Makalah
Psikologis ,Contoh Kasus dan Penatalaksanaan
(Gangguan
Psikologis Persalinan)

Anggota
kelompok Nim B11.3
Agata
Pama 14140125
Ni
Luh Ayu Setiawati 14140177
Gusti
Komang Widyastiti Rahayu 14140176
Dian
Arianti 14140115
Apriani 14140132
PROGRAM STUDI DIV
BIDAN PENDIDIK
UNIVERSITAS
RESPATI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
TAHUN AJARAN
2014/2015
Kata
Pengantar
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Gangguan Psikologi pada
Ibu Bersalin” dengan tepat waktu.
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan serta menambah
wawasan tentang masalah Ganguan psikologi pada ibu bersalin yang tidak semua
ibu mengalami hal ini. Dimulai dari pengertian, penyebab, faktor resiko serta
penatalaksanaan. Penulisan makalah ini berdasarkan pada data sekunder dari
beberapa informasi baik dari buku maupun internet yang membahas tentang
Gangguan psikologi pada ibu bersalin.
Kami
berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua dan dapat
menambah wawasan kita lebih dalam mengenai Gangguan psikologi pada ibu
bersalin. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu kritik dan saran kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Yogyakarta,
5 Juni 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………I
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………..II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………..3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Persalinan……………………………………………………..4
2.2 Perubahan Psikologis Ibu saat Persalinan………………………………..5
2.3 Sebab-Sebab Terjadinya
Persalinan……………………………………...6
2.4 Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Persalinan…………………………..7
2.5 Tahapan
Persalinan……………………………………………………….8
2.6 Contoh
Kasus persalinan………………………………………………….9
2.7 Penatalaksanaan…………………………………………………………10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kehamilan pertama bagi seorang wanita
merupakan salah satu periode krisis dalam kehidupannya. Pengalaman baru ini
memberikan perasaan yang bercampur baur, antara bahagia dan penuh harapan
dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialaminya semasa kehamilan.
Kecemasan tersebut dapat muncul karena masa panjang saat menanti kelahiran
penuh ketidakpastian, selain itu bayangan tentang halhal yang menakutkan saat
proses persalinan walaupun apa yang dibayangkannya belum tentu terjadi. Situasi
ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga psikologis
(Kartono, 1992).
Taylor (1995) mengatakan bahwa kecemasan
ialah suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan
sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa
aman. Perasaan yang tidak menyenangkan ini umumnya menimbulkan gejala-gejala
fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan
lain-lain) dan gejala-gejala psikologis (seperti panik, tegang, bingung, tak
dapat berkonsentrasi, dan sebagainya).
Peristiwa kelahiran itu bukan hanya
merupakan proses yang fisiologis belaka, akan tetapi banyak pula
diwarnai komponen-komponen psikologis. Jika seandainya kelahiran itu cuma
fisiologis saja sifatnya, dan kondisi organisnya juga normal, maka pasti proses
berlangsungnya akan sama saja di mana-mana dan pada setiap wanita, serta tidak
akan mempunyai banyak variasi. Sedang pada kenyataannya, aktivitas melahirkan
bayi ini cukup bervariasi. Dari yang amat mudah dan lancar sampai pada yang
sangat sukar, baik itu normal maupun abnormal dengan operasi SC dan lain-lain.
B.
Rumusan
Masalah
Apakah yang dimaksud
dengan Gangguan psikologis pada ibu bersalin ?
Apa sajakah penyebab
Gangguan psikologi pada ibu bersalin ?
Apa
saja Macam-macam gangguan pada masa persalinan ?
Bagaimana cara
pencegahan Gangguan psikologi pada ibu bersalin ?
C.
Tujuan
Untuk mengetahui
pengertian dari gangguan psikologi pada ibu bersalin.
Untuk mengetahui
penyebab dari gangguan psikologi pada ibu bersalin.
Untuk mengetahui
macam-macam gangguan pada masa
persalinan.
Untuk mengetahui cara
pencegahan gangguan psikologi pada ibu bersalin.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Persalinan merupakan hal yang paling
ditunggu-tunggu oleh para ibu hamil, sebuah waktu yang menyenangkan namun di
sisi lain merupakan hal yang paling mendebarkan. Persalinan terasa akan
menyenangkan karena si kecil yang selama sembilan bulan bersembunyi di dalam
perut anda akan muncul terlahir ke dunia. Di sisi lain persalinan juga menjadi
mendebarkan khususnya bagi calon ibu baru, dimana terbayang proses persalinan
yang menyakitkan, mengeluarkan energi yang begitu banyak, dan sebuah perjuangan
yang cukup melelahkan.
Gangguan yang terjadi pada seorang ibu
menjelang persalinan, yang bersumber pada rasa takut & sakit pada fisik yg
teramat sangat. Pada ibu hamil banyak terjadi perubahan , baik fisik maupun
psikologis. Begitu jaga pada ibu bersalin, perubahan psikologis pada ibu
bersalin wajar terjadi pada setiap orang namun ia perlu memerlukan bimbingan
dari keluarga dan penolong persalinan agar ia dapat menerima keadaan yang
terjadi selama persalinan dan dapat memahaminya sehingga ia dapat beradaptasi
terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya. Perubahan psikologis selama
persalinan perlu diketahui oleh penolong persalinan dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pendamping atau penolong persalinan.Perubahan psikologis pada kala
satu, beberapa keadaan dapat terjdi pada ibu dalam persalinan, trauma bagi ibu
yang pertama kali melahirkan, perubahan-perubahan yang di maksud adalah:
a.
Perasaan tidak enak.
b.
Takut dan ragu-ragu akan persalinan
yang di hadapi.
c.
Ibu dalam menghadapi persalinan
sering memikirkan antara lain apakah persalinan berjalan normal.
d.
Menganggap persalinan sebagai
cobaan.
e.
Apakah penolong persalinan dapat
sabar dan bijaksana dalam menolongnya.
f.
Apakah bayi normal apa
tidak.
g.
Apakah ia sanggup merawat
bayinya.
h.
Ibu cemas.
B. Perubahan
Psikologis Ibu saat Persalinan
Ada
dua perubahan psikologis saat bersalin.
1. Fase
Laten : Pada fase ini ibu biasanya merasa lega dan bahagia karena masa
kehamilannya akan segera berakhir. Namun pada awal persalinan wanita biasanya
gelisah, gugup, cemas dan khawatir sehubungan dengan rasa tidak nyaman karena
kontraksi.
2. Fase
Aktif : saat kemajuan persalinan sampai pada waktu kecepatan maksimum
rasa khawatir wanita menjadi meningkat. Wanita tersebut menginginkan
seseorang untuk mendampinginya karena dia merasa takut tidak mampu beradaptasi
dengan kontraksinya. Kebutuhan ibu selama persalinan:
a.
Kebutuhan fisiologi.
b.
Kebutuhan rasa aman.
c.
Kebutuhan dicintai dan mencintai.
d.
Kebutuhan harga diri.
e.
Kebutuhan aktualisasi diri.
C. Sebab-sebab
terjadinya persalinan.
1) Teori
keregangan
Otot
mempunyai kemampuan meregang dalam batas waktu tertentu. Setelah melewati batas
waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan mulai berlangsung. Keadaan
uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskhemia otot-otot
uterus.
2) Teori
penurunan progesterone
Proses
penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu
sehingga produksi progesteron mengalami penurunan yang mengakibatkan otot rahim
lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi
setelah progesteron mencapai tingkat penurunan tertentu.
3) Teori
oksitosin internal
Oksitosin
dikeluarkan oleh kelenjar hipofise posterior. Perubahan keseimbangan estrogen
dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahi, sehingga sering terjadi
kontraksi braxton hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya
kehamilan mengakibatkan oksitosin meningkat sehingga persalinan dimulai.
4) Teori
prostaglandin
Konsentrasi
prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh
desidua. Semakin tua umur kehamilan prostaglandin meningkat sehingga dapat
memicu terjadinya persalinan.
5) Teori
hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenal
Pada
kehamilan dengan anensefalus sering terjadi keterlambatan persalinan karena
tidak terbentuk hipotalamus. Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya
persalinan.
6) Teori
berkurangnya nutrisi
Bila
nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.
D. Faktor-faktor
yang mempengaruhi persalinan.
Pada setiap persalinan, ada 5 faktor yang harus diperhatikan, yaitu :
1) Power
Adalah
tenaga yang mendorong keluar janin. Kekuatan yang berguna untuk mendorong
keluar janin adalah his, kontraksi otot –otot perut, kontraksi diagfragma dan
aksi ligamamnet, dengan kerja sama yang baik dan sempurma. Ada dua power yang
bekerja dalam proses persalinan. Yaitu HIS dan Tenaga mengejan ibu. HIS
merupakan kontraksi uterus karena otot-otot polos bekerja dengan baik dan
sempurna, pada saat kontraksi, otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal
dan lebih pendek.
2) Passage
Merupakan
faktor jalan lahir, terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Bagian
keras
Bagian
ini terdiri dari tulang panggul (Os coxae, Os Sacrum, Os Coccygis), dan
Artikulasi (Simphisis pubis, Artikulasi sakro-iliaka, artikulasi
sakro-kosigiu). Dari tulang-tulang dasar dan artikulasi yng ada, maka bagian
keras janin dapat dinamakan Ruang panggul (Pelvis mayor dan minor), pintu
panggul (Pintu atas panggul, Ruang tengah panggul, Pintu bawah panggul, dan
ruang panggul yang sebenarnya yaitu antara inlet dan outlet), Sumbu panggul
(merupakan garis yang menghubungkan titik-titik tengah ruang panggul yang
melengkung ke depan), Bidang –bidang (Hogde I, Hodge II, Hodge III, den Hodge
IV).
b. Bagian
lunak
Jalan
lunak yang berpegaruh dalam persalinan adalah SBR, Serviks Utreri, dan vagina.
Diamping itu otot –otot, jaringan ikat, dan ligament yang menyokong alat-alat
urogenital juga sangat berperan penting dalam persalinan.
3) Passanger
Faktor
yang juga sangat mempengaruhi persalinan adalah faktor janin. Meliputi sikap
janin, letak janin, dan bagian terendah. Sikap janin menunjukkan hubungan
bagian –bagian janin dengan sumbu tubuh janin, misalnya bagaimana sikap fleksi
kepala, kaki, dan lengan. Letak janin dilihat berdasarkan hubungan sumbu tubuh
janin dibandingkan dengan sumbu tubuh ibu. Ini berarti seorang janin dapat
dikatakan letak longitudinal ( preskep dan presbo), letak lintang, serta letak
oblik. Bagian terbawah adalah istilah untuk menunjukkan bagian janin apa yang
paling bawah.
4) Psikis Ibu
Psikis
ibu dalam persalinan akan sangat mempengaruhi daya kerja otot –otot yang
dibutuhkan dalam persalinan baik itu yang otonom maupun yang sadar. Jika
seorang ibu menghadapi persalinan dengan rasa tenang dan sabar, maka persalinan
akan terasa mudah untuk ibu tersebut. Namun jika ia merasa tidak ingin ada
kehamilan dan persalinan, maka hal ini akan menghambat proses persalinan.
5) Penolong
Dalam
persalinan, ibu tidak mengerti apa yang dinamakan dorongan ingin mengejan asli
atau yang palsu. Untuk itu, seorang mitra yang dapat membantunya mengenali
tanda gejala persalinan sangat dibutuhkan. Tenaga ibu akan menjadi sia-sia jika
saat untuk mengejan yang ibu lakukan tidak tepat.
E. Tahapan
Persalinan
v Kala
I
Kala
I disebut juga kala pembukaan dimana serviks membuka dari 0 cm sampai pembukaan
lengkap (10cm). Proses ini berlangsung kurang lebih 18- 24 jam, yang terbagi
dalam 2 fase, yaitu:
a. Fase
laten (8 jam) dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm.
b. Fase
aktif (7 jam) dari pembukaan 3 cm sampai pembukan 10 cm.
·
Fase akselerasi : pembukaan 3 cm menjadi
4 dalam waktu 2 jam
·
Fase dilatasi maksimal : pembukaan 4 cm
menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam
·
Fase deselerasi : pembukaan 9 cm menjadi
10 cm dalam waktu 2 jam.
v Tanda
dan gejala inpartu :
a. Penipisan
pembukaan serviks.
b. Kontraksi
uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit).
c. Cairan
lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina.
v Proses
persalinan pada kala I :
a. Dimulai
pada waktu serviks membuka karena his: kontraksi uterus yang teratur, makin
sering, makin nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir (tidak lebih banyak dari
darah haid).
b. Berakhir
pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksaan dalam bibir porsio
tidak dapat diraba lagi) dan selaput ketuban biasanya pecah pada akhir kala I.
c. Lamanya
tergantung paritas ibu : primigravida ± 12 jam, multigravida ± 7 jam.
d. Mekanisme
pembukaan serviks adalah sebagai berikut : kontraksi segmen atas uterus dan
retraksi (regangan) segmen bawah uterus yang mengakibatkan pembukaan serviks.
Akhirnya segmen bawah uterus makin menipis, dan segmen atas uterus (korpus)
makin menebal.
e. His
Frekuensi
: 1 kali/10 menit pada permulaan persalinan, 2-3 kali/10 menit pada akhir kala
I.
Lamanya:
kurang lebih satu menit.
Nyerinya:
berasal dari regangan seviks yang membuka.
Terjadi
kalau tekanan intrauterine melebihi 20 mmHg.
Biasanya
dimulai dari tulang belakang yang menjalar ke depan. Kontraksi uterus dimulai
pada tempat kira-kira batas tuba dengan uterus.
Akibatnya
terhadap janin : setiap kontraksi dapat menghambat aliran darah dari plasenta
ke janin. Apabila tekanannya melebihi 75 mmHg akan menyumbat aliran darah sama
sekali. Kalau his terlampau kuat, terlampau lama, atau terlampau sering dapat
menimbulkan gawat janin.
f. Darah
lendir
Darah
lendir bercampur lendir yang keluar dari uterus akibat pergeseran selaput
ketuban dengan dinding uterus pada waktu pembukaan serviks.
v Kala
II ( Pengeluaran )
Dimulai
dari pembukaan lengkap ( 10 cm ) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2
jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Pada kala ini his menjadi
lebih kuat dan teratur kurang lebih 2-3 menit sekali. Ibu mulai merasakan
adanya tekanan pada anus sehingga timbul perasaan ingin mengedan. Kemudian
perineum mulai menonjol dan vulva mulai membuka. Dengan kekuatan his dan
mengedan yang maksimal maka bayi dapat dilahirkan.
v Tanda
dan gejala kala II persalinan :
a. Ibu
merasakan ingin meneran bersamaan adanya kontraksi.
b. Ibu
merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan atau vaginanya.
c. Perineum
terlihat menonjol.
d. Vulva,
vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
e. Peningkatan
pengeluaran lendir dan darah.
f. Selaput
ketuban pecah.
v Proses
persalinan kala II :
1. Dimulainya
hanya dapat diketahui dengan periksa dalam, dengan menemukan serviks yang
membuka lengkap (pembukaan lengkap 10 cm).
2. Berakhir
dengan lahirnya janin.
3. Lamanya
pada primigravida paling lama 2 jam, multipara paling lama 1 jam.
4. Mengejan.
5. Disebab
oleh turunnya kepala yang menekan rectum. Berakibat meningkatnya tekanan intra
abdominal yang memperkuat kontraksi uterus. Jangan dibiarkan apabila serviks
belum membuka lengkap atau dilakukan di luar his, karena regangan yang
berlebihan pada ligamentum serviks lateralis dapat menimbulkan prolapsus uteri
(turun peranakan) di kemudian hari.
6. Perineum
yang menggembung.
Terjadi
pada waktu kepala janin mencapai introitus vagina. Bertambah gembung pada
setiap kontraksi uterus, yang dapat mengakibatkan robekan perineum, kecuali
bila dilakukan episotomi.
v Kala
III ( Pelepasan Uri )
Dimulai
segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih
dari 30 menit. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras. Beberapa menit kemudian
uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.
v Fisiologi
Persalinan Kala Tiga
Pada
kala tiga persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perleketan placenta. Karena tempat
perleketan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran placenta tidak berubah maka
placenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah
lepas, placenta akan turun bagian bawah uterus atau kedalam vagina.
v Tanda-tanda
lepasnya placenta mencakup beberapa atau semua hal-hal dibawah ini:
ü Perubahan
bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai
berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah
pusat. Setelah uterus berkontraksi dan placenta terdorong kebawah, uterus
berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada diatas
pusat (seringkali mengarah kesisi kanan).
ü Tali
pusat memanjang. Tali pusat terlihar menjulur keluar melalui vulva (tanda
Ahveld).
ü Semburan
darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul dibelakang placenta akan
membantu mendorong placenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila
kumpulan darah (retroplacenta pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan
permukaan dalam placenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersumbur
keluar dari tepi placenta yang terlepas.
v Manajemen
Aktif Kala Tiga
Keuntungan-keuntungan
manjemen aktif kala tiga :
ü Persalinan
kala tiga yang lebih singkat
ü Mengurangi
jumlah kehilangan darah
ü Mengurangi
kejadian retensio palcenta
ü Menghasilkan
kontraksi uterus yang lebih baik
Manajemen
Aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama:
ü Pemberian
suntikan oksitoksin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
ü Melakukan
penegangan tali pusat terkendali
ü Masase
fundus uteri
v Pemberian
Suntikan Oksitoksin
1. Serahkan
bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk diberi ASI
2. Letakkan
kain bersih diatas perut ibu
3. Periksa
uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain.
4. Beritahu
ibu bahwa ia akan disuntikan
5. Segera(dalam
1 menit pertama setelah bayi lahir) suntikan oksitoksin 10 unit IM pada 1/3
bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis).
Jika
oksitoksin tidak tersedia, minta ibu untuk melakukan stimulasi putting susu
atau menganjurkan ibu untuk menyusukan dengan segera. Ini akan menyebabkan
pelepasan oksitoksin secara alamiah. Jika peraturan/patograf kesehatan
memungkinkan, dapat diberikan misoprostol 600 mcg (oral/sublingual).sebagai
pengganti oksitoksin.
v Penegangan
Tali Pusat Terkendali
1. Berdiri
disamping ibu
2. Pindahkan
klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat kala dua) pada tali pusat sekitar
5-20 cm dari vulva.
3. Letakkan
tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat diatas simfisis
pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menahan uterus pada
saat melakukan penegangan pada tali pusat. Setelah terjadi kontraksi yang kuat,
tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain (pada dinding
abdomen) menekan uterus ke arah lumbal dan kepala ibu (dorso kranial). Lakukan
secara hati-hati untuk mencegah terjadi inversio uteri.
4. Bila
placenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekitar dua
atau tiga menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat
terkendali.
5. Saat
mulai kontraksi (uteus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan tali
pusat ke arah bawah, lakukan tekanan dorso kranial hingga tali pusat makin
menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan placenta telah lepas
dan dapat dilahirkan.
6. Tetapi
jika langkah 5 diatas tidak berjalan sebagaimanan mestinya dan placenta tidak
turun setelah 30-40 detik di mulainya penegangan tali pusat dan tidak ada
tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya placenta, jangan teruskan tali pusat.
a. Pegang
klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi berikutnya. Jika
perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat tali pusat memanjang.
Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan placenta.
b. Pada
saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali pusat terkendali dan
tekanan dorso kranial pada korpus uteri secara serntak. Ikuti langkah-langkah
tersebut pada setiap kontraksi hingga terasa placenta terlepas dari dinding
uterus.
7. Setelah
placenta terlepas, anjurkan ibu untuk meneran agar placenta terdorong keluar
melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat dengan arah sejajar lantai
(mengikuti poros jalan lahir).
8. Pada
saat placenta terlihar di introitus vagina, lahirkan placenta dengan mengankat
tali pusat ke atas dan menopang placenta dengan tangan lainnya untuk meletakkan
dalam wadah penampung. Karena selaput ketuban mudah robek, pegang placenta
dengan kedua tangan dan secara lembut putas placenta hingga selaput ketuban
terpilin menjadi satu.
9. Lakukan
penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban.
10. Jika
selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat melahirkan placenta,
dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama. Gunakan jari-jari
tangan anda atau klem DTT atau steril atau forcep untuk keluarkan selaput
ketuban yang teraba.
Jika
placenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan oksitoksin 10 menit IM
dosisi kedua. Periksa kandung kemih jika penuh gunakan teknik aseptik untuk
memasukkan kateter nelaton disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
mengosongkan kandung kemih. Ulangi kembali penengangan tali pusat dan tekanan
dorso kranial seperti yang di uraikan di atas. Nasehati keluarga bahwa rujukan
mungkin diperlukan jika placenta belum lahir setelah waktu 30 menit. Pada menit
ke 30 coba lagi melahirkan placenta dengan melakukan penegangan tali pusat
untuk terakhir kalinya jika placenta tetap tidak lahir rujuk segera. Ingat
apabila placenta tidak lahir setelah 30 menit, jangan mencoba untuk melepaskan
dan segera lakukan rujukan.
v Masase
fundus uteri
Segera
stelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uterus :
1. Letakkan
telapak tangan pada fundus uteri.
2. Jelaskan
tindakan kepada ibu, katakan bahwa ibu mungkin merasa agak tidak nyaman karena
tindakan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk enarik nafas dalam dan perlahan
serta rileks.
3. Dengan
lembut tapi mantap gerakkan tangan dengan arah memutar pada fundus uteri supaya
uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik,
lakukan penatalaksaaan atonia uteri.
4. Periksa
plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh :
a. Periksa
plasenta sisi maternal (yang melekat pada dinding uterus) untuk memastikan
bahwa semuanya lengkap dan utuh (tidak ada bagian yang hilang)
b. Pasangkan
bagian-bagian plassenta yang robek atau terpisah untuk memastikan tidak ada
bagian yang hilang
c. Pasangkan
bagian-bagian sisi foetal (yang menghadap bayi) untuk memastikan tidak ada
bagian yang hilang
d. Evaluasi
selaput untuk memastikan kelengkapannya
5. Periksa
uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan uterus berkontraksi. Jika
uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi masase fundus uteri. Ajarkan ibu
dan keluarganya cara melakukan masase uterus sehingga mampu untuk segera
mengetahui jika uterus tidak berkontraksi baik.
6. Periksa
kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan
30 menit selama satu jam kedua pasca persalinan.
v Kala
IV
Dimulai
dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Observasi yang
harus dilakukan pada kala ini adalah tingkat kesadaran, tanda-tanda vital,
kontraksi uterus dan perdarahan.
Setelah
plasenta lahir :
1. Lakukan
rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan
kuat.
2. Evaluasi
tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan pusat
sebagai patokan. Umumnya tinggi fundus uteri setinggi atau beberapa jari di
bawah pusat.
3. Memperkirakan
kehilangan darah secara keseluruhan.
4. Periksa
kemungkinan perdarahan dari robekan ( laserasi atau episiotomi ) pada perineum.
5. Evaluasi
keadaan umum ibu.
6. Dokumentasikan
semua asuhan dan temuan selama persalinan kala empat di bagian belakang
partograf, segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.
v Memperkirakan
Kehilangan Darah
Satu
cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan melihat volume darah yang
terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol 500ml dapat menampung semua
darah tersebut. Jika darah bias mengisi dua botol, ibu telah kehilangan 1 liter
darah. Jika darah bisa mengisi setengah botol, ibu kehilangan 250ml darah.
Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi
ibu. Cara tidak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah adalah melalui
penampakan gejala dan tekanan darah. Apabila perdarahan menyebabkan ibu lemas,
pusing, dan kesadaran menurun serta tekanan darah sistolik turun lebih dari
10mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih dari 500ml.
Bila ibu mengalami syok hipovolemik maka ibu telah kehilangan darah 50% dari
total jumlah darah ibu (2000-2500ml).
Penting
untuk selalu memantau keadaan umum dan menilai jumlah kehilangan darah ibu
selama kala empat melalui tanda vital, jumlah darah yang keluar dan kontraksi
uterus.
v Memeriksa
Perdarahan dari Perineum
Perhatikan
dan temukan penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan perineum dan vagina.
Nilai perluasan laserasi perineum.
o
Derajat I
a) Mukosa
vagina
b) Komisura
posterior
c) Kulit
perineum
d) Tidak
perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan aposisi luka baik
o
Derajat II
a) Mukosa
vagina
b) Komisura
posterior
c) Kulit
perineum
d) Otot
perineum
e) Perlu
dijahit
o
Derajat III
a) Mukosa
vagina
b) Komisura
posterior
c) Kulit
perineum
d) Otot
perineum
e) Otot
sfingter ani
f) Segera
rujuk ke fasilitas rujukan
o
Derajat IV
a) Mukosa
vagina
b) Komisura
posterior
c) Kulit
perineum
d) Otot
perineum
e) Otot
sfingter ani
f) Dinding
depan rectum
g) Segera
rujuk ke fasilitas rujukan.
F. Contoh
kasus persalinan.
Seorang ibu hamil MRS ( Masuk Rumah
Sakit ) karena akan melahirkan anak yang pertama dan didampingi
oleh keluarga, sedangkan suaminya bekerja diluar kota sehingga tidak
bisa menemani kelahiran buah hatinya. Setelah diperiksa oleh bidan di RS
tersebut, semua hasil pemeriksaan menunjukkan sudah terdapat tanda-tanda
melahirkan dan sudah ada bukaan Rahim 4 cm (kala I fase Aktif ). Ibu hamil
tersebut merasa cemas , gelisah
serta takutkarena ini adalah pengalaman pertama kalinya melahirkan. Dia
teringat tetangga disamping rumahnya sekitar 1 bulan yang lalu
meninggal dunia karena perdarahan pada saat melahirkan.ibu juga merasa takut
jika hal itu menimpa dirinya. Keringat ibu terus mengalir karena kecemasan yang
ia alami sudah tidak bisa dikendalikan, akibatnya hasil pemeriksaan tekanan
darah ibu tersebut meningkat, sehingga perlu diberikan obat penurun tekanan
darah. Apalagi saat kontraksi ibu tersebut teriak-teriak dan menjerit-jerit
kesakitan serta memanggil nama suaminya. Keluarga berusaha menenangkan ibu
tersebut dan memberikan dukungan serta semangat pada ibu, namun ibu tersebut
masih merasa cemas, ketakutan serta kesakitan. Bagaimana peran seorang bidan
dalam mengatasi kasus diatas
G. Penatalaksanaan
- Kegiatan komunikasi terapeutik pada ibu melahirkan.
Merupakan
pemberian bantuan pada ibu yang akan melahirkan dengan kegiatan bimbingan
proses persalinan. Tujuan Komunikasi terapeutik Pada Ibu Dengan Gangguan
Psikologi Saat Persalinan :
a) Membantu
pasien memperjelas serta mengurangi beban perasaan dan pikiran selamam proses
persalinan. Semua persalinan pasti sakit akan tetapi semuanya adalah psoses
normal sehingga jelaskan pada ibu semuanya akan baik-baik saja.
b) Membantu
mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.
c) Membantu
mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri untuk kesejahteraan
ibu dan proses persalinan agar dapat berjalan dengan semestinya
- Pendekatan Komunikasi Terapeutik:
a) Menjalin
hubungan yang mengenakkan (rapport) dengan klien.
Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan verbal yang positif.
Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan verbal yang positif.
b) Kehadiran.
Kehadiran merupakan bentuk tindakan aktif ketrampilan yang meliputi mengayasi semua kekacauan/kebingungan, memberikan perhatian total pada klien. Bila memungkinkan anjurkan pendamping untuk mengambil peran aktif dalam asuhan.
Kehadiran merupakan bentuk tindakan aktif ketrampilan yang meliputi mengayasi semua kekacauan/kebingungan, memberikan perhatian total pada klien. Bila memungkinkan anjurkan pendamping untuk mengambil peran aktif dalam asuhan.
c) Mendengarkan.
Bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien.
Bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien.
d) Sentuhan
dalam pendampingan klien yang bersalin dimana komunikasi nonverbal
kadang-kadang lebih bernilai dari pada kata-kata. Sentuhan yang diberikan bidan
terhadap klien akan memberi rasa nyaman dan dapat membantu pasien merasa relax.
e) Memberi
informasi tentang kemajuan persalinan. Hal ini diupayakan untuk memberi rasa
percaya diri bahwa klien dapat menyelesaikan persalinan. Pemahaman dapat
mengurangi kecemasan dan dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi apa yang
akan terjadi. Informasi yang diberikan diulang beberapa kali dan jika mungkin
berikan secara tertulis.
f) Memimpin
persalinan dengan mengajarkan pada ibu teknik bernafas yang baik, berelaksasi
dan mengatur posisi yang nyaman untuk ibu
g) Mengadakan
kontrak fisik dengan klien. Kontak fisik dapat dilakukan dengan menggosok
punggung, memelik dan menyeka keringat serta membersihkan wajah ibu/klien.
h) Memberikan
pujian. Pujian diberikan pada klien atas usaha yang dilakukannya.
i)
Memberikan ucapan selamat pada klien
atas kehadiran putra/putrinya dan menyatakan ikut berbahagia.
Komunikasi terapeutik pada ibu dengan gangguan psikologi saat persalinan dilaksanakan oleh bidan dengan sikap sebagai seorang tua dewasa, karena suatu ketika bidan harus memberikan perimbangan. Sebagai seorang bidan yang professional, asuhan sayang ibu harus tetap diperhatikan demi kenyaman pasien serta keselamatan ibu dan anak yang akan di bantu selama proses persalinan berlangsung.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Persalinan normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37-42 minggu ), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janinnya.
Persalinan dibagi dalam empat kala yaitu kala
1 ( dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap ), kala 2 (
dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir ), kala 3 ( dimulai segera
setelah lahir sampai lahirnya plasenta ) dan kala 4 ( dimulai saat lahirnya
plasenta sampai 2 jam pertama postpartum
Ada dua adaptasi ibu selama persalinan yaitu
adaptasi fisk dan adaptasi psikologi
Beberapa cara pembedahan selama persalinan
yaitu amniotomi, episiotomy, bedah sesar, forceps, vakum dan histerektomi.
Postmatur menunjukan atau menggambarkan
kaadaan janin yang lahir telah melampauhi batas waktu persalinannya, sehingga
dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Belum ada penyebab pasti terjadinya
postmatur ini dan sebagian besar bisa diselesaikan dengan persalinan induksi
maupun seksio sesaria dan bidan tidak berwenang menolong persalinan dengan
kehamilan postmatur kecuali bidan di rumah sakit dengan kolaborasi dengan
dokter.
DAFTAR
PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 1991. Ilmu Kebidanan.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
No comments:
Post a Comment