Tuesday, June 9, 2015

ANEMIA



1.       LATAR BELAKANG
Anemia merupakan kekurangan zat besi yang biasa diderita oleh wanita hamil pada dasarnya anemia merupakan masalah rasional dan berpengaruh sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
Menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20%-89% dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi. How Swie Tjioeng menemukan angka anemia kehamilan 3,8% pada trimester I, 13,6% pada trimester II, dan 24,8% pada trimester III. Akrib Sukarman menemukan sebesar 40,1% di Bogor. Bakta menemukan 50,7% di Puskesmas kota Denpasar sedangkan Sindu menemukan 70% ibu hamil di Indonesia menderita anemia kurang gizi.
Selain itu didaerah pedesaan banyak dijumpai ibu hamil dengan malnutrisi atau kekurangan gizi; kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan; dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah.
1.       PENGERTIAN
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
Anemia hmil disebut ” potential danger to matter and child (potensial membahayangkan ibu dan anak) ”, karena itulah anemia memerlukan perhatian khusus dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan.
Baik di negara maju maupun di negara berkembang, seseorang disebut menderita anemia bila kadar Hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr %, disebut anemia berat atau bila kurang dari 6 gr %, disebut anemia gravis.
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12 – 15 gr % dan hematokrit 35-54 %, angka – angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrit dan hemogloblin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal. Sebaiknya pemerintahan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan akhir.
Penyebab anemia umumnya adalah :
1.       Kurang gizi ( malnutrisi )
2.       Kurang zat besi dalam diet
3.       Malabsorpsi
4.       Kehilangan daerah yang banyak : persalinan yang lalu, haid, dll
5.       Penyakit-penyakit kronik : tbc, paru, cacing usus, malaria, dll
Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah ( hiperemia / hipervolumia )karena itu terjadi pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertambahannya dengan plasma darah. Perbandingan tersebut adalah :
·         Plasma darah bertambah : 30%
·         Sel-sel darah bertambah : 18%
·         Hemoglobin bertambah : 19%
·          
Secara fisiologis, pengeceran darah ini adalah untuk membantu meringankan kerja jantung.
a.1.1. Bentuk-bentuk Anemia
1. Anemia defresiasi besi (62,3%)
Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan hipokromik serta banyak dijumpai. Penyebabnya sebagai penyebab anemia umumya.
Pengobatan :
Keperluan zat besi untuk wanita hamil, non-hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah :
                  FNB Amerika Serikat (1958) : 12 mg-15mg-15mg
                  LIPI Indonesia (1968) : 12mg-17mg-17mg
Kemsan zat besi dapat diberikan peroral atau parenteral
                  Peroral : sulfas ferasus ata glukonas ferosus denan dosis 3-5×0,20 mg
                  Parenteral : diberikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian peroral atau absorbsi di saluran pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara intramuskuler atan intravera. Kemasan ini antara : imferon, jectofer dan ferrigen.
Hasil lebih cepat dari pada peroral.
a.1.2. Anamia Megaloblastik biasanya berbentuk makrositik atau pernisiosa penyebab:
                  Kekurangan asam folik
                  Kekurangan Vit B12
                  Malnutrisi dan infeksi yang kronit
Pengobatan
                  Asam Folik 15 – 30 mg per hari
                  Vit B12 3×1 tablet per hari
                  Sulfas Ferosus 3×1 tablet per hari
                  Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban maka dapat diberikan tanfusi darah.
a.1.3 Anemia hipoplasti (8,0%)
Disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang belakang, membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan :
                              Darah tepi lengkap
                              Pemeriksaan fungsi sternal
                              Pemeriksaan retikulosh
Penyebab belum diketahui pasti, kecuali yang disebabkan oleh infeksi berat (sepsis), keracunan, dan sinar rontgen atau sinar radiasi
 Pengobatan  :
Terapi dengan obat-obatan tidak memuaskan mungkin pengobatan yang paling balik yaitu transfusi darah yang yang perlu sering diulang.
a.1.4. Anemia Hemolitik ( sel sickle )(0,7%)
Disebabkan penghancuran / pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya.
Ini dapat disebabkan oleh :
a)      faktor intrakorpuskoler : dijumpai pada anemia hemolitik, heriditer, talasemia, anemia sel sitkle (sabit), hemoglobinopati C,D,G,H,I dan paraksimal noktural hemoglobinuria.
b)      Faktor ekstrakorpuskoler : disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam dan dapat beserta obat-obatan : leukimia, penyakit hodgkin,dll.
Gejala utama :
      Anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah
      Kelelahan dan kelemahan
      Gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital
Pengobatan
Bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya, bila disebabkan oleh infeksinya diberantas dan diberikan obat-obatan penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Maka transfusi darah yang berulang dapat membantu penderita.
B. Pengaruh Anemia pada Kehamilan
1. Pengaruh anemia terhadap kehamilan
    a. Bahaya selama kehamilan
·         Dapat terjadi abortus
·         Persalinan prematuritas
·         Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
·         Mudah terjadi infeksi
·         Ancaman dekoinpensasi kordis (Hb < 6 gr%)
·         Mola Hidatidosa
·         Hiperemesis Gravidarum
·         Pendarahan antepartum
·         Ketuban pecah dini ( KPO )
    b. Bahaya saat persalinan
·         Gangguan his – kekuatan mengejan
·         Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi portus terlantai
·         Kala kedua berlangsung lama sehingga dapat melelehkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan.
·         Kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan pendarahan postpartum karena atonia uteri
·         Kala keempat dapat terjadi pendarahan post partum sekunder dan atonia uteri
c. Pada Kala nifas
·         Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan pendarahan post partum
·         Memudahkan infeksi puerpertum
·         Pengeluaran ASI berkurang
·         Terjadinya dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
·         Anemia kala nifas
·         Mudah terjadi infeksi mainmae
2. Bahaya terhadap janin
Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk :
·         Abortus
·         Terjadi kematian intro uterin
·         Persalinan prematuritas tinggi
·         Berat badan lahir rendah
·         Dapat terjadi cacat bawaan
·         Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinantal
·         Intelegensi lemah





Anemia Pada Ibu Hamil

Pada saat sedang hamil, seorang calon ibu sering mengalami anemia. Ketika ia mengalami anemia, darah sang ibu tidak memiliki cukup sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen ke jaringan.

Selama kehamilan, tubuh memproduksi lebih banyak darah untuk menopang pertumbuhan bayi. Jika tidak mendapatkan cukup zat besi atau zat gizi lain tertentu, tubuh mungkin tidak mampu menghasilkan jumlah sel darah merah yang dibutuhkan untuk membuat tambahan darah.


Adalah normal bagi ibu hamil menderita anemia ringan dalam kehamilannya. Tapi beberapa orang mungkin mengalami anemia yang lebih serius akibat dari rendahnya kadar zat besi atau vitamin atau dari alasan lainnya.

Anemia dapat membuat sang ibu merasa lelah dan lemah. Jika anemia terjadi secara signifikan dan tidak diobati, ia dapat meningkatkan risiko komplikasi serius, seperti kelahiran prematur.

Berikut akan dipaparkan mengenai apa yang perlu kita ketahui tentang penyebab, gejala, dan pengobatan anemia selama kehamilan:

Jenis Anemia Selama Kehamilan

Beberapa jenis anemia dapat terjadi selama kehamilan, diantaranya adalah:
  • Anemia defisiensi zat besi
  • Anemia defisiensi folat
  • Anemia defisiensi Vitamin B12


Anemia defisiensi zat besi.
Anemia jenis ini terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup zat besi untuk menghasilkan hemoglobin dalam jumlah yang cukup. Hemoglobin merupakan salahsatu protein dalam sel darah merah, dan ia membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Dalam anemia defisiensi zat besi, darah tidak dapat membawa oksigen yang cukup untuk seluruh jaringan tubuh.
Kekurangan zat besi adalah penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan.

Anemia defisiensi folat.
Folat, biasa juga disebut asam folat, termasuk dalam kelompok vitamin B. Tubuh membutuhkan folat untuk menghasilkan sel-sel baru, termasuk sel darah merah yang sehat.
Selama kehamilan, wanita membutuhkan folat tambahan. Tapi kadang-kadang mereka tidak mendapatkan cukup dari makanannya. Ketika itu terjadi, tubuh tidak dapat membuat sel-sel darah merah yang normal yang cukup untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
Kekurangan folat bisa langsung berkontribusi terhadap beberapa jenis cacat lahir.

Anemia defisiensi vitamin B12.
Tubuh membutuhkan vitamin B12 untuk membentuk sel darah merah yang sehat. Ketika seorang wanita hamil tidak mendapatkan cukup vitamin B12 dari makanan, tubuhnya tidak dapat memproduksi cukup sel darah merah yang sehat. Wanita yang tidak mengkonsumsi daging, unggas, produk susu, dan telur memiliki risiko lebih besar terkena kekurangan vitamin B12, yang dapat berkontribusi untuk cacat lahir.
Kehilangan darah selama dan setelah melahirkan juga dapat menyebabkan anemia.

Faktor Risiko Anemia pada Kehamilan

Semua wanita hamil beresiko untuk menderita anemia, karena mereka memerlukan lebih banyak asam folat dan zat besi dari biasanya. Tapi risiko akan lebih tinggi dalam situasi berikut:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhh5NjYiG24saDGS4EhO6-twTr5JpL0fLBU0K-pg5dhSebpQmVYaiZijqXj0-cN1tRzgTrLWfPuptYH7wiGXRsDIsZcDyossqKXCgx8qge9lGxg2NDNPtOfT4Ji7TQYi1KFg4dR21EVcuY/s400/morning+sickness.jpg
  • Hamil dengan lebih dari satu anak (kembar)
  • Dua kehamilan berdekatan
  • Muntah banyak karena morning sickness
  • Kehamilan remaja
  • Tidak makan cukup makanan yang kaya zat besi
  • Mengalami masa berat sebelum hamil (fisik dan psikis)
Gejala Anemia Selama Kehamilan

Gejala yang paling umum dari anemia selama kehamilan adalah:
  • Kulit, bibir, dan kuku pucat
  • Merasa lelah atau lemah
  • Pusing
  • Sesak napas
  • Detak jantung yang cepat
  • Sulit berkonsentrasi
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9BLh2lM6pS98BkmUqm8Ty-D83y26gAlu0fjpyQ9ljFdrK8K2rxA-hy-MIxVAfxP1XmIzhjzn1mmkcIuDhXV1aKO9JiuT3nw2N2hLehiSicBJDdqp0bIJlgoF9fm3y1aXIOZBWoMEzdP4/s400/gejala.jpg
Pada tahap awal, anemia mungkin tidak memiliki gejala yang jelas. Dan banyak diantara gejala yang dirasakan sering terjadi di masa kehamilan. Jadi, pastikan ibu hamil untuk mendapatkan tes darah rutin ketika melakukan pemeriksaan kehamilan, agar anemia dapat terdeteksi sedini mungkin.



Risiko Anemia pada Kehamilan

Anemia kekurangan zat besi yang parah atau tidak diobati selama kehamilan dapat meningkatkan risiko:
  • Bayi prematur atau berat lahir rendah
  • Transfusi darah (jika kehilangan sejumlah besar darah selama persalinan)
  • Depresi pasca melahirkan
Defisiensi folat yang tidak diobati dapat meningkatkan risiko:
  • Bayi prematur atau berat lahir rendah
  • Bayi dengan cacat lahir yang serius pada tulang belakang atau otak (neural tube defects)
Yang tidak diobati kekurangan vitamin B12 juga dapat meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan cacat tabung saraf (neural tube defects).

Pemeriksaan untuk Anemia

Selama pemeriksaan kehamilan yang pertama, sang ibu akan mendapatkan pemeriksaan darah yang dapat membantu dokter atau bidan memeriksa apakah ia mengalami anemia atau tidak. Pemeriksaan darah biasanya meliputi:
  • Pemeriksaan Hemoglobin. Pemeriksaan ini bertujuan mengukur jumlah hemoglobin - protein kaya zat besi dalam sel darah merah yang membawa oksigen dari paru ke jaringan tubuh.
  • Pemeriksaan Hematokrit. Pemeriksaan ini mengukur persentase sel darah merah dalam sampel darah.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRLtEAngJQ2Zo0FB8iD7ZeM4m-m9dI-i4CByjdfYGXGzcRB3aaOiVkLEjoTwylo6YF_jJ840Y4UUpdCGFc_U4uf1tbZGnV1066JLS4yL1EDW98Ta362WIZKdWmwSRVJMQf_S9OgTbvB2w/s400/pemeriksaan+kehamilan.jpg
Jika ibu hamil memiliki kadar hemoglobin atau hematokrit lebih rendah dari tingkat normal, ia mungkin mengalami anemia kekurangan zat besi. Dokter juga mungkin akan memeriksa tes darah lainnya untuk menentukan apakah ia mengalami anemia karena kekurangan zat besi atau penyebab lain.

Bahkan jika seorang ibu hamil tidak menderita anemia pada awal kehamilan, dokter atau bidan kemungkinan besar akan tetap merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan darah pada trimester kedua atau ketiga untuk mendeteksi anemia di tahap kehamilan selanjutnya.

Pengobatan Anemia

Jika seorang ibu hamil mengalami anemia selama kehamilannya, ia mungkin perlu untuk mulai mengonsumsi suplemen zat besi dan/atau suplemen asam folat di samping vitamin prenatal lainnya. Dokter atau bidan mungkin juga akan menyarankan untuk menambahkan lebih banyak makanan yang tinggi asam folat dan zat besi dalam makanannya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTQmmyGOaP0gEjxaS5lKA4qOD82WFcKi0IBkGXW_I4bArMnpAQvLRwWTPoaw5sNGbruqZ1wP59EOox7YAXsmKujkNsZKN-sqRmJf01svVPYnFDR1vyfbzfogJX-tbJ5yfyzP_ldWJNwg0/s400/suplemen.jpg

Selain itu, sang ibu akan diminta untuk kembali melakukan pemeriksaan darah setelah jangka waktu tertentu sehingga dokter atau bidan dapat memeriksa bahwa hemoglobin dan kadar hematokrit membaik.

Untuk mengobati kekurangan vitamin B12, dokter atau bidan mungkin menyarankan agar mengonsumsi suplemen vitamin B12.

Dokter mungkin juga menyarankan untuk menyertakan makanan hewani lebih dalam makanan, seperti:
  • Daging
  • Telur
  • Produk susu
Pencegahan Anemia pada Kehamilan

Untuk mencegah anemia selama kehamilan, pastikan wanita hamil mendapatkan cukup zat besi. Makan makanan yang seimbang dan tambahkan lebih banyak makanan yang tinggi zat besi ke dalam makanan.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgufNCztFkqauHrGZDxqyAmTEqovO3I6ECKhKHMjrrtS3Qd39y5IarO0plRULwktz0WIPWV_lo5D4At9CA7AfbnyDaq6EME1aysYsVdz9VnKdSopgUC_2BkN8EUjGEe-4kinh-CxG5IVZk/s400/vitamin.jpg

Targetkan setidaknya tiga porsi sehari makanan kaya zat besi, seperti:
  • Daging merah, unggas, dan ikan
  • Sayuran berdaun hijau gelap (seperti bayam, brokoli, dan kale)
  • Sereal yang diperkaya zat besi dan biji-bijian
  • Kacang-kacangan, lentil, dan tahu
  • Kacang-kacangan dan biji-bijian
  • Telur
Makanan yang tinggi vitamin C dapat membantu tubuh menyerap lebih banyak zat besi. Makanan tersebut termasuk:
  • Buah dan jus jeruk
  • Stroberi
  • Kiwi
  • Tomat
  • Paprika
Cobalah makan makanan tersebut pada saat yang bersamaan ketika makan makanan kaya zat besi. Misalnya, sang ibu bisa minum segelas jus jeruk dan mengonsumsi sereal yang diperkaya zat besi untuk sarapan.

Selain itu, pilihlah makanan yang tinggi asam folat untuk membantu mencegah defisiensi folat. Makanan kaya asam folat termasuk:
  • Sayuran berdaun hijau
  • Buah dan jus jeruk
  • Roti diperkaya dan sereal
  • Kacang kering
Ikuti petunjuk dokter atau bidan untuk mengonsumsi vitamin prenatal mana yang mengandung jumlah yang cukup asam besi dan folat.


Vegetarian dan vegan harus berkonsultasi dengan dokter mereka tentang apakah mereka harus mengambil suplemen vitamin B12 ketika mereka sedang hamil dan menyusui.


DAFTAR PUSTAKA
Mochtar,Rustam,Prof,Dr,M.Ph,Sinopsis Obstetri,Jilid I, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1998.
Prawirihardjo,Sarwono,Prof,Dr,DSOG, Ilmu Kebidanan, Edisi III, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta,1997
Fakultas Kedokteran UI;2001. Kapita Selekta kedokteran-Jilid I,Jakarta: Media Aesculapius_FKUI.

No comments:

Post a Comment