semuanya lengkap dan utuh (tidak ada bagian yang hilang)
b.      Pasangkan bagian-bagian plassenta yang robek atau terpisah untuk memastikan tidak ada bagian yang hilang
c.       Pasangkan bagian-bagian sisi foetal (yang menghadap bayi) untuk memastikan tidak ada bagian yang hilang
d.      Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya
5.      Periksa uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan uterus berkontraksi. Jika uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi masase fundus uteri. Ajarkan ibu dan keluarganya cara melakukan masase uterus sehingga mampu untuk segera mengetahui jika uterus tidak berkontraksi baik.
6.       Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan 30 menit selama satu jam kedua pasca persalinan.

v  Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Observasi yang harus dilakukan pada kala ini adalah tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan. 
Setelah plasenta lahir :
1.      Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.
2.      Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya tinggi fundus uteri setinggi atau beberapa jari di bawah pusat.
3.      Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
4.      Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan ( laserasi atau episiotomi ) pada perineum.
5.      Evaluasi keadaan umum ibu.
6.      Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala empat di bagian belakang partograf, segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.


v  Memperkirakan Kehilangan Darah
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan melihat volume darah yang terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol 500ml dapat menampung semua darah tersebut. Jika darah bias mengisi dua botol, ibu telah kehilangan 1 liter darah. Jika darah bisa mengisi setengah botol, ibu kehilangan 250ml darah. Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi ibu. Cara tidak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah adalah melalui penampakan gejala dan tekanan darah. Apabila perdarahan menyebabkan ibu lemas, pusing, dan kesadaran menurun serta tekanan darah sistolik turun lebih dari 10mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih dari 500ml. Bila ibu mengalami syok hipovolemik maka ibu telah kehilangan darah 50% dari total jumlah darah ibu (2000-2500ml).
Penting untuk selalu memantau keadaan umum dan menilai jumlah kehilangan darah ibu selama kala empat melalui tanda vital, jumlah darah yang keluar dan kontraksi uterus.

v  Memeriksa Perdarahan dari Perineum
Perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan perineum dan vagina. Nilai perluasan laserasi perineum.
o   Derajat I
a)      Mukosa vagina
b)       Komisura posterior
c)       Kulit perineum
d)     Tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan aposisi luka baik
o   Derajat II
a)      Mukosa vagina
b)      Komisura posterior
c)      Kulit perineum
d)     Otot perineum
e)      Perlu dijahit
o   Derajat III
a)      Mukosa vagina
b)      Komisura posterior
c)       Kulit perineum
d)     Otot perineum
e)      Otot sfingter ani
f)       Segera rujuk ke fasilitas rujukan
o   Derajat IV
a)      Mukosa vagina
b)      Komisura posterior
c)      Kulit perineum
d)     Otot perineum
e)      Otot sfingter ani
f)       Dinding depan rectum
g)      Segera rujuk ke fasilitas rujukan.

F.    Contoh kasus persalinan.
Seorang ibu hamil MRS ( Masuk Rumah Sakit ) karena akan melahirkan anak yang pertama dan didampingi oleh  keluarga, sedangkan suaminya bekerja diluar kota sehingga tidak bisa menemani kelahiran buah hatinya. Setelah diperiksa oleh bidan di RS tersebut, semua hasil pemeriksaan menunjukkan sudah terdapat tanda-tanda melahirkan dan sudah ada bukaan Rahim 4 cm (kala I fase Aktif ). Ibu hamil tersebut merasa cemas , gelisah serta takutkarena ini adalah pengalaman pertama kalinya melahirkan. Dia teringat tetangga disamping rumahnya  sekitar 1 bulan yang lalu meninggal dunia karena perdarahan pada saat melahirkan.ibu juga merasa takut jika hal itu menimpa dirinya. Keringat ibu terus mengalir karena kecemasan yang ia alami sudah tidak bisa dikendalikan, akibatnya hasil pemeriksaan tekanan darah ibu tersebut meningkat, sehingga perlu diberikan obat penurun tekanan darah. Apalagi saat kontraksi ibu tersebut teriak-teriak dan menjerit-jerit kesakitan serta memanggil nama suaminya. Keluarga berusaha menenangkan ibu tersebut dan memberikan dukungan serta semangat pada ibu, namun ibu tersebut masih merasa cemas, ketakutan serta kesakitan. Bagaimana peran seorang bidan dalam mengatasi kasus diatas

G.  Penatalaksanaan
  1. Kegiatan komunikasi terapeutik pada ibu melahirkan.
Merupakan pemberian bantuan pada ibu yang akan melahirkan dengan kegiatan bimbingan proses persalinan. Tujuan Komunikasi terapeutik Pada Ibu Dengan Gangguan Psikologi Saat Persalinan :
a)      Membantu pasien memperjelas serta mengurangi beban perasaan dan pikiran selamam proses persalinan. Semua persalinan pasti sakit akan tetapi semuanya adalah psoses normal sehingga jelaskan pada ibu semuanya akan baik-baik saja.
b)      Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.
c)      Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri untuk kesejahteraan ibu dan proses persalinan agar dapat berjalan dengan semestinya
  1. Pendekatan Komunikasi Terapeutik:
a)      Menjalin hubungan yang mengenakkan (rapport) dengan klien.
Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan verbal yang positif.
b)      Kehadiran.
Kehadiran merupakan bentuk tindakan aktif ketrampilan yang meliputi mengayasi semua kekacauan/kebingungan, memberikan perhatian total pada klien. Bila memungkinkan anjurkan pendamping untuk mengambil peran aktif dalam asuhan.
c)      Mendengarkan.
Bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien.
d)     Sentuhan dalam pendampingan klien yang bersalin dimana komunikasi nonverbal kadang-kadang lebih bernilai dari pada kata-kata. Sentuhan yang diberikan bidan terhadap klien akan memberi rasa nyaman dan dapat membantu pasien merasa relax.
e)      Memberi informasi tentang kemajuan persalinan. Hal ini diupayakan untuk memberi rasa percaya diri bahwa klien dapat menyelesaikan persalinan. Pemahaman dapat mengurangi kecemasan dan dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi apa yang akan terjadi. Informasi yang diberikan diulang beberapa kali dan jika mungkin berikan secara tertulis.
f)        Memimpin persalinan dengan mengajarkan pada ibu teknik bernafas yang baik, berelaksasi dan mengatur posisi yang nyaman untuk ibu
g)       Mengadakan kontrak fisik dengan klien. Kontak fisik dapat dilakukan dengan menggosok punggung, memelik dan menyeka keringat serta membersihkan wajah ibu/klien.
h)      Memberikan pujian. Pujian diberikan pada klien atas usaha yang dilakukannya.
i)        Memberikan ucapan selamat pada klien atas kehadiran putra/putrinya dan menyatakan ikut berbahagia.  

Komunikasi terapeutik pada ibu dengan gangguan psikologi saat persalinan dilaksanakan oleh bidan dengan sikap sebagai seorang tua dewasa, karena suatu ketika bidan harus memberikan perimbangan. Sebagai seorang bidan yang professional, asuhan sayang ibu harus tetap diperhatikan demi kenyaman pasien serta keselamatan ibu dan anak yang akan di bantu selama proses persalinan berlangsung.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37-42 minggu ), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janinnya.
Persalinan dibagi dalam empat kala yaitu kala 1 ( dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap ), kala 2 ( dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir ), kala 3 ( dimulai segera setelah lahir sampai lahirnya plasenta ) dan kala 4 ( dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum
Ada dua adaptasi ibu selama persalinan yaitu adaptasi fisk dan adaptasi psikologi
Beberapa cara pembedahan selama persalinan yaitu amniotomi, episiotomy, bedah sesar, forceps, vakum dan histerektomi.
Postmatur menunjukan atau menggambarkan kaadaan janin yang lahir telah melampauhi batas waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Belum ada penyebab pasti terjadinya postmatur ini dan sebagian besar bisa diselesaikan dengan persalinan induksi maupun seksio sesaria dan bidan tidak berwenang menolong persalinan dengan kehamilan postmatur kecuali bidan di rumah sakit dengan kolaborasi dengan dokter.


DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 1991. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka




No comments:

Post a Comment